Tchouameni ungkap perbedaan antara Xabi Alonso dan Carlo Ancelotti ketika ditanya mengenai perjalanannya di Real Madrid musim ini. Gelandang asal Prancis tersebut tengah menikmati periode kebangkitan setelah tampil impresif di bawah arahan pelatih baru. Kedatangan Alonso ke Santiago Bernabeu disebut menjadi momen penting yang membuat performanya kembali stabil dan bahkan meningkat dibanding musim sebelumnya.
Setelah melewati masa sulit akibat inkonsistensi dan cedera, Aurelien Tchouameni akhirnya kembali menunjukkan kualitas terbaiknya. Ia kini menjadi sosok vital di lini tengah Los Blancos, terutama sejak Alonso mempercayakannya bermain di posisi naturalnya. Meski begitu, Tchouameni tetap memberikan apresiasi besar kepada Carlo Ancelotti yang sebelumnya sempat mengandalkannya di berbagai posisi, termasuk bek tengah darurat. Menurutnya, pengalaman bekerja bersama dua pelatih besar dengan filosofi berbeda memberi banyak pelajaran berharga.
Dalam sebuah wawancara, Tchouameni membeberkan apa saja yang membedakan keduanya, bagaimana perannya berkembang, dan alasan mengapa ia merasa lebih nyaman di bawah sistem yang dibangun Alonso. Perjalanan kebangkitannya menjadi cerita menarik yang mencerminkan transisi Real Madrid dari era Ancelotti menuju tangan dingin Xabi Alonso.
Merasa Lebih Nyaman Bersama Alonso
Tchouameni tidak bisa menutupi kebahagiaannya atas situasi yang ia jalani saat ini. Di bawah Alonso, ia merasa lebih segar secara mental maupun fisik. Sistem permainan yang diterapkan pelatih anyar ini dinilainya memberi peran lebih jelas dan sesuai dengan karakteristiknya.
Meski demikian, Tchouameni juga menegaskan bahwa proses peningkatannya sudah dimulai sejak awal tahun 2025, bahkan ketika masih dilatih Carlo Ancelotti. Sang gelandang merasa kepercayaan dari mantan pelatih itu tetap penting dalam perjalanan kariernya. Namun, Alonso memberikan sesuatu yang berbeda—yakni ide-ide baru yang membantunya tampil konsisten di awal musim 2025/2026.
“Sejujurnya, saya senang dengan situasi ini. Segalanya berjalan baik bersama pelatih karena dia punya ide-ide segar untuk saya dan untuk tim. Tetapi sejak awal tahun lalu, saya juga sudah merasa lebih baik bersama Carlo,” ungkapnya kepada Marca.
Fokus untuk Terus Berkembang
Meski berada dalam performa impresif, Tchouameni menegaskan bahwa dirinya tidak ingin berpuas diri. Baginya, kunci utama adalah menjaga konsistensi dan terus meningkatkan kualitas permainan. Ia menekankan bahwa target pribadinya sederhana, yakni memberikan kontribusi maksimal setiap kali diturunkan di lapangan.
“Sekarang idenya adalah fokus pada setiap pertandingan dan membantu rekan setim,” jelasnya. “Saya juga ingin terus berkembang sebagai pemain dan memberikan yang terbaik bagi klub ini.”
Pernyataan tersebut menggambarkan sikap profesional yang dimiliki sang gelandang. Bagi Tchouameni, setiap pertandingan adalah kesempatan untuk belajar sekaligus membuktikan diri bahwa ia layak menjadi pilar utama lini tengah Real Madrid.
Dua Pelatih Hebat dengan Filosofi Berbeda
Perbandingan antara Ancelotti dan Alonso menjadi topik menarik yang sempat ditanyakan kepadanya. Tchouameni menjawab dengan penuh hormat, menegaskan bahwa wajar jika setiap pelatih memiliki gaya berbeda. Menurutnya, kedua sosok itu sama-sama luar biasa dan punya peran besar dalam kariernya.
“Ada perbedaan antara Carlo dan Xabi, dan itu normal,” ujar Tchouameni. “Masing-masing punya ide serta gaya permainan yang berbeda. Namun, bagi saya, mereka adalah dua pelatih hebat.”
Ungkapan ini menunjukkan sikap diplomatis sekaligus apresiasi besar terhadap keduanya. Jika Ancelotti dikenal dengan pendekatan pengalaman dan fleksibilitas taktik, Alonso datang dengan nuansa segar, kedisiplinan, serta keberanian memainkan gaya modern yang lebih agresif.
Kembali ke Posisi Asli
Salah satu faktor terbesar di balik meningkatnya performa Tchouameni musim ini adalah keputusan Alonso untuk memainkannya di posisi terbaiknya, yaitu gelandang bertahan. Keputusan itu membuatnya bisa kembali fokus pada peran utamanya: menjaga keseimbangan tim, memutus serangan lawan, serta mendistribusikan bola dari lini tengah.
Hal ini jelas berbeda dengan era Ancelotti. Musim lalu, krisis cedera di sektor belakang membuat Tchouameni beberapa kali harus diturunkan sebagai bek tengah. Meski ia tampil cukup baik, posisi tersebut tidak sepenuhnya cocok dengan karakter permainannya. Akibatnya, ia sempat kesulitan menjaga konsistensi dan kerap menjadi sorotan publik.
Kini, Alonso mengembalikan Tchouameni ke peran yang lebih alami. Kepercayaan penuh ini tidak hanya mengangkat kepercayaan dirinya, tetapi juga membuat performa Real Madrid di awal musim lebih solid. Energi dan mobilitas Tchouameni menjadi kunci dalam transisi bertahan dan menyerang, memberi warna baru pada permainan Los Blancos.