Saturday, April 20, 2024
No menu items!
asia9QQ  width=
HomeLiga IndonesiaDeretan Kasus yang Buat Liga 1 Harus Dihentikan

Deretan Kasus yang Buat Liga 1 Harus Dihentikan

Saat ini, pertandingan sepak bola Indonesia dihentikan sementara akibat tragedi Kanjuluhan yang terjadi pada 1 Oktober 2022. Tapi ini bukan pertama kalinya liga Indonesia dihentikan di tengah jalan. Sejak dimulainya era Liga Indonesia pada tahun 1994, ada beberapa Deretan Kasus dan momen dimana sepak bola Indonesia harus terhenti.

Empat momen menghentikan sepak bola Indonesia, krisis mata uang pada tahun 1998, pembekuan PSSI pada tahun 2015, pandemi COVID-19 pada tahun 2020, dan tragedi Kanjuluhan pada tahun 2022. Bagaimana ceritanya ketika sepak bola harus berhenti di liga Indonesia? Berikut komentarnya: Pada akhir tahun 1997, Asia mengalami krisis keuangan yang parah.

- Advertisement -
asia9QQ  width=

Rupiah Indonesia melonjak terhadap dolar AS. Kekacauan melanda masyarakat. Banyak aspek yang terpengaruh, termasuk olahraga dan, tentu saja, sepak bola. Pada tahun 1998, sepak bola Indonesia akhirnya berhenti total. Kerusuhan besar-besaran di seluruh Indonesia telah melemparkan negara ke dalam kekacauan pada saat yang sama karena krisis mata uang.

Liga Indonesia (Ligina) keempat yang ditiadakan di tengah jalan terpaksa dihentikan karena force majeure. Pertandingan yang dikenal dengan nama Kansas League ini masih berada di babak penyisihan grup, dengan operator liga masih membagi permainan menjadi tiga zona. Kala itu, La Liga 1997-1998 diikuti 31 tim.

Tim-tim seperti Persija Jakarta, Persebaya Surabaya, Persipura Jayapura, Pelita Jakarta dan PSM Makassar kala itu meraih kemenangan atas penampilan luar biasa mereka pada musim Liga 1997-1998. Apa yang bisa dilakukan, krisis di Indonesia menyebabkan Panglima Angkatan Bersenjata saat itu, Jenderal Wiranto, memerintahkan permainan dihentikan dengan alasan keamanan.

Deretan Kasus yang Membuat Liga Indonesia Harus Dihentikan

Pada tahun 2015, Liga Indonesia juga tidak berjalan. Penyebabnya adalah dualisme PSSI, disusul intervensi pemerintah, dan akibatnya FIFA menjatuhkan sanksi kepada PSSI pada 31 Mei 2015. Melalui surat yang ditandatangani Sekjen FIFA Jerome Valcke, PSSI juga dijatuhi hukuman pembekuan, di mana Timnas Indonesia tidak bisa bermain di kancah internasional dan Liga Primer Indonesia yang disponsori Qatar National Bank (QNB) hanya berjalan.

Permainan segera berhenti. Situasi tersebut berdampak pada kehidupan para pemain dan pelatih yang mencari nafkah dari sepakbola. Banyak dari mereka dipaksa untuk berpartisipasi dalam turnamen desa untuk menghasilkan uang. Hanya tiga pertandingan yang dimainkan saat itu. Pemerintah akhirnya mengisi celah tersebut dengan menggelar berbagai kompetisi, termasuk Piala Presiden 2015.

Tahun berikutnya, Kejuaraan Sepak Bola Indonesia diadakan di tempat kompetisi. Periode ini merupakan transisi dari ISL ke Liga 1 yang dimulai pada 2017 dan berlanjut hingga sekarang. Liga Indonesia yang dikenal dengan Liga 1 pada tahun 2020 juga sempat terhenti saat kompetisi baru berjalan tiga minggu. Pasalnya, pandemi COVID-19 melanda dunia.

Berbeda dengan dua isu yang menghentikan Bundesliga Indonesia terakhir, yang satu ini di tahun 2020 tidak hanya menangguhkan sepak bola Indonesia, tetapi hampir di seluruh dunia. Namun, ketika pertandingan sepak bola di belahan dunia lain dimulai kembali tanpa penonton, liga Indonesia tidak bisa bermain karena kesulitan mendapatkan lisensi.

Akhirnya kompetisi Liga 1 2020 dibatalkan dan tidak dilanjutkan. PSSI dan PT LIB baru saja menggelar turnamen lagi pada pertengahan 2021 yang disebut Liga 1 2021/2022, dengan jadwal seri, tanpa penonton. Laga Liga 1 pada 2022/2023 juga harus dihentikan di tengah jalan. Tepat di pekan ke-11, pertandingan kasta teratas Liga Indonesia dihentikan sementara akibat tragedi Kanjuluhan menyusul laga FC Arema vs Surabaya pada 1 Oktober 2022.

Liga Indonesia kembali Harus Dihentikan

Deretan Kasus yang Buat Liga 1 Harus Dihentikan
Deretan Kasus yang Buat Liga 1 Harus Dihentikan

Kerusuhan Liga Indonesia kembali pecah di Stadion Kanjuruhan setelah Arema FC mengalahkan rival sekotanya Persebaya 2-3 di kandang sendiri. Beberapa warga Aremania berjalan ke tempat kejadian sebelum pasukan keamanan menindak, yang menyebabkan gas air mata ditembakkan dari tribun. Suporter di tribun berusaha menghindari dan meninggalkan stadion.

Namun, kepanikan di kalangan penggemar dikombinasikan dengan kesulitan bernapas yang disebabkan oleh terburu-buru untuk keluar menyebabkan banyak korban berjatuhan. Pada pagi hari tanggal 2 Oktober 2022, polisi WIB mengumumkan jumlah korban tewas yang mencapai 127 orang. Seiring berjalannya waktu, jumlah korban terus bertambah hingga kini mencapai 135.

Tak sampai 24 jam pasca tragedi Kanjuruhan, PSSI dan PT Liga Indonesia Baru memutuskan untuk menghentikan kompetisi Liga 1 2022/2023 selama dua pekan. Namun kemudian pertandingan dihentikan tanpa batas waktu atas permintaan Ketua Umum Joko Widodo yang menginstruksikan penyelidikan menyeluruh atas insiden tersebut. (*)

RELATED ARTICLES
- Advertisment -
asia9sports

Most Popular

Recent Comments