Monday, March 31, 2025
No menu items!
asia9QQ  width=
HomeLiga IndonesiaKritik Tajam dari Pelatih Klub Belanda terhadap Naturalisasi Timnas Indonesia

Kritik Tajam dari Pelatih Klub Belanda terhadap Naturalisasi Timnas Indonesia

Dominasi pemain keturunan Belanda dalam skuad Timnas Indonesia kembali mendapat sorotan tajam. Kali ini, kritik datang dari Robert Maaskant, pelatih klub Belanda, Helmond Sport.

Maaskant mengungkapkan pandangannya dalam siniar De Maaskantine, yang ditayangkan di kanal YouTube Sportnieuws. Dalam kesempatan tersebut, ia menyinggung kebijakan naturalisasi yang diterapkan oleh Timnas Indonesia dan dampaknya terhadap perkembangan sepak bola nasional.

- Advertisement -
asia9QQ

Debut Patrick Kluivert sebagai pelatih kepala Timnas Indonesia menjadi sorotan setelah kekalahan telak 1-5 dari Australia pada lanjutan putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia. Pertandingan yang berlangsung di Sydney Football Stadium, Kamis (20/3/2025), itu menjadi ujian pertama bagi Kluivert dalam menangani skuad Garuda.

Untuk fase ini, Timnas Indonesia membawa 30 pemain pilihan Kluivert. Dari jumlah tersebut, 16 pemain merupakan hasil naturalisasi dan mayoritas memiliki darah Belanda. Tak hanya pemain, staf kepelatihan juga didominasi oleh pelatih asal Negeri Kincir Angin. Tercatat, ada sebelas pelatih kelahiran Belanda yang kini bekerja di bawah kepemimpinan Kluivert.

Naturalisasi Pemain Berdarah Belanda Menjadi Sorotan

Maaskant menyoroti risiko besar yang dihadapi pemain naturalisasi yang harus meninggalkan kewarganegaraan Belanda demi membela Timnas Indonesia. Menurutnya, kebijakan ini dapat memberikan dampak signifikan bagi pemain dan klub asal mereka.

“Saya berharap semua ini berjalan baik karena bisa berdampak positif bagi sepak bola Belanda. Apalagi dengan banyaknya staf kepelatihan yang kini bekerja di Indonesia. Namun, jika benar pemain yang berpindah kewarganegaraan akan kehilangan paspor Belanda, ini bisa menjadi masalah besar,” ujar Maaskant.

Lebih lanjut, ia membandingkan kebijakan ini dengan beberapa negara lain seperti Italia dan Argentina. Kedua negara tersebut telah lama memanfaatkan pemain berdarah asing, tetapi tetap mengizinkan paspor ganda. Berbeda dengan Indonesia, di mana kebijakan naturalisasi mewajibkan pemain untuk melepaskan kewarganegaraan asal mereka.

“Dengan aturan seperti ini, beberapa klub di Belanda bisa terkena dampak finansial yang cukup besar. Apalagi jika mereka kehilangan pemain yang sebelumnya bisa mewakili Belanda di level internasional,” tambahnya.

Maaskant Menilai Timnas Indonesia Terlalu Dihipnotis oleh Naturalisasi

Tak hanya menyoroti aspek administrasi, Maaskant juga mengkritik hype berlebihan terhadap Timnas Indonesia. Ia menilai tim ini masih jauh dari level kompetitif yang diharapkan.

“Jujur saja, kita di Belanda hampir tidak mengetahui banyak tentang Timnas Indonesia. Yang sering kita dengar hanya berita mengenai pemain yang dinaturalisasi. Tiba-tiba, ada sepuluh pemain kelahiran Belanda yang masuk skuad mereka,” kata Maaskant.

Kritiknya semakin tajam ketika membahas kegagalan penalti Kevin Diks dalam laga melawan Australia. Diks, yang lahir di Apeldoorn, Belanda, pernah memperkuat timnas muda Belanda sebelum memilih membela Indonesia.

“Tentu saja penalti bisa gagal, itu wajar dalam sepak bola. Tetapi, hasil pertandingan ini menunjukkan bahwa Australia, yang telah memiliki pengalaman panjang di Piala Dunia, masih terlalu kuat untuk Indonesia,” ujar Maaskant.

Pemain Naturalisasi Timnas Indonesia Bagus di Eredivisie, tapi Lemah di Level Internasional

Meski mengkritik kebijakan naturalisasi, Maaskant mengakui bahwa Indonesia masih memiliki peluang untuk tampil di Piala Dunia 2026. Namun, ia mempertanyakan apakah para pemain naturalisasi benar-benar memiliki loyalitas terhadap Timnas Indonesia.

“Kalau diberikan pilihan, saya yakin Jay Idzes dan yang lainnya lebih memilih memperkuat Timnas Belanda daripada Indonesia,” ungkapnya.

Menurutnya, sebagian besar pemain naturalisasi Indonesia memang memiliki kualitas baik di level klub, terutama di Eredivisie. Namun, ketika berbicara tentang kompetisi internasional, mereka masih belum mampu bersaing di level tertinggi.

“Saya tidak ingin meremehkan mereka. Pemain-pemain ini memang berkualitas, dan beberapa di antaranya bermain di Eredivisie. Tapi jika kita bicara soal kualitas di Piala Dunia, mereka belum cukup kuat untuk menghadapi tim-tim besar,” ujar Maaskant.

Saat ini, dari 16 pemain naturalisasi keturunan Belanda yang dipanggil ke Timnas Indonesia, 12 di antaranya merupakan pemain yang pernah atau sedang bermain di Eredivisie. Meski memiliki pengalaman bermain di liga Eropa, hal itu tidak serta-merta menjamin kesuksesan mereka di level internasional.

“Sepak bola bukan sulap yang bisa mengubah tim dalam semalam. Kualitas tetap menjadi faktor utama. Jika mayoritas pemain dalam tim masih berada di level rata-rata, jangan berharap mereka tiba-tiba bisa bersaing di Piala Dunia,” pungkasnya.

Dengan kritik yang dilontarkan Maaskant, polemik naturalisasi di Timnas Indonesia kembali menjadi bahan perdebatan. Keputusan untuk terus menggunakan jasa pemain naturalisasi tentu memiliki pro dan kontra. Kini, pertanyaannya adalah apakah strategi ini benar-benar dapat membawa Indonesia ke pentas Piala Dunia, atau justru hanya menjadi solusi instan yang tak berkelanjutan?

RELATED ARTICLES
- Advertisment -
asia9sports

Most Popular

Recent Comments