Monday, July 14, 2025
No menu items!
asia9QQ  width=
HomeHot NewsKetidakhadiran Aleksander Ceferin di Club World Cup 2025 Picu Isu Retaknya Hubungan...

Ketidakhadiran Aleksander Ceferin di Club World Cup 2025 Picu Isu Retaknya Hubungan UEFA dan FIFA

Absennya Presiden UEFA dari Club World Cup 2025 menjadi sorotan tajam dan memunculkan dugaan adanya ketegangan antara UEFA dan FIFA. Aleksander Ceferin, yang merupakan Presiden UEFA sekaligus Wakil Presiden FIFA, tidak menunjukkan batang hidungnya di turnamen besar tersebut yang digelar di Amerika Serikat mulai pertengahan Juni hingga pertengahan Juli 2025.

Keputusan Ceferin untuk tidak hadir sangat kontras dengan langkah para petinggi konfederasi lain yang terlihat aktif menyaksikan laga-laga penting. Bahkan, ketidakhadirannya kian dipertanyakan karena tiga klub Eropa — Chelsea, PSG, dan Real Madrid — berhasil melaju ke semifinal. Banyak pihak menilai sikap ini sebagai sinyal ketidakpuasan terhadap arah baru FIFA yang memperluas cakupan Piala Dunia Antarklub.

- Advertisement -
asia9QQ

Artikel ini akan mengupas lebih dalam penyebab, dampak, dan kemungkinan masa depan dari memanasnya hubungan antara dua organisasi tertinggi sepak bola dunia ini.


UEFA Waspadai Ambisi FIFA Ekspansi Kompetisi Klub

Sumber internal yang dekat dengan UEFA mengungkapkan bahwa terdapat kekhawatiran besar mengenai ekspansi Club World Cup yang dinilai mulai mengganggu stabilitas dan eksistensi Liga Champions. Wacana untuk menggelar turnamen ini secara reguler tiap dua tahun menjadi perhatian utama, karena akan berbenturan langsung dengan jadwal kompetisi Eropa yang padat.

Gianni Infantino selaku Presiden FIFA secara terbuka menyebut potensi peningkatan jumlah peserta dan frekuensi turnamen. Dalam sebuah konferensi pers di Trump Tower, ia menyebutkan nama-nama besar seperti Manchester United, Barcelona, Liverpool, dan Napoli sebagai klub yang sedang dijajaki untuk edisi selanjutnya.

Lebih dari itu, FIFA juga mengklaim bahwa gelaran edisi 2025 menghasilkan pendapatan yang luar biasa. Menurut Infantino, turnamen ini berhasil mencatat pemasukan sebesar USD 2,1 miliar atau sekitar Rp34 triliun. Rata-rata pendapatan per pertandingan bahkan mencapai USD 33 juta, angka yang disebut-sebut melebihi pemasukan pertandingan Liga Champions Eropa.

Klaim ini memicu reaksi keras dari sebagian kalangan UEFA yang merasa FIFA mencoba “menjiplak” kesuksesan Liga Champions dan mengubah wajah sepak bola global demi kepentingan komersial belaka.


Ketidakhadiran Ceferin Semakin Memanaskan Isu

Meski turnamen berlangsung sukses dan menghadirkan tim-tim papan atas, Ceferin memilih untuk tidak hadir sama sekali. UEFA menyatakan bahwa fokus mereka tertuju pada gelaran Women’s EURO 2025 di Swiss yang berlangsung hampir bersamaan.

Namun, laporan dari The Athletic menunjukkan bahwa Ceferin hanya menghadiri satu dari 22 pertandingan awal Women’s EURO. Ia bahkan sebelumnya absen di final Piala Dunia Wanita 2023 yang mempertemukan dua tim Eropa, yakni Inggris dan Spanyol.

Hal ini membuat alasan UEFA terdengar kurang meyakinkan. Ketika dimintai keterangan lebih lanjut, UEFA memilih bungkam dan enggan memberikan pernyataan resmi terkait ketidakhadiran Ceferin di Club World Cup 2025. Sikap tertutup ini justru memperkuat spekulasi bahwa hubungan UEFA dan FIFA sedang tidak harmonis.


Ketegangan Lama yang Kini Meledak ke Permukaan

Bukan kali ini saja hubungan UEFA dan FIFA terlihat tegang. Pada Kongres FIFA yang berlangsung di Paraguay pada Mei 2025, delapan delegasi UEFA melakukan walkout sebagai bentuk protes terhadap Gianni Infantino yang datang terlambat tiga jam karena urusan politik di Timur Tengah.

UEFA menganggap keterlambatan itu sebagai bentuk tidak hormat terhadap forum sepak bola internasional. Mereka menegaskan bahwa FIFA terlalu mencampuradukkan kepentingan politik dengan urusan olahraga, yang seharusnya berdiri independen.

Infantino sendiri mengakui kesalahannya dan meminta maaf. Ia menjelaskan bahwa keterlambatannya berkaitan dengan diskusi penting di Qatar dan Arab Saudi mengenai persiapan Piala Dunia 2026 dan 2034. Namun, pernyataan tersebut gagal meredam kritik dari sejumlah petinggi UEFA yang merasa terpinggirkan dalam pengambilan keputusan strategis FIFA.


Masa Depan Relasi UEFA dan FIFA di Ujung Tanduk?

Dengan semakin melemahnya komunikasi antara UEFA dan FIFA, masa depan hubungan kedua organisasi ini menjadi pertanyaan besar. Jika eskalasi terus berlanjut, bukan tidak mungkin UEFA mengambil langkah lebih jauh, seperti membatasi partisipasi klub anggotanya dalam ajang FIFA.

Konflik ini juga membuka peluang terjadinya restrukturisasi dalam format kompetisi internasional. Misalnya, UEFA dapat memperkuat Liga Champions sebagai ajang eksklusif yang hanya diikuti klub-klub Eropa, atau memperluas pengaruhnya melalui kerja sama dengan konfederasi lain seperti CONMEBOL.

Di sisi lain, FIFA tampaknya akan terus mendorong transformasi Club World Cup sebagai ajang utama antar-klub dunia. Keberhasilan edisi 2025 dari segi finansial menjadi modal kuat untuk menyusun rencana jangka panjang yang ambisius.

RELATED ARTICLES
- Advertisment -
asia9sports

Most Popular

Recent Comments