Friday, June 27, 2025
No menu items!
asia9QQ  width=
HomeLiga SpanyolTantangan Berat Xabi Alonso: Perbaiki Pertahanan Set-Piece Real Madrid yang Jadi Titik...

Tantangan Berat Xabi Alonso: Perbaiki Pertahanan Set-Piece Real Madrid yang Jadi Titik Lemah Musim 2024/2025

Real Madrid menghadapi krisis pertahanan serius selama musim 2024/2025, terutama dalam situasi bola mati. Lemahnya penjagaan saat menghadapi tendangan sudut atau set-piece menjadi faktor utama kegagalan Los Blancos bersaing di semua kompetisi. Musim yang berakhir tanpa trofi telah menempatkan sorotan tajam kepada organisasi pertahanan tim, yang dinilai jauh dari standar klub sebesar Real Madrid.

Situasi ini menjadi tantangan besar bagi Xabi Alonso, yang ditunjuk sebagai pelatih anyar menggantikan Carlo Ancelotti. Mantan gelandang bertahan legendaris ini mewarisi skuad bertalenta namun penuh celah di sektor belakang, terutama ketika berhadapan dengan bola mati. Tantangan ini bukan hanya soal taktik, tetapi juga menyangkut mentalitas, disiplin, dan komunikasi tim.

- Advertisement -
asia9QQ

Xabi Alonso harus bergerak cepat untuk memperbaiki sektor ini sebelum musim baru dimulai. Jika tidak segera dibenahi, kelemahan ini akan terus dimanfaatkan lawan dan kembali menghambat ambisi Madrid di level domestik maupun Eropa. Dengan ekspektasi besar dari manajemen dan fans, pekerjaan rumah ini tak bisa ditunda lagi.


Rentetan Blunder dalam Situasi Bola Mati

Sejak awal musim 2024/2025, Real Madrid sudah memperlihatkan masalah kronis dalam menghadapi bola mati. Salah satu momen paling mengundang kritik terjadi saat mereka ditahan imbang 1-1 oleh Mallorca. Gol lawan terjadi lewat sundulan Vedat Muriqi dalam situasi sepak pojok, dan yang bertugas menjaganya justru Kylian Mbappe.

Penugasan tersebut langsung dipertanyakan. Mbappe bukanlah pemain dengan kemampuan duel udara terbaik, dan memasangkannya dengan striker seperti Muriqi—yang unggul secara fisik—jelas berisiko besar. Hasilnya pun bisa ditebak: Madrid kebobolan dan kehilangan dua poin penting.

Masalah serupa muncul lagi di ajang Liga Champions saat melawan Liverpool. Cody Gakpo mencetak gol dari sundulan setelah lepas dari kawalan Luka Modric. Padahal, Modric yang sudah berusia 38 tahun dan memiliki postur mungil tidak cocok untuk duel udara melawan pemain sekuat Gakpo. Kesalahan dalam menentukan penjagaan kembali menjadi penyebab utama kebobolan.


Masalah yang Berulang Hingga Akhir Musim

Bukan hanya satu atau dua laga, Real Madrid terus mengalami kesulitan dalam mengantisipasi bola mati hingga pekan terakhir musim. Dalam laga melawan Real Betis, kesalahan elementer kembali terjadi. Gelandang lawan, Johnny Cardoso, berhasil mencetak gol sundulan setelah lolos dari pengawalan.

Laga melawan Valencia, Villarreal, hingga Real Sociedad pun menunjukkan pola kesalahan yang sama. Real Madrid terlalu mudah kehilangan pemain lawan dalam situasi bola mati, baik karena miskomunikasi maupun penempatan posisi yang buruk. Musim ini bahkan tercatat sebagai musim terburuk Madrid dalam jumlah kebobolan dari sepak pojok sejak musim 2017/2018.

Kiper utama Thibaut Courtois sempat mengakui secara terbuka bahwa timnya memang lemah dalam bertahan dari situasi bola mati. Ia menyebutkan pentingnya komunikasi dan penentuan marking yang tepat sebagai solusi yang belum diterapkan secara konsisten.


Xabi Alonso dan Agenda Utama: Perkuat Organisasi Bertahan

Masalah ini kini menjadi tantangan utama bagi Xabi Alonso, pelatih baru yang dikenal memiliki pendekatan taktis yang disiplin dan terstruktur. Alonso punya tugas berat: menyusun ulang organisasi pertahanan Real Madrid, terutama saat menghadapi set-piece. Ia harus menentukan siapa yang bertanggung jawab untuk marking, zona, dan siapa yang menjaga area vital.

Alonso bukan hanya sekadar pelatih muda dengan potensi, tapi juga eks gelandang bertahan yang memahami pentingnya organisasi lini belakang. Di Bayer Leverkusen, ia sukses menciptakan pertahanan yang solid dengan pendekatan kolektif. Ia diharapkan bisa membawa prinsip yang sama ke Santiago Bernabéu.

Real Madrid memiliki pemain-pemain tangguh secara fisik seperti Antonio Rüdiger, Aurélien Tchouaméni, dan Éder Militão yang sebenarnya mampu memenangkan duel udara. Namun tanpa sistem penjagaan yang terstruktur dan latihan khusus bola mati, kemampuan individu tersebut jadi sia-sia.


Lebih dari Sekadar Fisik: Masalah Konsentrasi dan Komunikasi

Pembenahan set-piece bukan hanya soal latihan fisik atau menempatkan pemain tinggi di kotak penalti. Ini juga menyangkut kesiapan mental dan konsentrasi saat menghadapi tekanan di momen-momen penting. Madrid berkali-kali gagal mempertahankan fokus di menit-menit akhir pertandingan, yang menyebabkan mereka kehilangan banyak poin krusial.

Komunikasi antar pemain juga menjadi aspek vital yang harus ditingkatkan. Alonso perlu memastikan bahwa setiap pemain memahami perannya secara spesifik. Baik dalam marking man-to-man, zonal, maupun kombinasi keduanya.


Harapan di Tangan Xabi Alonso

Jika ingin kembali bersaing di papan atas La Liga dan Liga Champions, Real Madrid tidak boleh mengabaikan detail sekecil apapun, termasuk situasi bola mati. Pembenahan sektor ini harus menjadi prioritas utama Alonso di pramusim.

Dengan pendekatan taktikal yang tajam, pengalaman sebagai gelandang bertahan kelas dunia, serta visi kepelatihan modern, Xabi Alonso punya bekal untuk membawa perubahan. Namun, hasilnya akan sangat tergantung pada seberapa cepat para pemain Madrid bisa menyesuaikan diri dengan sistem barunya.

Musim depan adalah momentum kebangkitan. Dan semuanya harus dimulai dari hal paling mendasar: menghentikan kebobolan lewat set-piece.

RELATED ARTICLES
- Advertisment -
asia9sports

Most Popular

Recent Comments