Manchester City memulai musim 2024/2025 dengan formasi dan taktik baru yang cukup mengejutkan. Pelatih Pep Guardiola, yang dikenal dengan inovasi strategisnya, kali ini memilih untuk menggunakan formasi 3-2-4-1. Di dalam formasi ini, Guardiola memberikan peran baru yang krusial kepada gelandang andalannya, Kevin De Bruyne, yang diharapkan dapat meningkatkan dinamika serangan tim.
Manchester City menunjukkan performa yang sangat impresif di awal musim ini. Dalam tiga pertandingan Premier League pertama, tim asuhan Guardiola selalu berhasil meraih kemenangan. The Citizens sukses menundukkan Chelsea dengan skor 2-0, Ipswich Town dengan skor telak 4-1, dan West Ham United dengan kemenangan 3-1. Rentetan hasil positif ini menegaskan ambisi besar City untuk mempertahankan dominasi mereka di Liga Inggris.
Kemenangan beruntun Manchester City semakin mengesankan mengingat absennya Rodri dalam beberapa laga tersebut. Meskipun kehilangan salah satu pemain kunci di lini tengah, City tetap mampu mempertahankan daya ledak tinggi di lini serang mereka. Hal ini menunjukkan betapa solidnya skuad Manchester City, yang memiliki kedalaman tim luar biasa. Namun, meski unggul dalam serangan, Guardiola masih perlu mencari keseimbangan yang lebih baik dalam aspek bertahan untuk memastikan stabilitas tim di sepanjang musim.
Salah satu aspek paling menarik dari taktik baru Guardiola adalah peran yang diberikan kepada Kevin De Bruyne. Gelandang asal Belgia ini kini lebih sering beroperasi di sisi kiri lapangan. Dalam formasi 3-2-4-1, De Bruyne berkolaborasi dengan pemain muda seperti Savinho atau Jeremy Doku.
Playmaker Ganda dan Dinamika Lini Tengah Manchester City
Manchester City memulai musim 2024/2025 dengan menggunakan formasi 3-2-4-1, yang meski bukan hal baru bagi Pep Guardiola, kali ini diterapkan dengan beberapa penyesuaian taktis yang menarik. Pada musim sebelumnya, Guardiola memang sempat bereksperimen dengan formasi ini, tetapi lebih sering memulai pertandingan dengan formasi 4-2-3-1. Namun, perubahan strategi yang ia lakukan kini menunjukkan evolusi dalam pendekatan taktikalnya, terutama di lini tengah.
Dalam formasi 3-2-4-1, Guardiola menerapkan konsep playmaker ganda, di mana Kevin De Bruyne dan Bernardo Silva memainkan peran sentral. De Bruyne, yang dikenal dengan kemampuan visi dan umpan akuratnya, ditempatkan lebih statis di sisi kiri lapangan. Dengan dukungan dari Savinho atau Jeremy Doku, yang sering kali melakukan penetrasi di sisi lapangan, De Bruyne dapat fokus pada mengatur tempo permainan dan menciptakan peluang dari area tersebut.
Di sisi lain, Bernardo Silva diberi kebebasan yang lebih luas. Pemain asal Portugal ini tidak terpaku pada satu posisi, melainkan bergerak dinamis di berbagai area, baik di sisi kanan, kiri, maupun di dekat kotak penalti lawan. Kebebasan bergeraknya memungkinkan Silva untuk menjadi opsi umpan yang fleksibel, terutama ketika striker utama City, Erling Haaland, berada dalam penjagaan ketat lawan. Mobilitas Silva juga membuka ruang dan menciptakan peluang tambahan bagi timnya.
Fungsi Pivot dan Keseimbangan Lini Tengah
Peran penting lainnya di lini tengah diemban oleh Rico Lewis dan Mateo Kovacic, yang berfungsi sebagai pivot. Rico Lewis ditugaskan untuk mengisi ruang-ruang kosong yang ditinggalkan oleh pergerakan bebas Bernardo Silva. Hal ini memungkinkan Manchester City untuk menjaga keseimbangan di lini tengah dan menghindari kekosongan yang bisa dimanfaatkan oleh lawan.
Sementara itu, Mateo Kovacic memainkan peran yang lebih defensif, bertugas untuk menjaga kedalaman tim. Selain itu, Kovacic juga memiliki tanggung jawab untuk memulai serangan dari belakang, memastikan transisi dari pertahanan ke serangan berlangsung dengan lancar. Peran Kovacic ini sangat vital dalam menjaga struktur permainan City, memastikan bahwa tim tetap solid meski dalam fase menyerang.
Pep Guardiola Mengakomodasi Perubahan Fisik Kevin De Bruyne dalam Taktik Terbaru
Pep Guardiola selalu dikenal sebagai pelatih yang gemar berinovasi dengan taktik baru setiap musimnya. Pada awal musim 2024/2025, Guardiola tampaknya melakukan penyesuaian khusus untuk mengakomodasi perubahan kondisi fisik Kevin De Bruyne, yang kini berusia 33 tahun. Meskipun De Bruyne tetap menjadi pemain kunci bagi Manchester City, Guardiola menyadari bahwa fisik sang gelandang tidak lagi sekuat beberapa tahun lalu, terutama setelah ia melewatkan banyak pertandingan pada musim 2023/2024 akibat cedera.
Pada musim ini, Guardiola merancang formasi yang tidak terlalu membebani fisik De Bruyne. Dengan menggunakan formasi 3-2-4-1, Guardiola memberikan De Bruyne peran yang lebih taktis dan terfokus. Dibandingkan dengan eksploitasi fisik yang biasanya dilakukan di masa-masa sebelumnya. De Bruyne kini lebih sering ditempatkan di sisi kiri lapangan. Di mana ia bisa lebih banyak mengatur permainan dan mendistribusikan bola tanpa harus berlari ke seluruh area lapangan seperti sebelumnya.
Meskipun demikian, peran De Bruyne dalam serangan Manchester City tetap vital. Visinya yang tajam dan kualitas umpannya yang tak tertandingi masih menjadi senjata utama dalam membongkar pertahanan lawan. Guardiola memastikan bahwa meski pergerakan De Bruyne kini lebih terbatas, dampak yang ia berikan di lapangan tetap besar.