Dalam sepak bola, pemain yang memiliki atribut kecepatan dan teknik tinggi, jelas bisa dengan sangat mudah mendapatkan perhatian. Baik dari penonton atau bahkan manajemen klub yang mungkin nanti akan merekrutnya. Thomas Muller membuktikan bahwa tidak selamanya sepak bola itu hanya tentang kecepatan yang dimiliki oleh pemain.
Adama Traore, Eden Hazard, dan Raheem Sterling adalah beberapa pemain yang memiliki kecepatan dan skill yang tak diragukan lagi. Dan sosok pemain seperti inilah yang kerap menjadi pemain kunci di beberapa klub besar.
Namun juga ada pemain yang tidak memiliki kecepatan yang bisa diandalkan. Namun mereka tetap bisa bermain di level tertinggi sepak bola. Karena bagi mereka, memiliki kemampuan teknis dan kecerdasan di atas lapangan bisa mengalahkan pemain yang hanya mengandalkan kecepatan.
Thomas Muller membuktikan hal tersebut di Bayern Munchen. Walaupun ia tidak memiliki kecepatan seperti pemain yang lain, ia bisa mendikte permainan lawan. Sehingga ia bisa mengimbangi lawan dan rekannya yang memiliki kecepatan di atas rata-rata.
Seperti yang dilakukan Jorginho di Chelsea. Sepanjang musim lalu, banyak pihak yang menganggap bahwa karir Jorginho tidak akan bertahan lama di Chelsea. Ditambah lagi dengan hadirnya Billy Gilmour yang merupakan salah satu pemain muda Chelsea, sempat membuat Jorginho harus menghuni bangku cadangan. Bahkan ada kabar ia akan dijual manajemen Chelsea.
Namun ternyata ia masih menjadi salah satu bagian inti dari skuad Frank Lampard. Dan ia akan tetap menjadi pemain kunci Chelsea sebagai gelandang pengatur serangan. Karena Ross Barkley memutuskan untuk hengkang ke Aston Villa.
Chelsea mendatangkan Jorginho pada 2018 dengan mahar senilai 57 juta euro. Menjadi salah satu pemain senior yang berusia 28 tahun, sang pelatih berharap ia bisa menjadi contoh para pemain muda yang ada di Chelsea.
Di Spanyol, ada pemain serupa. Ada nama Sergio Busquets yang sampai saat ini masih menjadi pemain gelandang yang terbaik yang ada di dunia. Di awal kedatangannya, banyak pihak dan fans Barca yang meragukan ia bisa beradaptasi dengan permainan Barca yang identik dengan permainan cepat dan filosofi tiki taka.
Namun ia berhasil membuktikan bahwa ia sukses menjadi tukang jagal nomor satu di skuad Barca dan menjadi pemain kunci di skuad Barca. Namun seiring dengan kedatangan Ronald Koeman di yang menjadi pelatih Barca, ia dikabarkan juga akan dibuang oleh Ronald Koeman. Namun ia ingin membuktikan bahwa dirinya masih mampu bersaing di skuad muda yang dibangun oleh Ronald Koeman.
Luka Modric yang berhasil menjadi salah satu gelandang terbaik di dunia yang di miliki Real Madrid. Ia bahkan berhasil meraih Ballon d’Or pada 2018. Pemain tim nasional Kroasia ini didatangkan dari Tottenham Hotspurs pada 2012 dengan mahar 35 juta euro. Kerja samanya dengan Toni Kroos, berhasil menjadi motor permainan Real Madrid ketika berhasil meraih Liga Champions sebanyak tiga kali berturut-turut.
Begitu juga Toni Kroos, ia berhasil menjadi pengendali lapangan tengah Real Madrid dan tim nasional Jerman. Toni Kroos sendiri baru bergabung dengan skuad Real Madrid pada tahun 2014 dengan nilai hanya sebesar 25 juta euro. Selama berseragam Real Madrid, ia sudah mencatatkan 300 penampilan di semua kompetisi.
Pemain yang berusia 30 tahun tersebut bisa dijadikan contoh bahwa pemain hebat tidak harus memiliki kecepatan tinggi. Karena sangat jarang kita temukan ia bermain dengan menggunakan akselerasi tinggi. Ia juga menjadi salah satu playmaker handal.
Penampilan Thomas Muller di Bayern Munchen dan tim nasional Jerman memang tidak begitu menarik, bahkan dibilang sangat membosankan. Tapi permainannya yang konsisten dan efektivitasnya dalam bermain, tidak banyak pemain hebat yang bisa menyamai kemampuannya tersebut.
Ia bahkan bisa bermain di berbagai posisi di lini serang. Thomas Muller adalah pemain yang sangat di apresiasi karena kemampuannya membaca keadaan dan kecerdasannya dalam memilih posisi serta pergerakannya tanpa bola.
Thomas Muller membuktikan bahwa dirinya yang tidak memiliki kecepatan tinggi, mampu bermain dan memberikan kontribusi kepada tim. Bahkan terakhir, ia berhasil membantu Bayern Munchen meraih treble winner.