Kehadiran Herve Renard sebagai pelatih baru Timnas Arab Saudi membawa perubahan signifikan, terutama dalam aspek taktik. Setelah meninggalkan gaya permainan ala Roberto Mancini, Renard memberikan pendekatan berbeda yang kini menjadi ancaman nyata bagi tim lawan, termasuk Timnas Indonesia.
Pada matchday ke-6 Grup C Kualifikasi Piala Dunia 2026, Indonesia akan menghadapi Arab Saudi di Stadion Gelora Bung Karno, Selasa (19/11/2024). Bermain di kandang, Indonesia memiliki target besar untuk meraih poin penuh, terutama setelah kekalahan telak 0-4 dari Jepang di laga sebelumnya.
Namun, perubahan taktik Arab Saudi di bawah Renard menjadi tantangan baru. Apa saja yang berubah dan bagaimana pengaruhnya? Berikut ulasannya.
1. Formasi Baru dengan Empat Bek Sejajar
Herve Renard membawa Arab Saudi kembali ke sistem pertahanan empat bek sejajar, berbeda dengan era Roberto Mancini yang lebih sering menggunakan tiga bek. Saat berjumpa Indonesia pada September 2024, Arab Saudi bermain dengan pola 3-4-2-1. Namun, di bawah Renard, formasi ini bergeser menjadi 4-1-4-1 yang bisa berubah menjadi 4-4-2 atau 4-3-3 tergantung situasi permainan.
Formasi baru ini memberikan stabilitas di lini pertahanan Arab Saudi. Dengan empat bek sejajar, mereka mampu menutup ruang gerak lawan lebih efektif, sekaligus memberikan fleksibilitas untuk menyerang. Misalnya, dalam laga melawan Australia, pola ini sukses mengantisipasi serangan balik cepat yang menjadi senjata utama lawan.
Bagi Indonesia, perubahan ini menjadi tantangan untuk menemukan celah di pertahanan Arab Saudi yang lebih disiplin dan terorganisir. Strategi serangan yang variatif dan memanfaatkan kecepatan sayap bisa menjadi kunci untuk menembus lini belakang mereka.
2. Tekanan Tinggi yang Efektif
Arab Saudi kini menerapkan strategi pressing tinggi di bawah arahan Renard. Dengan pendekatan ini, mereka berhasil memaksa Australia membuat kesalahan di wilayah pertahanannya sendiri dalam pertandingan terakhir.
Saleh Al Shehri, penyerang tengah mereka, menjadi pemain utama dalam strategi ini dengan aktif menekan pemain belakang lawan yang memegang bola. Dua pemain sayap juga berperan menjaga distribusi bola agar tidak mengalir ke sisi lapangan. Pola ini memaksa lawan untuk bermain lebih defensif dan sering kehilangan bola di area berbahaya.
Bagi Indonesia, menghadapi pressing tinggi ini membutuhkan ketenangan dan presisi dalam penguasaan bola. Pengalaman saat melawan Jepang menunjukkan bahwa kesalahan kecil di lini belakang dapat berujung pada kebobolan. Oleh karena itu, penting bagi Indonesia untuk memperkuat lini tengah agar mampu mengalirkan bola dengan cepat dan efektif.
3. Serangan Mematikan dari Sisi Kanan
Absennya Salem Al Dawsari, pemain kunci di sisi kiri Arab Saudi, membuat tim ini beradaptasi dengan mengalihkan fokus serangan ke sektor kanan. Hasilnya, sisi kanan Arab Saudi justru menjadi lebih berbahaya.
Saud Abdulhamid tampil sebagai pemain serba bisa di sektor tersebut. Dia mampu bertahan dengan baik sekaligus memberikan kontribusi signifikan dalam serangan. Selain itu, Marwan Al Sahafi sering kali bergerak fleksibel dari sisi kanan menuju tengah, menciptakan peluang di area vital lawan.
Tak hanya itu, Musab Al Juwayr, gelandang serang yang diberi kebebasan oleh Renard, juga menjadi ancaman besar. Dengan kreativitasnya, dia mampu mengontrol permainan di lini tengah sekaligus memberikan umpan-umpan matang ke lini depan.
Indonesia harus mengantisipasi dominasi Arab Saudi di sisi kanan ini. Para bek sayap harus disiplin dalam bertahan, sementara gelandang bertahan perlu membantu menutup ruang untuk pemain-pemain kreatif seperti Al Juwayr.
4. Ancaman Besar dari Bola Mati
Arab Saudi memiliki keunggulan lain yang tak boleh diabaikan, yaitu kekuatan dalam situasi bola mati. Bahkan sejak era Mancini, bola mati telah menjadi salah satu senjata utama mereka.
Contohnya, dalam laga melawan Australia, Arab Saudi hampir mencetak gol di menit-menit akhir melalui situasi bola mati. Meskipun gol Sultan Al Ghannam akhirnya dianulir karena offside, momen tersebut menunjukkan betapa berbahayanya mereka dalam situasi seperti ini.
Dua dari tiga gol Arab Saudi di Kualifikasi Piala Dunia 2026 berasal dari situasi bola mati, terutama sepak pojok. Keunggulan ini didukung oleh kemampuan para pemain mereka dalam duel udara dan eksekusi bola mati yang presisi.
Untuk Indonesia, fokus dan disiplin dalam bertahan akan menjadi kunci. Pemain bertahan harus memastikan tidak memberikan ruang bagi lawan untuk memanfaatkan bola mati, sementara kiper perlu tampil sigap dalam mengantisipasi situasi berbahaya.