Revolusi lini serang Manchester United musim 2025/2026 menjadi fokus utama Ruben Amorim dalam menyambut tantangan baru. Kalimat tersebut bukan sekadar janji kosong. Setelah melewati musim yang mengecewakan, Amorim diberikan kuasa penuh untuk melakukan perubahan signifikan, terutama dalam sektor ofensif yang dianggap tumpul dan kurang produktif.
Musim panas ini, menjadi titik balik. Amorim tidak lagi hanya menjadi pengelola sisa-sisa skuad lama. Ia kini berperan sebagai arsitek utama dalam membangun ulang skuad yang sesuai dengan filosofi sepak bolanya. Fokus utamanya? Menyuntikkan energi baru di lini depan dengan mendatangkan pemain yang memiliki fleksibilitas, agresivitas, serta kecerdasan taktik.
Pemutusan Hubungan dengan Penyerang Lama
Langkah pertama Ruben Amorim adalah melakukan penyaringan terhadap pemain lama yang dinilai sudah tidak relevan dengan rencana masa depan. Nama-nama besar seperti Marcus Rashford, Jadon Sancho, dan Antony dipastikan tidak lagi menjadi bagian dari proyek jangka panjang. Ketiganya tidak menunjukkan konsistensi dan bahkan lebih banyak menghabiskan waktu sebagai pemain pinjaman.
Yang mengejutkan, Amorim juga siap melepas Alejandro Garnacho. Meski sempat menjadi pahlawan di era Ten Hag, penyerang muda asal Argentina tersebut tak dianggap cocok dengan sistem permainan baru. Garnacho dinilai lebih cocok bermain dalam sistem transisi cepat, bukan penguasaan bola tinggi seperti yang diusung Amorim.
Rasmus Højlund juga masuk daftar keluar. Striker muda Denmark itu memang punya potensi besar, tetapi tidak sesuai dengan kebutuhan taktis. Amorim mencari penyerang yang bisa bergerak fleksibel dan terlibat aktif dalam membangun serangan, bukan hanya menjadi target man.
Matheus Cunha: Wajah Baru Serangan United
Masuknya Matheus Cunha menjadi sinyal kuat bahwa Amorim menginginkan lini depan yang cair dan fleksibel. Cunha yang musim lalu tampil bersama Wolverhampton telah resmi bergabung dengan United. Ia dikenal sebagai penyerang serba bisa yang dapat bermain sebagai false nine, second striker, bahkan winger.
Kelebihan utama Cunha adalah kemampuannya melakukan penetrasi, menciptakan ruang, dan memberikan umpan kunci. Dalam sistem 3-4-3 atau 4-2-3-1 Amorim, Cunha bisa memainkan berbagai peran sekaligus. Kombinasi teknik, kerja keras, dan kecerdasan membuatnya menjadi bagian vital dari rencana jangka panjang Amorim.
Liam Delap: Investasi Masa Depan
Selain mendatangkan pemain dengan pengalaman Premier League, Amorim juga tak ragu berinvestasi pada talenta muda. MU merekrut Liam Delap dari Ipswich Town dengan nilai transfer mencapai 30 juta poundsterling. Putra mantan pemain Premier League, Rory Delap, ini menjadi fenomena di Championship setelah membawa Ipswich promosi.
Delap memiliki karakteristik striker modern: cepat, agresif, dan memiliki naluri mencetak gol tinggi. Ia juga rajin menekan lawan dan sangat aktif dalam duel-duel fisik. Di bawah asuhan Amorim, Delap diharapkan bisa berkembang menjadi striker utama yang mengandalkan mobilitas dan pressing tinggi. Transfer ini menunjukkan bahwa MU mulai berpikir jangka panjang.
Bryan Mbeumo dan Eberechi Eze: Dua Permata yang Diburu
Bryan Mbeumo menjadi incaran berikutnya. Bersama Brentford, ia sukses mencetak 20 gol dan delapan assist musim lalu. Kemampuannya bermain di sisi kanan maupun sebagai second striker menjadikan Mbeumo cocok untuk mengisi peran dinamis yang diinginkan Amorim.
Sementara itu, dari Crystal Palace, MU membidik Eberechi Eze. Ia adalah bintang yang membawa Palace meraih trofi Piala FA 2024/2025. Eze dikenal memiliki dribel tajam, visi bermain impresif, dan fleksibilitas bermain di beberapa posisi menyerang. Amorim melihatnya sebagai playmaker yang mampu menghubungkan lini tengah dan depan secara efisien.
Baik Mbeumo maupun Eze memiliki satu kesamaan penting: mereka mampu mengubah jalannya pertandingan lewat kreativitas individual. Mereka cocok dengan pendekatan Amorim yang mengutamakan progresi bola cepat dan dominasi lini tengah.
Bagaimana Proyek Ini Akan Berlansung?
Dengan dimulainya proyek besar ini, Manchester United tidak hanya mengganti pemain, tetapi merombak fondasi filosofi permainannya. Ruben Amorim ingin membentuk lini serang yang agresif, fleksibel, dan mampu bermain dalam berbagai skenario pertandingan. Pemilihan nama-nama seperti Matheus Cunha, Liam Delap, Bryan Mbeumo, dan Eberechi Eze mencerminkan betapa seriusnya klub membangun ulang kekuatan.
Langkah ini tidak sekadar mengejar hasil instan. Amorim dan manajemen memahami pentingnya membangun tim secara struktural dengan pemain-pemain yang sesuai dengan identitas baru. Jika rencana ini dijalankan dengan konsisten, Manchester United berpeluang kembali menjadi kekuatan dominan di Inggris dan Eropa. Dengan para pemain muda berbakat serta strategi rekrutmen yang cermat, Old Trafford sedang bersiap menyambut era baru yang menjanjikan.