Timnas Indonesia U-17 harus mengakui keunggulan Zambia U-17 dalam laga pembuka Grup H Piala Dunia U-17 2025 di Aspore Zone, Al Rayyan, Selasa (4/11/2025). Pertandingan ini berakhir dengan skor 1-3 untuk kemenangan wakil Afrika, meski Indonesia sempat unggul lebih dulu lewat gol Zahaby Gholy. Kekalahan ini menjadi pelajaran penting bagi skuad Garuda Muda yang kini harus segera memperbaiki sejumlah aspek permainan sebelum menghadapi lawan berat berikutnya, yaitu Brasil.
Mesin Belum Panas Sejak Awal Pertandingan
Hal pertama yang mencolok dari permainan Indonesia adalah lambatnya start mereka. Meskipun melakukan kickoff terlebih dahulu, anak asuh Nova Arianto terlihat belum benar-benar siap secara mental maupun ritme permainan. Dalam waktu kurang dari 20 detik, Zambia sudah berhasil membobol gawang Indonesia—beruntung gol tersebut dianulir karena offside.
Kejadian ini memperlihatkan bahwa kesiapan sejak menit pertama sangat krusial. Karena di level turnamen seperti Piala Dunia, kelengahan sekecil apa pun dapat berakibat fatal. Oleh karena itu, Indonesia harus memanaskan mesin sejak pemanasan agar fokus dan konsentrasi tidak hilang ketika peluit pertama berbunyi.
Terlalu Mudah Kehilangan Bola
Masalah kedua yang tampak jelas adalah kontrol bola yang masih lemah. Timnas Indonesia U-17 terlalu mudah kehilangan penguasaan bola, baik karena kesalahan dalam mengontrol maupun salah mengoper. Bahkan, dua dari tiga gol Zambia tercipta akibat kesalahan elementer dalam passing yang langsung dimanfaatkan lawan.
Kesalahan seperti ini tentu tidak boleh terulang. Karena dalam sepak bola modern, menjaga penguasaan bola adalah kunci untuk mengendalikan tempo permainan. Para pemain harus berani mengambil keputusan cepat namun cermat, terutama ketika mendapat tekanan dari lawan.
Selain itu, pelatih Nova Arianto perlu melatih koordinasi antar lini agar distribusi bola berjalan lebih efektif. Dengan demikian, peluang kehilangan bola bisa diminimalkan dan serangan dapat dibangun dengan lebih terstruktur.
Pertahanan Sisi Kiri Jadi Titik Lemah
Selain masalah di lini tengah, sektor pertahanan—khususnya sisi kiri—menjadi area yang paling sering dieksploitasi oleh Zambia. Dua dari tiga gol lawan datang dari area ini. Gol pertama Zambia berawal dari umpan panjang ke belakang bek kiri Indonesia, sementara gol ketiga muncul akibat kesalahan umpan yang kembali berawal dari sisi tersebut.
Karena itu, Nova Arianto perlu memperkuat koordinasi antara bek kiri dan gelandang sayap. Komunikasi antar pemain belakang juga harus diperbaiki agar tidak terjadi miskomunikasi dalam melakukan pressing atau menjaga area. Bila hal ini tidak segera dibenahi, maka ancaman dari pemain sayap cepat Brasil bisa menjadi mimpi buruk bagi Indonesia di laga berikutnya.
Finishing Masih Jadi Masalah Utama
Meski kalah, Indonesia sebenarnya punya beberapa peluang emas untuk mencetak gol tambahan. Di awal babak kedua, Mierza Firjatullah memiliki kesempatan emas setelah berhasil merebut bola dan berhadapan langsung dengan kiper Zambia. Sayangnya, tendangannya terlalu lemah sehingga mudah diamankan.
Selain itu, Evandra Florasta juga hampir menambah gol ketika melepaskan tembakan dari sisi kanan kotak penalti, tetapi arah bola masih mudah ditebak. Masalah penyelesaian akhir seperti ini menunjukkan bahwa lini depan Indonesia perlu latihan intensif dalam situasi satu lawan satu serta ketenangan saat mengeksekusi peluang.
Karena di level dunia, kesempatan untuk mencetak gol tidak datang dua kali. Ketika peluang sudah tercipta, para pemain harus mampu memanfaatkannya secara maksimal. Dengan memperbaiki aspek finishing, Indonesia bisa tampil lebih tajam dan efisien di laga selanjutnya.
Mental dan Fokus Jadi Kunci ke Depan
Kekalahan melawan Zambia bukan akhir segalanya. Sebaliknya, ini bisa menjadi pengalaman berharga bagi para pemain muda Indonesia untuk berkembang. Nova Arianto sendiri menegaskan bahwa kesalahan kecil di level ini bisa berakibat fatal, karena lawan memiliki kualitas dan efisiensi tinggi dalam memanfaatkan peluang.
Oleh sebab itu, tim harus belajar dari kesalahan dan menatap laga melawan Brasil dengan optimisme. Fokus, ketenangan, serta komunikasi antar lini menjadi faktor penting untuk menampilkan permainan yang lebih solid. Jika hal-hal mendasar ini bisa diperbaiki, Indonesia masih memiliki peluang untuk bersaing di fase grup.






