Jelang pelaksanaan Piala Dunia 2022 FIFA Lobi Qatar,
Qatar dilanda sejumlah isu usai membeberkan sejumlah aturan tak biasa bagi supporter,
salah satunya adalah larangan minuman beralkohol di stadion.
Hal ini lantaran mayoritas penduduk Qatar adalah Islam yang menganut paham bahwa minuman beralkohol haram dikonsumsi.
Selain itu, minuman beralkohol memberikan efek memabukkan,
yang dapat dikhawatirkan pejabat Qatar menjadi pemicu kericuhan selama gelaran Piala Dunia 2022.
Di sisi lain, banyak negara yang terbiasa melegalkan alkohol dalam kehidupan sehari-harinya.
Hal ini berakibat kampanye dan protes besar-besaran dari berbagai negara terkait izin minuman beralkohol.
Apalagi dinegara-negara tertentu, alkohol adalah bagian dari aktivitas supporter saat menonton pertandingan di venue.
Menurut mereka, minuman alkohol akan membuat euforia pertandingan semakin seru.
Larangan Alkohol
Polemik alkohol kian memanas antara sang tuan rumah dengan negara pengunjung.
Menurut laporan, Qatar sebenarnya memperbolehkan minum bir, anggur, dan sampanye bagi para pengunjung.
Namun, akan dikenakan biaya yang tidak murah. Selain itu, mereka juga hanya diizinkan,
untuk melakukan pesta minum tersebut di luar stadion, itupun hanya sebatas zona turis saja.
Peraturan ini berlaku tak hanya supporter, bahkan wisatawan asing yang ingin mengonsumsi alkohol,
harus memesan sebuah kamar di hotel bintang lima tertentu. Itupun mereka harus mendapatkan lisensi.
Para fans harus rela mengocek biaya mahal untuk dapat mengonsumsi minuman alkohol.
Di Qatar sendiri, harga segelas anggur mencapai 20 dollar atau sekitar 288 ribu rupiah.
Saat membeli tiket ke pertandingan babak grup di MATCH’s Pearl Lounge,
terdapat suite pribadi di dalam stadion yang bisa dipilih para supporter.
Namun, tempat tersebut tentu tidaklah murah.
Tempat pribadi tersebut memiliki kemungkinan akan menyajikan minuman keras,
mulai dari $4.950 per orang atau sekitar Rp 71 juta. Nominal yang sungguh fantastis bukan?
Sang tuan rumah bahkan telah menyediakan bangunan senilai 300 miliar dollar,
untuk penggemar agar dapat mengonsumsi alkohol di zona turis dan desa wisata.
Setidaknya ada 130.000 kamar yang telah dibangun di Ibukota Doha yang bisa dipilih oleh para supporter nantinya.
Bangunan megah tersebut memiliki opsi kamar mulai dari kamar hotel bintang dua hingga lima.
Bahkan ada pula hotel terapung yang merupakan kapal pesiar yang ditambatkan sementara.
Selain itu, Doha juga masih menyediakan apartemen dan villa berlayanan, serta kamp gurun.
Sebenarnya harga hotel di sana cenderung murah.
Namun, para penghuni harus membayar mahal untuk minuman keras.
Untuk itu, Doha hanya membuka sekitar dua toko minum saja.
Toko tersebut pun hanya diizinkan untuk menjual minuman kepada pelanggan yang sudah memiliki lisensi.
Peraturan ini dibuat sebagai antisipasi agar mereka tidak terlalu mabuk.
Apalagi, mereka dilarang membawa minuman keras dari luar karena dianggap ilegal.
FIFA Lobi Qatar
Dalam peraturan Qatar, mengonsumsi alkohol di stadion tidak diizinkan,
termasuk membawa masuk alkohol dari luar.
Sebelumnya, Qatar telah memberikan izin untuk mengonsumsi alkohol ditempat-tempat tertentu,
seperti di hotel atau kelab pribadi. Namun, mabuk di tempat umum apalagi di stadion jelas pelanggaran.
Namun hal ini menuai protes dari berbagai negara.
Sebagaimana diketahui bahwa alkohol memang bukan bagian dari tradisi dan budaya setempat Qatar.
Namun, mengingat ketersediaan untuk pengunjung internasional selama Piala Dunia 2022,
FIFA meminta pengertian Qatar secara khusus.
FIFA dikabarkan telah melakukan lobi kepada pejabat Qatar.
Mereka meminta agar penjualan minuman beralkohol diizinkan untuk di stadion.
Pemberian kelonggaran penjualan minuman beralkohol sempat diujicobakan pada Piala Dunia 2018 lalu.
Namun, tidak ada kepastian bagi penyedia delapan stadion ini untuk menjual alkohol yang dipakai untuk Piala Dunia 2022.
Tekanan dari Sponsor
Bloomberg menyebutkan bahwa para pejabat Qatar mendapatkan tekanan dari salah satu sponsor bir resmi Piala Dunia,
yaitu perusahaan pembuat bir AB InBev. Apalagi perusahan tersebut merupakan sponsor yang sudah ada selama tiga dekade Piala Dunia.
Baik FIFA maupun AB InBev mengungkapkan bahwa mereka tengah mencari titik tengah polemik alkohol,
dengan mencari suasana lebih hormat terhadap adat dan tradisi sang tuan rumah.
Pihak perusahaan pun memberikan opsi dengan mempertimbangkan untuk membuat produk dengan kandungan alkohol yang lebih rendah.
Tujuannya adalah agar para supporter tetap dapat menikmati minuman beralkohol tanpa mabuk,
sehingga tidak akan membuat kekacauan selama jalannya pertandingan.