Duel final Piala Liga Inggris (FA Cup) yang terjadi di Stadion Wembley, London, pada hari minggu (25/2) telah banyak meninggalkan kenangan luar biasa bagi para fans Liverpool.
Tim kesayangan mereka tidak hanya mengalahkan Chelsea dengan skor 1-0 via gol semata wayang bek veteran Virgil van Dijk, tapi juga terpukau dengan sederet aksi para pemain muda yang dimana mendapatkan sebuah kesempatan dari sang pelatih Jurgen Klopp.
Klopp setidaknya memberikan kepercayaan kepada 3 pemain muda yakni Conor Bradley, Harrey Elliott, Ryan Gravenberch. Kepercayaan itu tentu saja tak dilewatkan begitu saja oleh Bradley (20), Elliott (20), serta Gravenberch (21).
Meski pun masih terbilang cukup muda, namun trio tadi bisa mengimbangi permainan dari Van Dijk dkk. Keberanian klopp tersebut sekaligus membuat Liverpool menjadi tim terbanyak yang berani menurunkan para pemain muda di final Piala Liga Inggris sejak tahun 2007.
Sebelumnya, Arsenal punya sejarah yang cukup panjang dalam memberikan sebuah kesempatan kepada pemain muda dan itu tersaji di partai pamungkas Piala Liga Inggris 2006/2007.
Saat itu, tim asuhan Arsene Wenger harus berhadapan dengan Chelsea dan mereka kalah 1-2 lantaran brace bintang The Blues Didier Grogba.
Walau kalah, Wenger tetap banjir pujian karena mau memberikan sebuah kesempatan kepada begitu banyak pemain remaja.
Semua pujian untuk klub dan manajer dalam menanamkan kepercayaan yang luar biasa pada para pemain muda ini dengan mendatangkan mereka lebih awal,” kata Martin Keown, legenda Arsenal.
“Jika Anda melihat perkembangan para pemain muda sepanjang musim, mencapai final besar adalah hal yang paling penting bagi mereka,” imbuh bek Arsenal yang kini berusia 57 tahun.
Siapa saja pemain muda Arsenal yang berhasil mencuri perhatian kala itu.
Theo Walcott
Kehebohan seputar Walcott sangat besar pada masa itu. Setelah berhasil menunjukkan keahliannya di Southampton pada saat berusia 16 tahun, kemudian Arsenal segera merekrutnya pada tahun 2006.
Dia berhasil memberikan Arsenal keunggulan di final Piala Liga 2007 dengan tendangan yang tepat sebelum Drogba kemudian membalikkan keadaan untuk Chelsea.
“Saat dia tidak terlalu terhambat dan berkembang, dia tidak akan jauh dari tipe Michael Owen di lini tengah.”
Dalam beberapa hal, karier Walcott mencerminkan karier dari Owen. Pemain sayap yang dinamis ini bagaikan kilat dalam sebuah botol di masa mudanya, namun cedera yang didapat pada akhirnya membawa dampak buruk pada dirinya.
Secara total, ia telah mencatatkan 397 penampilan untuk klub dan mencetak 108 gol dalam kurun waktu tersebut. Setelah beberapa pertimbangan yang cukup matang, ia akhirnya memutuskan untuk pensiun pada tahun 2023 pada usia 34 tahun.
Denilson
Setelah tiba dari Sao Paulo sebagai seorang remaja yang berwajah segar pada tahun 2006. Denilspn segera mengukir namanya di Piala Liga 2006/2007 Arsenal.
“Dia mungkin yang paling mengesankan bagi saya karena dia adalah pemain terakhir yang datang, tiba di musim panas dari Brasil, dan memberikan dampak yang hampir seketika,” kata Keown kepada sebuah media pada tahun 2007.
“Dia jelas memiliki teknik yang bagus, tidak berbeda dengan Fabregas, terlihat seperti pesaing yang hebat – seorang pemenang – dan dia bersinar di semifinal melawan Spurs.”
Gelandang asal Brazil ini telah menghabiskan 7 tahun bersama Arsenal dam membuat 153 penampilan selama itu. Setelah meninggalkan Arsenal pada tahun 2013, ia menghabiskan sebagian besar tahun-tahun terakhirnya di Brazil.
Armand Traore
Bek sayap ini baru berusia 17 tahun saat bermain melawan Chelsea di final Piala Liga 2007. Secara total, Traore telah membuat 32 penampilan untuk klub sebelum akhirnya dia dilepas pada tahun 2012.
Hingga hari ini, Traore masih berbicara tentang Wenger dengan penuh semangat, terutama ketika menyangkut tentang pendekatan orang prancis tersebut terhadap kesehatan mental pada saat itu.
“Wenger selalu membuka pintunya untuk hal-hal seperti ini. Dia tidak menjadikannya tabu – kesehatan mental bukanlah hal yang tabu bagi Arsene Wenger,” kata Traore.
“Itu sangat tabu dalam dunia sepak bola. Saya tidak bisa mengatakan saya bisa pergi dan berbicara dengan manajer yang berbeda.”
Traore pernah bermain bersama dengan QPR, Nottingham Forest, Caykur Rizespor dan Cardiff City. Tetapi tidak kesulitan untuk membuktikan bahwa dirinya sebagai pemain reguler di salah satu klub tersebut. Ia kemudian memutuskan untuk pensiun pada tahun 2020 di usai 31 tahun.
Cesc Fabregas
Tidak diragukan lagi, salah satu pemain yang paling berbakat alami yang pernah ada di Premier League. Bahkan di masa-masa awalnya bersama dengan Arsenal, Fabregas bisa menjalankan permainan sendirian.
Di antara para pemain dalam daftar ini, Fabregas tentu saja memiliki karier yang dimana paling sukses. Memenangkan total 16 trofi bersama dengan klub dan negaranya, playmaker asal Spanyol itu hampir memenangkan semua yang ditawarkan.
Abou Diaby
kemudian ada Abou Diaby
“Dia sering ditempatkan di kelompok yang sama dengan Patrick Vieira dan tidak sulit untuk mengetahui alasannya. Dia berpotensi menjadi pemain kelas atas,” kata Keown tentang Diaby pada tahun 2007.
“Sungguh disayangkan kami tidak bisa melihat penampilan terbaik Diaby karena cedera. Sepanjang karirnya, ia menghabiskan 1747 hari cedera yang setara dengan 4,7 tahun. Sungguh memalukan.”