Paris Saint Germain memang telah berhasil lolos ke babak final dan akan menghadapi Bayern Munchen pada Senin 24 Agustus 2020 dini hari waktu Indonesia. Namun ada kabar buruk dari kubu Paris Saint Germain, dimana Neymar terancam absen di laga krusial tersebut.
Keberhasilan Paris Saint Germain setelah menyingkirkan RB Leipzig dengan skor telak 3-0 pada Rabu 19 Agustus 2020 dini hari kemarin, di stadion Da Luz, Lisbon, Portugal, memastikan Kylian Mbappe dan rekan setimnya untuk menghadapi penguasa Bundesliga, Bayern Munchen.
Neymar terancam absen di laga puncak tersebut karena ia kedapatan bertukar jersey saat merayakan kemenangan setelah pertandingan usai melawan RB Leipzig. Tidak lama setelah peluit akhir ditiup, Neymar yang merayakan kemenangan tersebut, bertukar pemain dengan Marcel Halstenberg di lapangan.
Hal ini bertentangan dengan protokol dan peraturan EUFA dalam mengantisipasi masa pandemi ini. Protokol dan peraturan UEFA tersebut menyatakan:”Pemain disarankan untuk tidak menukar jersey antar pemain. Ketidakpatuhan terhadap peraturan ini bisa mengarah kepada tindakan disipliner sesuai dengan Peraturan Disiplin UEFA.”
Beberapa saat sebelum Liga Champions kembali digelar setelah masa lockdown pandemi, peraturan protokol dilaporkan bahwa hukuman dari pelanggaran bertukar kaos adalah isolasi diri pemain selama 12 hari.
Memang dari protokol tersebut tidak ada pernyataan bahwa hukuman tersebut berlaku mutlak atau harus dilakukan. Namun sekarang yang patut dikhawatirkan adalah pemain yang terlibat adalah pemain kunci Paris Saint Germain, Neymar.
Pemain tim nasional Brasil tersebut merupakan salah satu pemain kunci dari kemenangan Paris Saint Germain atas RB Leipzig. Pemain berusia 28 tahun tersebut menunjukkan performa yang luar biasa brilian.
Meskipun Neymar tidak berhasil mencetak gol, namun ia memberikan kontribusi yang luar biasa kepada tim dan rekan setimnya. Ia berhasil memberikan kepada Angel di Maria yang berhasil memanfaatkan umpan manis darinya. Sehingga membantu Angel di Maria menjadi Man of the Match di laga kemenangan Paris Saint Germain atas RB Leipzig.
Neymar telah berhasil melewati masa sulit setelah kepindahannya dari Barcelona ke Paris Saint Germain yang dibanderol dengan harga tinggi pada tahun 2017. 198 juta pounds telah digelontorkan Paris Saint Germain untuk menebus pemain muda berbakat asal Brasil tersebut.
Saat Paris Saint Germain menggusur Atalanta, ia juga tidak mencetak gol. Namun penampilannya yang gemilang, bisa membawa Paris Saint Germain hingga babak final Liga Champions musim 2019-2020.
Dilansir dari ESPN, ia berhasil melakukan 16 take-ons saat melawang Atalanta. Prestasi tersebut berhasil menyamai rekor Leo Messi saat melawan Manchester United pada tahun 2008. Ia juga melewati rekor sang legenda Javier Zanetti ketika bertemu Dynamo Kyiv pada tahun 2003 lalu.
Catatan ini juga membuktikan bahwa Neymar adalah raja dribbling yang sudah dinobatkan kepadanya beberapa tahun belakangan. Sejak musim 2016-2017, Neymar berhasil meraih empat posisi teratas dalam hal dribbling.
Catatan tersebut antara lain 16 ketika melawan Atalanta pada tahun 2020. 15 dribble ketika bertemu Juventus pada 2017, 13 take on ketika bertemu dengan Napoli pada 2018, dan 13 kali saat bertemu Real Madrid pada 2018.
Neymar memang sudah berubah sejak ia berada di Paris Saint Germain. Ia menjadi pemain yang lebih dewasa dan memiliki jiwa kepemimpinan di Paris Saint Germain. Jika Neymar terancam absen, maka hal itu juga akan mempengaruhi keseimbangan di tubuh Paris Saint Germain.
Peran Neymar di musim 2019-2020 sangatlah krusial. Karena ia benar-benar gagal total di musim 2018-2019 karena ia harus keluar masuk ruang perawatan Paris Saint Germain. Dan kini ia kembali menjadi sosok yang berbeda dan tampil habis-habisan untuk Paris Saint Germain.
“Neymar kini bermain untuk tim. Ia juga mengundang rekan setimnya untuk makan malam di rumahnya. Ia bukanlah Neymar yang suka pamer dan berakting seperti yang dulu,” kata jurnalis BBC Sport, Julien Laurens.
Sang jurnalis juga menilai bahwa Neymar yang sekarang, bukanlah pemain yang egois. Kini ia mengambil alih tanggung jawab tim dan bermain bersama tim dan untuk tim. Di usianya yang ke 28, ia menjadi lebih dewasa dan layak menjadi pemimpin.
Hal ini yang patut dikhawatirkan Paris Saint Germain. Jika memang benar Neymar terancam absen, Paris Saint Germain perlu memutar otak dan mempersiapkan plan B untuk membungkam Bayern Munchen di babak final Liga Champions.