Musim 2024/2025 menjadi musim yang berbeda bagi Manchester United. Kegagalan di Liga Europa membuat mereka harus merelakan tiket Liga Champions musim depan. Kondisi ini cukup memukul, namun bagi pelatih Ruben Amorim, absennya kompetisi elit Eropa justru jadi titik awal membangun ulang kekuatan. Pelatih asal Portugal itu menegaskan bahwa ketidakhadiran mereka di Liga Champions tidak menghalangi ambisinya membentuk tim kuat dan kompetitif.
Menurut Amorim, situasi ini bisa menjadi peluang untuk lebih fokus menyusun kerangka tim yang tepat. Ia tidak melihat kebutuhan mendesak untuk memiliki skuad besar, melainkan lebih memilih memaksimalkan sumber daya internal. Dalam konferensi pers yang digelar di Asia, ia menyebut bahwa Manchester United telah menyiapkan dua skenario berbeda sejak awal, baik dengan maupun tanpa Liga Champions.
Fokus Pada Akar: Akademi sebagai Pusat Regenerasi
Manchester United dikenal sebagai salah satu klub yang menjadikan akademi sebagai jantung dari regenerasi tim. Filosofi ini bukan hal baru, mengingat klub ini pernah melahirkan generasi emas seperti Class of ’92. Ruben Amorim pun kembali menyoroti pentingnya peran pemain muda, terutama dalam situasi ketika opsi transfer dibatasi oleh regulasi Financial Fair Play.
“Kami tidak bisa mengandalkan belanja besar. Akademi adalah solusi terbaik untuk mempertahankan keseimbangan finansial dan membangun masa depan,” ujar Amorim. Baginya, akademi bukan hanya tentang melahirkan bintang masa depan, tetapi juga membentuk karakter dan identitas klub.
Ia pun menyebut bahwa fokus akan diberikan untuk meningkatkan kualitas pemain muda yang sudah ada. Amorim tak ingin sekadar meminjamkan mereka ke klub kecil, melainkan ingin melihat mereka berkembang langsung di bawah pengawasannya. Rencana besar ini melibatkan pendekatan jangka panjang, termasuk integrasi bertahap pemain muda ke dalam tim utama.
Pentingnya Mentalitas dan Dukungan untuk Talenta Muda
Meski memberikan banyak ruang kepada pemain muda, Amorim juga tidak menutup mata terhadap tantangan yang mereka hadapi. Salah satu yang paling berat adalah tekanan media dan ekspektasi yang sering tidak realistis. Ia menyadari bahwa era media sosial menciptakan lingkungan yang tidak selalu sehat bagi perkembangan mental pemain muda.
“Anak-anak muda terlalu sering mendapat sorotan berlebihan sebelum mereka benar-benar siap,” kata Amorim. Ia menghindari menyebut nama secara spesifik agar tekanan tidak semakin besar. Namun, ia menekankan pentingnya pengelolaan ekspektasi publik terhadap pemain muda agar tidak terbebani secara psikologis.
Amorim menambahkan bahwa pemain muda Manchester United seharusnya tidak dibebani sebagai penyelamat klub dalam waktu cepat di musim berikutnya. Mereka butuh waktu, ruang untuk berkembang, serta lingkungan yang mendukung. Dalam banyak kasus, justru tekanan besar di usia muda yang merusak potensi jangka panjang.
Rotasi Efisien dan Skema Taktik Lebih Dinamis
Selain fokus pada akademi, Amorim juga sedang merancang ulang sistem permainan United. Ia ingin timnya tampil lebih fleksibel, dengan rotasi efisien dan pendekatan taktik yang dapat menyesuaikan dengan kekuatan lawan. Pemain muda yang punya mobilitas tinggi dan semangat bertarung besar akan mendapatkan tempat lebih cepat dalam skema ini.
Hal ini sejalan dengan pengurangan ukuran skuad. Tanpa Liga Champions, Amorim merasa tidak perlu memiliki kedalaman tim berlapis-lapis. Ia lebih suka memiliki grup pemain yang kompak, saling memahami, dan bisa beradaptasi dengan cepat dalam berbagai posisi.
Rencana ini juga memungkinkan penghematan anggaran transfer dan memberikan peluang lebih banyak bagi pemain yang haus menit bermain. Para pemain akademi, yang biasanya kesulitan bersaing dengan bintang besar, akan mendapatkan panggung lebih luas.
Harapan dan Visi Jangka Panjang yang Terarah
Ruben Amorim membawa filosofi yang kontras dengan era sebelumnya di Manchester United. Ia tidak menjanjikan perubahan instan, tetapi menjanjikan pondasi yang kokoh untuk masa depan. Ketidakhadiran di Liga Champions dianggapnya sebagai jendela peluang untuk membangun kembali semangat, karakter, dan identitas klub.
Dengan menaruh kepercayaan pada akademi, mengontrol tekanan publik, dan merancang ulang strategi permainan, Amorim menunjukkan bahwa kekuatan tim tidak semata tergantung pada gelar atau kompetisi elit. Melainkan, ia ingin memulai revolusi yang berlandaskan visi jangka panjang. Semua itu dimulai dari keputusan sederhana namun berani: percaya pada darah muda dan semangat membangun dari dalam.
