Timnas Indonesia harus meningkatkan performa menjelang babak keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia jika ingin bersaing dengan tim-tim kuat seperti Arab Saudi dan Irak. Meski keberhasilan menembus fase ini patut diapresiasi, tantangan yang menanti di Grup B jauh lebih berat dibandingkan sebelumnya. Kompetisi akan dimulai pada Oktober mendatang, dan skuad Garuda tidak memiliki banyak waktu untuk bersantai.
Lawan-lawan di fase ini sudah berpengalaman bermain di turnamen besar, dan sebagian besar pemain mereka tampil di liga top dunia. Dalam situasi seperti ini, sekadar mengandalkan semangat juang tak akan cukup. Pelatih Patrick Kluivert membutuhkan kombinasi antara taktik modern, kedalaman skuad, dan tambahan pemain berkualitas tinggi untuk mengimbangi kekuatan lawan.
Langkah awal sudah dilakukan oleh PSSI dengan merencanakan naturalisasi dua pemain diaspora. Namun, tantangan di depan memerlukan solusi lebih dari itu. Ketersediaan pemain inti yang fit dan bisa tampil konsisten di level tertinggi menjadi prasyarat mutlak agar Indonesia tak hanya menjadi pelengkap di grup neraka tersebut.
Arab Saudi dan Irak: Tantangan Nyata Timnas di Grup B
Timnas Indonesia akan menghadapi lawan-lawan yang kualitasnya tidak bisa dianggap remeh. Arab Saudi adalah langganan Piala Dunia, sementara Irak telah menunjukkan performa solid di berbagai kompetisi Asia.
Dua laga awal Indonesia akan langsung melawan tim-tim ini: Arab Saudi pada 8 Oktober dan Irak tiga hari setelahnya. Kedua pertandingan akan digelar di kandang lawan, yang tentu menambah kesulitan karena faktor atmosfer stadion dan tekanan suporter tuan rumah.
Pelatih Patrick Kluivert perlu mengantisipasi kemungkinan kelelahan dan rotasi pemain. Tanpa kedalaman skuad yang merata, Timnas bisa saja kehabisan tenaga di tengah jadwal padat ini.
Penambahan Striker Diaspora Sangat Dibutuhkan
Salah satu masalah yang terus membayangi skuad Garuda adalah kurangnya produktivitas lini depan. Cedera Ole Romeny memperparah kondisi tersebut dan memperlihatkan bahwa Indonesia butuh penyerang baru yang sudah siap tempur.
PSSI disebut tengah menyiapkan dua nama baru dari luar negeri untuk menambah kekuatan serangan. Namun, penting bagi mereka untuk memilih pemain yang kualitasnya di atas rata-rata, bukan sekadar pemanis skuad.
Seperti yang diungkapkan analis sepak bola Raja Isa, “Jika kualitasnya setara atau lebih rendah dari Ole, lebih baik pemain baru itu mengisi sektor lain.” Ucapan tersebut menyoroti pentingnya memilih pemain yang benar-benar bisa memberikan dampak langsung di lapangan.
Lini Belakang Indonesia Masih Perlu Tambahan
Selain lini depan, pertahanan Indonesia juga menjadi perhatian. Dalam beberapa laga terakhir, terutama melawan tim-tim kuat seperti Jepang dan Irak, lini belakang Indonesia seringkali terlihat goyah dan mudah ditembus.
Raja Isa menyarankan penambahan pemain di sektor pertahanan. Menurutnya, untuk bisa bersaing di Grup B, Indonesia tidak boleh membiarkan kelemahan ini terbuka. Jika tidak segera diperkuat, lawan-lawan tangguh seperti Irak yang punya fisik kuat dan teknik bagus akan mudah mengoyak pertahanan Garuda.
“Kunci lolos ke Piala Dunia adalah keseimbangan lini depan dan belakang. Tanpa itu, kita akan kesulitan,” ujarnya.
Strategi dan Mentalitas Jadi Penentu Tambahan
Dalam situasi darurat, ketika transfer pemain baru tidak memungkinkan, solusi harus datang dari strategi. Patrick Kluivert sebagai pelatih perlu menyesuaikan pendekatan permainan. Bertahan secara kompak dan menyerang dengan efisien bisa menjadi resep sukses, apalagi saat bermain tandang.
Atmosfer pertandingan di kandang lawan sangat menentukan mental pemain. Arab Saudi dan Irak dikenal memiliki basis suporter fanatik yang bisa menekan lawan sejak menit awal. Jika pemain Indonesia tidak siap secara mental, kekalahan bisa datang bahkan sebelum peluit akhir dibunyikan.
“Strategi bertahan yang efektif, serta menjaga ketenangan dalam tekanan, adalah hal mutlak yang harus dimiliki,” tegas Raja Isa.
Tak Cukup Sekadar Lolos, Indonesia Harus Siap Bertarung
Lolos ke putaran keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 adalah pencapaian besar, namun pekerjaan sesungguhnya baru dimulai. Melawan tim-tim seperti Arab Saudi dan Irak membutuhkan kekuatan ekstra, baik secara teknis maupun taktis.
PSSI perlu bergerak cepat menuntaskan proses naturalisasi pemain baru, terutama untuk posisi penyerang dan bek. Di sisi lain, Kluivert harus mempersiapkan skema permainan yang lebih matang agar Timnas Indonesia tak hanya tampil kompetitif, tapi juga berpeluang mencuri poin penting.
Mental, strategi, dan komposisi pemain harus ditingkatkan. Tanpa itu semua, mimpi menuju Piala Dunia bisa kembali menjadi sekadar harapan.