Serie A kembali diwarnai perdebatan akibat dua keputusan kontroversial yang melibatkan Video Assistant Referee (VAR). Pekan ke-26 menjadi sorotan setelah kesalahan terjadi dalam dua pertandingan, yakni Lecce vs Udinese dan Parma vs Bologna. Keputusan yang diambil dalam kedua laga tersebut memicu perdebatan di kalangan penggemar, pakar sepak bola, dan analis wasit.
Antonio Damato, perwakilan wasit Serie A, secara terbuka mengakui bahwa VAR membuat dua keputusan keliru yang dapat berdampak besar terhadap persaingan, terutama bagi tim yang berjuang di papan bawah klasemen. Kesalahan ini menambah daftar panjang kontroversi VAR yang masih menjadi bahan evaluasi dalam dunia sepak bola Italia.
Penalti Kontroversial untuk Udinese
Pada laga antara Lecce dan Udinese, keputusan VAR menjadi penentu hasil akhir pertandingan. Udinese mendapatkan penalti yang akhirnya membuat mereka menang 1-0 atas Lecce. Keputusan ini memicu reaksi keras dari kubu Lecce yang merasa dirugikan.
Insiden bermula ketika bek Lecce, Gaby Jean, mencoba merebut bola dan dalam prosesnya tangannya sedikit mengenai wajah pemain Udinese, Sandi Lovric. Wasit di lapangan awalnya tidak menganggap itu sebagai pelanggaran. Namun, setelah tinjauan VAR, keputusan diubah dan penalti diberikan kepada Udinese.
Menurut Damato, keputusan ini tidak tepat karena pergerakan Jean lebih merupakan upaya mempertahankan posisi daripada sebuah pelanggaran yang disengaja. VAR seharusnya meninjau keseluruhan kejadian, bukan hanya momen kontak akhir. Sayangnya, keputusan tetap diambil dan Lecce harus menerima kekalahan di kandang sendiri.
Parma Diuntungkan Penalti yang Dipertanyakan
Kesalahan kedua terjadi dalam laga antara Parma dan Bologna, di mana Parma meraih kemenangan 2-0. Salah satu gol Parma berasal dari penalti yang diberikan setelah wasit menganggap Sam Beukema melakukan handball di kotak penalti.
Dalam tayangan ulang, terlihat bahwa tangan Beukema berada dalam posisi alami saat bola mengenai tubuhnya. Selain itu, jarak bola yang datang kepadanya terlalu dekat untuk dikategorikan sebagai pelanggaran. Meski begitu, VAR tidak membatalkan keputusan penalti tersebut, sehingga Parma diuntungkan dengan kesempatan mencetak gol dari titik putih.
Damato menegaskan bahwa berdasarkan aturan terbaru, handball dalam situasi seperti itu tidak seharusnya berujung pada hukuman penalti. Namun, karena wasit telah membuat keputusan di lapangan dan VAR tidak mengoreksinya, Bologna harus menerima kenyataan pahit akibat kesalahan ini.
VAR dan Kartu Merah yang Terlewatkan
Selain penalti kontroversial, ada satu keputusan lain dalam pertandingan Parma vs Bologna yang juga dipertanyakan. Pada laga tersebut, pemain Bologna, Matteo Cancellieri, melakukan pelanggaran keras yang berpotensi mendapat kartu merah. Namun, wasit hanya memberikan kartu kuning, dan VAR tidak dapat meninjau ulang karena aturan hanya mengizinkan intervensi dalam kasus kartu merah langsung.
Keputusan ini semakin menambah kekecewaan bagi Bologna yang merasa diperlakukan tidak adil. Mereka bukan hanya kehilangan kesempatan untuk menyamakan kedudukan setelah penalti yang meragukan, tetapi juga harus bermain melawan Parma tanpa adanya hukuman berat bagi lawan mereka yang melakukan pelanggaran serius.
Implikasi Kesalahan VAR bagi Serie A
Kesalahan yang terjadi dalam dua pertandingan tersebut menegaskan bahwa VAR masih belum digunakan secara konsisten di Serie A. Kontroversi semacam ini tidak hanya berdampak pada hasil pertandingan, tetapi juga memengaruhi peringkat klub dalam klasemen dan persaingan di berbagai zona, mulai dari perebutan gelar hingga pertarungan untuk menghindari degradasi.
Bagi Lecce dan Bologna, keputusan wasit yang tidak akurat ini sangat merugikan. Lecce kehilangan poin penting dalam upaya mereka bertahan di Serie A, sementara Bologna harus menerima kenyataan bahwa mereka tidak mendapatkan keadilan di lapangan. Sebaliknya, Udinese dan Parma diuntungkan oleh keputusan yang dianggap keliru oleh banyak pihak.
Evaluasi dan Perbaikan Sistem VAR
Keputusan kontroversial ini kembali menyoroti pentingnya perbaikan sistem VAR di Serie A. Meski teknologi ini diperkenalkan untuk membantu wasit dalam mengambil keputusan yang lebih akurat, kesalahan seperti yang terjadi di pekan ke-26 menunjukkan bahwa masih ada celah dalam penggunaannya.
Beberapa pakar sepak bola menyarankan agar VAR memiliki mekanisme yang lebih transparan dan dapat ditinjau ulang oleh pihak independen setelah pertandingan berlangsung. Selain itu, komunikasi antara wasit di lapangan dan petugas VAR perlu diperbaiki agar pengambilan keputusan bisa lebih konsisten dan adil bagi semua tim.
Sementara itu, pihak Serie A diharapkan segera melakukan evaluasi menyeluruh agar kejadian serupa tidak kembali terulang. Dengan perbaikan yang tepat, VAR dapat menjadi alat yang lebih efektif dalam menciptakan keadilan di lapangan tanpa menimbulkan kontroversi yang merugikan tim-tim tertentu.