Qatar dilanda sejumlah isu mulai dari isu Hak Asasi Manusia hingga krisis diplomatik.
Tahun ini, event empat tahunan paling bergengsi bagi cabang olahraga sepak bola,
mendapat perhatian dari berbagai penjuru usai terpilihnya Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022.
Sebelumnya diketahui bahwa negara yang kental akan budaya Timur Tengah,
ini terpilih usai mendapatkan voting terbanyak dari anggota FIFA.
Pemungutan suara terbagi menjadi empat putaran dengan lima negara sebagai kandidat utamanya.
Adapun lima negara yang menaruh minatnya menjadi tempat penyelenggara,
adalah Qatar, Amerika Serikat, Korea Selatan, Jepang, serta Australia.
Dalam setiap putaran pemilihan suara, Qatar selalu mendominasi jumlah suara terbanyak,
mayoritas 12 suara tiap putaran. Di putaran pertama Qatar mendapat total 11 suara,
10 suara di tahap kedua,11 suara di putaran ketiga, serta 14 putaran di tahap putaran terakhir.
Qatar Dilanda Sejumlah Isu di Piala Dunia 2022
Sebagai penyelenggara, Qatar telah menyiapkan sejumlah stadion megah di berbagai kota.
Di antaranya adalah Al Khor yang memiliki Stadion Al Bayt; Ar Rayyan dengan dua stadion : Stadion Education City,
dan Stadion Ahmed bin Ali; Al Wakrah dengan Stadion Al Janoub; Doha dengan 3 stadion : Stadion Ras Abu Aboud,
Stadion Internasional Khalifa, dan Stadion Al Thumama; serta Lusail dengan Stadion Lusail Iconic.
Sayangnya, negara Timur Tengah ini dilanda berbagai isu jelang pelaksanaan. Apa saja ya?
Berikut ulasannya.
Hak Asasi Manusia
Usai mendapatkan hak menjadi tuan rumah Piala Dunia FIFA 2022 tahun ini,
Qatar mendapat serangan kampanye hak asasi manusia di mana-mana.
Banyak media yang menyatakan keprihatinannya tentang situasi HAM di negara Timur Tengah ini.
Khususnya mengenai kasus LGBT dan hak-hak perempuan.
Bagi Qatar, homoseksualitas adalah illegal. Bahkan pelakunya patut menerima hukum dengan hukuman badani,
atau penjara lebih dari lima tahun. Hal ini kontra dengan budaya dibeberapa negara yang melegalkan kasus ini.
Peter Tatchell dalam kampanyenya menyatakan bahwa negara tuan rumah Russia dan Qatar,
mempunyai catatan buruk tentang hak asasi manusia.
Tak hanya terkait isu homoseksualitas saja, hak-hak perempuan serta kebebasan protes,
dan kebebasan untuk cetakan juga dibatasi di negara ini.
Qatar menganut pandangan bahwa perempuan harus berpakaian rapi dan sopan.
Setidaknya rok dan celana yang dikenakan harus di bawah lutut. Cukup berbeda dengan budaya-budaya di negara lain.
Cuaca
Piala Dunia biasanya dilaksanakan pada waktu belahan utara dunia musim panas.
Sayangnya diwaktu tersebut, Qatar akan menghadapi musim dengan suhu bisa mencapai 50 derajat Celcius.
Hal ini cukup mengkhawatirkan para pengunjung yang akan datang berlaga.
Menanggapi hal tersebut, pihak penyelenggara telah memberikan antisipasi.
Ketua Tim Piala Dunia Qatar, Hassan al-Thawadi telah menekankan bahwa panas bukan,
dan tidak akan menjadi masalah gelaran event kali ini.
Alkohol
Sebagai negara yang mayoritas berpenduduk Islam, Qatar memegang teguh aturan,
tentang larangan minuman beralkohol bagi penduduknya.
Sementara di luar sana, banyak negara yang penduduknya dilegalkan untuk meminum alkohol,
termasuk saat menjadi supporter di stadion.
Menurut laporan, Qatar memperbolehkan minum bir, anggur, dan sampanye namun akan dikenakan biaya.
Selain itu, mereka hanya diizinkan melakukan pesta minum ini di dalam stadion dan sebatas zona turis saja.
Tentu saja, para fans harus rela mengocek biaya mahal untuk mendapatkan fasilitas ini.
sebagai contoh tiket ke pertandingan babak grup di MATCH’s Pearl Lounge terdapat suite pribadi di dalam stadion.
Tempat pribadi tersebut kemungkinan akan menyajikan minuman keras, mulai dari $4.950 per orang atau sekitar Rp 71 juta.
Tak hanya supporter, bahkan wisatawan asing yang ingin mengonsumsi alkohol,
harus memesan sebuah kamar di hotel bintang lima tertentu.
Itupun harus mendapatkan lisensi dengan harga segelas anggur mencapai 20 dollar atau sekitar 288 ribu rupiah.
Israel
Qatar sebenarnya tidak mengakui ngara Israel. Meski demikian, Pemimpin tim Piala Dunia Qatar telah mengatakan,
bahwa apabila Israel lolos dalam babak kualifikasi, maka tim tersebut diizinkan mengikuti Piala Dunia.
Krisis Diplomatik Qatar
Pada tanggal 5 Juni 2017, Arab Saudi, Mesir, Bahrain, Uni Emirat Arab, dan Yaman,
telah memutus hubungan diplomatik dengan Qatar.
Alasannya, Qatar dianggap membuat ketidakstabilan wilayah tersebut dan mendukung kelompok teroris.
Bahkan Arab Saudi, Yaman, Mauritania, Uni Emirat Arab, Bahrain, dan Mesir,
telah mengirimkan surat kepada FIFA untuk mengganti Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia.