Kekalahan telak Real Madrid dari Arsenal di babak perempat final Liga Champions menyisakan luka dan membuat para penggemar terpuruk. Hasil agregat 1-5 menjadi cerminan nyata betapa krusialnya peran Toni Kroos selama ini. Sejak gelandang asal Jerman tersebut pensiun pada akhir musim lalu, lini tengah Madrid terlihat pincang.
Absennya sosok pengatur tempo seperti Kroos membuat permainan Madrid tidak terorganisir. Bahkan, mereka kehilangan jati diri yang selama ini menjadi ciri khas permainan mereka di kompetisi elite Eropa.
Hilangnya Kendali Permainan di Lini Tengah
Real Madrid selalu identik dengan penguasaan bola yang cerdas dan pengaturan tempo yang konsisten. Toni Kroos menjadi aktor utama di balik hal tersebut selama lebih dari satu dekade. Namun, tanpa dirinya, Los Blancos justru tampil seperti tim yang kehilangan arah.
Dalam dua leg menghadapi Arsenal, dominasi di lini tengah sepenuhnya milik tim asal Inggris tersebut. Madrid tampak hanya mengandalkan umpan panjang serta crossing ke kotak penalti, sebuah pendekatan yang mudah dibaca dan dipatahkan. Apalagi, tanpa kehadiran striker klasik seperti Joselu, strategi tersebut menjadi semakin tidak efektif.
Florentino Perez pun kini menuai kritik keras dari para pendukung. Ia dinilai lalai dalam mengantisipasi efek kepergian Kroos. Tanpa pengganti sepadan, Madrid kehilangan keseimbangan yang selama ini menjaga mereka tetap kompetitif.
Ketergantungan pada Pemain Senior dan Pemain Muda yang Belum Siap
Satu masalah besar yang kini dihadapi Real Madrid adalah ketimpangan antara pemain senior yang mulai menurun performanya dan pemain muda yang belum sepenuhnya siap mengemban tanggung jawab besar. Luka Modric, walau sarat pengalaman, sudah tidak bisa bermain dengan intensitas tinggi sepanjang 90 menit.
Sementara itu, Aurelien Tchouameni masih belum cukup matang untuk menjadi jangkar utama. Eduardo Camavinga juga dinilai masih butuh waktu untuk beradaptasi dengan peran strategis yang ditinggalkan Kroos. Bahkan Jude Bellingham, yang tampil cemerlang di awal musim, terlihat kewalahan saat harus menghadapi tekanan ganda—membantu serangan sekaligus bertahan.
Tanpa seorang pemimpin di lini tengah, Madrid benar-benar tak mampu mengimbangi agresivitas dan kedisiplinan taktik Arsenal. Dalam pertandingan tersebut, mereka terlihat seperti tim yang tidak memiliki rencana cadangan.
Strategi Real Madrid yang Gagal Total
Kelemahan taktik Carlo Ancelotti juga turut menjadi sorotan. Mengandalkan bola-bola panjang dan crossing tanpa ada striker target justru memperlihatkan kebingungan dalam strategi permainan. Arsenal memanfaatkan kelemahan tersebut dengan sangat baik. Mereka menekan sejak lini depan, memotong aliran bola, dan melumpuhkan kreativitas yang biasanya dimotori oleh Kroos dan Modric.
Tanpa playmaker andal, tidak ada pemain yang mampu mengalirkan bola ke lini depan secara efektif. Umpan-umpan pendek dan pergerakan antar lini yang dulu menjadi kekuatan Madrid kini menghilang.
Toni Kroos bukan sekadar gelandang tengah. Ia adalah penghubung utama dari lini pertahanan ke lini serang. Kehadirannya memberikan rasa aman dan kestabilan dalam penguasaan bola. Tanpanya, ritme permainan Madrid menjadi kacau.
Tantangan Berat Florentino Perez: Wajib Cari Solusi Segera
Kini, tanggung jawab besar berada di pundak Florentino Perez sebagai presiden klub. Ia dituntut segera mendatangkan gelandang berkualitas dunia yang bisa mengisi kekosongan yang ditinggalkan Kroos. Jika tidak, Real Madrid akan semakin tertinggal dari rival-rival mereka di Eropa.
Pencarian pemain pengganti ini tidak bisa ditunda lagi. Perez tidak hanya harus mempertimbangkan nama besar, tetapi juga kecocokan gaya bermain dengan filosofi Madrid. Klub raksasa seperti Real Madrid tidak bisa terus menerus bergantung pada eksperimen pemain muda yang belum matang.
Selain itu, harga pemain kelas dunia kini sangat tinggi. Madrid harus bersaing dengan klub-klub elit lain yang juga mengincar pemain di posisi yang sama. Keputusan yang diambil dalam beberapa bulan ke depan bisa menentukan masa depan klub untuk beberapa musim ke depan.
Siapa yang Layak Gantikan Toni Kroos?
Pertanyaan besar pun muncul: siapakah yang pantas mengisi peran sentral tersebut? Nama-nama seperti Joshua Kimmich, Frenkie de Jong, hingga Florian Wirtz sempat disebut-sebut. Namun, belum ada pendekatan konkret yang dilakukan Madrid sejauh ini.
Kehadiran pemain baru harus mampu memberi pengaruh instan. Tidak cukup hanya memiliki teknik bagus, mereka juga harus memiliki mental tangguh untuk bermain di klub sebesar Real Madrid. Bila Perez gagal memilih pemain yang tepat, maka musim-musim penuh kekecewaan bisa kembali terulang.
Dengan jadwal padat di musim mendatang dan ekspektasi besar dari para penggemar, langkah perekrutan ini menjadi hal krusial yang tidak boleh salah. Tekanan semakin besar karena publik sudah kehilangan kesabaran. Mereka ingin melihat perubahan nyata, bukan sekadar janji.