Friday, November 22, 2024
No menu items!
asia9QQ  width=
HomeHot NewsAl Ittihad Kian Terpuruk Meski Telah Mendatangkan Pemain Bintang Eropa

Al Ittihad Kian Terpuruk Meski Telah Mendatangkan Pemain Bintang Eropa

Al Ittihad, dengan ambisi besar dan penuh gemerlap, menjadi salah satu tim yang aktif dalam mendatangkan pemain bintang pada awal musim 2023/2024. Namun, ironisnya, dalam cahaya sorot para pemain mahal yang berhasil mereka akuisisi, Al Ittihad malah menemui kendala di klasemen Saudi Pro League.

Menutup paruh pertama musim 2023/2024, Al Ittihad mendapati diri mereka berada di posisi ke-6 dalam klasemen Saudi Pro League. Dengan lima kekalahan dari 17 pertandingan yang telah dimainkan, mereka hanya mengumpulkan 28 poin. Meskipun bagi kebanyakan klub pencapaian ini mungkin masih dianggap baik, namun, Al Ittihad tidak bisa dipandang sebelah mata. Sebagai juara bertahan Saudi Pro League, ekspektasi tinggi mereka terhadap kesuksesan.

- Advertisement -
asia9QQ

Pertanyaan muncul: mengapa tim yang telah mengeluarkan lebih dari €121 juta untuk merekrut pemain top harus terpuruk di klasemen? Kasus Al Ittihad menjadi peringatan bahwa uang tidak selalu menjadi kunci kesuksesan di dunia sepak bola. Belanja besar di awal musim tidak selalu dapat mengatasi dinamika tim dan menghasilkan performa yang diharapkan.

Keberhasilan di lapangan tidak hanya tergantung pada kemampuan individu pemain, tetapi juga pada kemampuan mereka untuk berintegrasi sebagai tim yang solid. Keseimbangan antara talenta individual dan sinergi tim menjadi kunci utama untuk meraih sukses yang berkelanjutan. Al Ittihad, dengan segala investasi yang mereka lakukan, harus kembali mengevaluasi strategi mereka dan menemukan solusi agar prestasi di lapangan sejalan dengan ekspektasi yang mereka miliki.

Namun, meski begitu mereka tidak kunjung mendapatkan hasil maksimal.

Isu Tentang Internal Tim

Pada awal musim 2023/2024, Al Ittihad memperoleh perhatian luas dengan mendatangkan sejumlah pemain bintang dengan biaya transfer yang mencengangkan. Fabinho, dengan label sebagai pemain termahal yang dibeli, tiba dari Liverpool dengan nilai transfer sebesar €46 juta. Tak kalah mencolok, Jota dan Luiz Felipe juga menjadi bagian dari pembelian besar-besaran Al Ittihad dengan harga masing-masing €29 juta dan €22 juta.

Meski demikian, bintang-bintang baru seperti Karim Benzema dan Ngolo Kante, juara Liga Champions, menjadi fokus utama. Keduanya tidak hanya membawa reputasi kejayaan di level tertinggi sepak bola Eropa, tetapi juga mendapatkan gaji fantastis sebagai imbalan atas kehadiran mereka di Al Ittihad.

Ironisnya, performa tim tidak sejalan dengan ekspektasi yang tinggi. Hasil buruk di awal musim mengakibatkan pemecatan pelatih Nuno Espirito Santo, yang digantikan oleh Marcelo Gallardo. Pergantian pelatih ini menciptakan suasana yang dinamis di tim, dengan harapan bahwa perubahan kepemimpinan dapat memberikan dorongan yang diperlukan untuk memperbaiki performa tim.

Selain permasalahan prestasi, muncul pula rumor yang menyebutkan bahwa Nuno Espirito Santo kehilangan kendali atas ruang ganti. Isu ini menambah kompleksitas situasi di Al Ittihad, memunculkan pertanyaan tentang dinamika internal di tim dan pengaruhnya terhadap performa mereka di lapangan. Maka, Al Ittihad tidak hanya dihadapkan pada tantangan di arena pertandingan. Tetapi juga perlu menyelesaikan potensi masalah di dalam ruang ganti untuk mencapai stabilitas dan kembali meraih sukses.

Sulit Untuk Mempertahankan Gelar

Marcelo Gallardo, yang memiliki reputasi gemilang di dunia sepak bola Argentina. Pernah menjadi sorotan sebagai kandidat manajer untuk klub-klub ternama seperti Barcelona, PSG, dan Manchester United. Namun, takdir membawanya ke Al Ittihad, di mana dia diharapkan dapat membawa tim bangkit setelah hasil buruk di awal musim.

Meski Gallardo membawa aura kepemimpinan yang kuat, tantangan di Saudi Pro League ternyata begitu sulit. Al Hilal, yang saat ini menduduki puncak klasemen, tampil sangat dominan dengan mengumpulkan 50 poin tanpa sekalipun mengalami kekalahan. Di sisi lain, Al Ittihad tertinggal 22 poin dari pemuncak klasemen.

Persaingan yang ketat dan jarak poin yang signifikan menantang ambisi Al Ittihad untuk mempertahankan gelar juara. Rasanya sulit bagi sang juara bertahan untuk mengejar ketertinggalan yang begitu besar. Meskipun Gallardo mungkin membawa perubahan positif, tetapi meraih puncak klasemen tampak menjadi tugas yang sangat berat.

Proses adaptasi dan penyatuan tim, yang tidak selalu berjalan sesuai rencana, menjadi salah satu faktor yang turut mempengaruhi perjalanan Al Ittihad musim ini. Mereka harus bekerja keras dan mencari solusi strategis untuk mengatasi tantangan ini. Dengan harapan, meraih hasil yang lebih baik pada paruh kedua musim.

RELATED ARTICLES
- Advertisment -
asia9sports

Most Popular

Recent Comments