Manchester City tengah menghadapi masa transisi penting dalam struktur timnya. Setelah hasil mengecewakan pada musim 2024/2025 dan kemungkinan hengkangnya Kevin De Bruyne, Pep Guardiola mencari sosok baru yang mampu menjadi pengatur ritme permainan. Salah satu nama yang mencuat adalah Tijjani Reijnders.
Gelandang asal Belanda itu bukan hanya memiliki teknik tinggi, tetapi juga kecerdasan taktik yang cocok dengan filosofi sepak bola Guardiola. Dengan usia yang masih produktif dan pengalaman bermain di kompetisi top Eropa, Reijnders menjadi pilihan menarik bagi City dalam membangun ulang kekuatan lini tengah mereka.
Akar Filosofis yang Cocok: Gaya Belanda Bertemu Sepak Bola Guardiola
Reijnders tumbuh dalam kultur sepak bola Belanda yang dikenal kaya akan penguasaan bola dan permainan kolektif. Dalam wawancara masa lalu, ia mengaku mengidolakan Andres Iniesta. Hal itu mengindikasikan bahwa ia terbiasa bermain dengan pendekatan yang mengandalkan ketenangan dan kreativitas.
Gaya tersebut sangat beririsan dengan prinsip dasar permainan Guardiola. Hubungan sejarah antara sepak bola Belanda dan Barcelona—klub yang membentuk banyak filosofi Pep—juga menjadi alasan mengapa Reijnders tampak sangat cocok masuk ke dalam sistem permainan Manchester City.
Bukan hanya karena kemiripan gaya, tetapi juga karena pemahaman mendalam terhadap struktur permainan berbasis posisi. Ini adalah aspek yang menjadi fondasi utama dalam taktik Guardiola selama lebih dari satu dekade.
Gaya Bermain: Kombinasi Sempurna Bernardo Silva dan Ilkay Gundogan
Meskipun Reijnders memiliki ketertarikan terhadap De Bruyne, permainan yang ia tampilkan justru lebih menyerupai gabungan antara Ilkay Gundogan dan Bernardo Silva. Keduanya adalah pilar utama keberhasilan Manchester City dalam meraih banyak gelar sejak 2017.
Gundogan dikenal karena kontrol temponya dan kecerdasan membaca ruang. Sementara Bernardo Silva unggul dalam fleksibilitas, daya jelajah, dan presisi umpan pendek. Reijnders membawa sebagian besar kualitas tersebut dalam dirinya. Hal ini membuatnya berpotensi menjadi poros baru yang mampu menjembatani lini pertahanan dan lini serang dengan efektif.
Reijnders mungkin bukan pemain bertipe agresif dalam bertahan. Namun, ia memiliki pemahaman posisi yang sangat baik, yang membuatnya jarang salah langkah dalam situasi bertahan maupun saat membangun serangan.
Adaptasi Peran: Siap Menggantikan De Bruyne, Menjadi Pendamping Rodri
Ketika berbicara tentang pengganti De Bruyne, penting untuk dipahami bahwa tidak semua gelandang harus mereplikasi kontribusi gol dan assist. Manchester City lebih membutuhkan figur yang bisa mempertahankan ritme, menjaga sirkulasi bola tetap hidup, serta memecah tekanan lawan dengan pergerakan cerdas.
Dalam skema City, Reijnders bisa beroperasi sebagai pengatur ritme dari lini kedua. Ia memiliki kemampuan menerima bola langsung dari lini belakang, bahkan dari Ederson, dan segera mendistribusikannya dengan efisien. Hal ini akan memberikan dampak signifikan dalam build-up, terutama saat menghadapi tekanan tinggi dari lawan.
Saat Rodri tidak tersedia, Reijnders juga dapat mengambil alih peran sebagai jangkar dengan sentuhan teknikal yang mumpuni. Fleksibilitas posisi ini menjadikannya aset berharga bagi tim yang kerap mengalami rotasi mendalam dalam jadwal padat.
Visi dan Kecerdasan: Atribut Utama Reijnders di Tengah Lapangan
Salah satu kekuatan utama Reijnders adalah visinya dalam membaca permainan. Ia tidak hanya mampu melepaskan umpan presisi dalam ruang sempit, tetapi juga berani mengambil risiko untuk membuka ruang. Umpan vertikalnya sering kali menjadi awal serangan balik atau progresi cepat ke kotak penalti lawan.
Kemampuan dribelnya pun di atas rata-rata untuk seorang gelandang sentral. Ia tidak panik saat ditekan, bahkan sering memanfaatkan tekanan lawan untuk menciptakan ruang. Dalam situasi tertentu, ia juga mampu memecah blok pertahanan lawan melalui gerakan satu-dua yang cepat dan dinamis.
Reijnders bukan hanya jago dalam mengolah bola. Ia juga cerdas dalam bergerak tanpa bola, tahu kapan harus turun ke bawah atau masuk ke kotak penalti untuk memberi opsi tambahan.
Kesiapan Mental dan Mentalitas Juara
Aspek mental juga menjadi bagian penting dari kriteria Guardiola dalam memilih pemain. Reijnders menunjukkan kedewasaan di lapangan, baik saat bermain di AC Milan maupun bersama Timnas Belanda. Ia tidak mudah terprovokasi, mampu mengendalikan emosi, serta tetap fokus meski dalam tekanan besar.
Hal ini penting karena bermain untuk Manchester City berarti harus tampil di banyak kompetisi sekaligus, termasuk Liga Champions dan Liga Inggris. Pemain yang tidak memiliki mental kuat akan kesulitan menjaga konsistensi.
Reijnders juga tidak canggung berada di ruang ganti yang penuh pemain bintang. Ia dikenal sebagai sosok yang rendah hati namun memiliki kepercayaan diri tinggi. Sifat ini menjadikannya kandidat ideal untuk bergabung dalam skuad City yang sangat kompetitif.
Investasi Jangka Panjang untuk Era Baru Manchester City
Jika Manchester City benar-benar merekrut Tijjani Reijnders, ini bukan hanya soal mencari pengganti De Bruyne. Lebih dari itu, ini adalah investasi jangka panjang untuk memperkuat pondasi taktik City dalam lima hingga tujuh tahun ke depan.
Dengan kemampuan teknikal, kecerdasan taktik, dan adaptasi gaya yang selaras dengan filosofi Pep, Reijnders punya semua modal untuk menjadi pemain kunci. Ia tidak hanya berpeluang mengisi kekosongan yang ditinggalkan De Bruyne atau Gundogan, tetapi juga membuka bab baru dalam sejarah lini tengah Manchester City.