Pelatih Al Nassr di era Cristiano Ronaldo kerap mendapat tekanan besar, hingga membuat empat nama harus lengser lebih cepat dari jabatannya. Sejak megabintang asal Portugal itu resmi bergabung ke klub asal Arab Saudi, ekspektasi terhadap performa tim meningkat drastis. Imbasnya, posisi pelatih menjadi rentan terhadap pemecatan bila hasil tak sesuai harapan.
Kehadiran Cristiano Ronaldo di Saudi Pro League pada akhir 2022 mengubah wajah kompetisi secara keseluruhan. Tidak hanya mendatangkan sorotan media internasional, transfer ini juga menjadi simbol ambisi besar Al Nassr untuk mendominasi liga domestik dan bersaing di pentas Asia. Namun, ambisi tinggi itu ternyata menimbulkan tekanan luar biasa bagi para pelatih yang menangani tim.
Setiap hasil buruk langsung menjadi bahan evaluasi, terutama karena Ronaldo dianggap sebagai simbol proyek besar klub. Al Nassr seolah ingin hasil instan dalam setiap kompetisi, tanpa banyak memberi waktu bagi pelatih untuk membangun fondasi jangka panjang. Akibatnya, dalam dua musim terakhir, empat pelatih sudah harus meninggalkan klub lebih cepat dari masa kontrak mereka.
Siapa saja para pelatih yang tumbang karena gagal memenuhi ekspektasi di era Cristiano Ronaldo? Berikut ini ulasan lengkapnya.
Rudi Garcia: Korban Pertama dari Ambisi Tak Terbendung
Rudi Garcia menjadi pelatih pertama yang tak mampu bertahan setelah kedatangan Cristiano Ronaldo ke Al Nassr. Pelatih asal Prancis itu awalnya dipercaya membangun tim dengan pendekatan taktis, namun tekanan hasil membuatnya gagal mengontrol situasi ruang ganti.
Garcia mencatatkan 26 pertandingan dengan 18 kemenangan, lima imbang, dan tiga kekalahan. Meskipun secara statistik tidak buruk, performa tim di momen-momen penting justru menurun. Salah satu momen krusial yang jadi sorotan adalah hasil imbang tanpa gol kontra Al Feiha, yang membuat peluang juara Al Nassr semakin menjauh.
Situasi internal yang tak harmonis, termasuk isu ketegangan dengan Ronaldo, semakin memperburuk keadaan. Pada April 2023, manajemen klub resmi memutuskan kerja sama dengan Garcia sebelum musim berakhir.
Dinko Jelicic: Solusi Sementara yang Gagal Membangkitkan Tim
Pasca pemecatan Garcia, Al Nassr menunjuk Dinko Jelicic sebagai pelatih sementara. Jelicic sebelumnya melatih tim junior Al Nassr dan diharapkan mampu menjaga stabilitas tim utama hingga musim selesai. Namun, hasil di lapangan tak sesuai harapan.
Dalam delapan laga yang dipimpinnya, Jelicic mencatat empat kemenangan, dua seri, dan dua kekalahan. Ia juga gagal membawa Al Nassr lolos ke final Piala Raja Arab Saudi setelah dikalahkan Al Wehda di semifinal. Keputusan untuk memilih pelatih berpengalaman pun muncul setelah musim berakhir.
Tanpa banyak komentar, Al Nassr memutuskan untuk tidak melanjutkan kerja sama dengan Jelicic. Fokus klub pun kembali ke arah jangka panjang dengan mencari nama besar sebagai nahkoda baru.
Luis Castro: Membawa Trofi, Tapi Gagal Menjaga Konsistensi
Luis Castro datang dengan harapan besar dan rekam jejak positif dari Amerika Selatan. Ia sukses mengantar Al Nassr meraih Arab Club Champions Cup 2023 usai menaklukkan Al Hilal di final. Namun, performa tim di liga tak sesuai ekspektasi.
Castro mencatat 54 pertandingan bersama Al Nassr, menghasilkan 36 kemenangan, sembilan imbang, dan sembilan kekalahan. Sayangnya, meski meraih satu trofi, inkonsistensi permainan dan kegagalan bersaing di papan atas liga menjadi catatan negatif tersendiri.
Pihak klub akhirnya mengumumkan perpisahan dengan Castro. Dalam pernyataan resmi, Al Nassr mengucapkan terima kasih atas jasa sang pelatih dan mendoakan kesuksesan di masa mendatang. Namun, keputusan tersebut menjadi bukti bahwa satu trofi belum cukup untuk mempertahankan posisi di klub penuh tekanan seperti Al Nassr.
Stefano Pioli: Nama Besar Tak Cukup di Tengah Ekspektasi Tinggi
Nama terakhir yang harus angkat kaki dari Al Nassr adalah Stefano Pioli. Pelatih yang sukses membawa AC Milan menjuarai Serie A itu sempat membangkitkan optimisme di kalangan suporter. Ia dinilai mampu membawa mentalitas pemenang ke dalam skuad yang dipimpin Ronaldo.
Sayangnya, perjalanan Pioli tak seindah ekspektasi. Dalam 44 laga, ia hanya mengoleksi 28 kemenangan, tujuh hasil imbang, dan sembilan kekalahan. Lebih dari itu, ketiadaan trofi membuat posisinya goyah di tengah tekanan manajemen dan fan.
Setelah bertahan selama 280 hari, Pioli resmi diberhentikan. Al Nassr mengumumkan keputusan tersebut dalam pernyataan singkat, sekaligus menegaskan bahwa hasil tetap menjadi tolok ukur utama, tak peduli seberapa besar nama pelatih yang datang.