Kiper muda asal Belgia, Senne Lammens, sedang menjadi sorotan publik setelah tampil gemilang di awal kariernya bersama Manchester United. Baru beberapa pekan bergabung, penjaga gawang berusia 23 tahun ini sudah mulai mencuri perhatian penggemar Old Trafford dengan penampilan tenang dan konsistennya di bawah mistar. Meskipun banyak yang membandingkannya dengan legenda klub Peter Schmeichel, Lammens memilih untuk tetap rendah hati dan menegaskan bahwa dirinya hanya ingin menjadi versi terbaik dari Senne Lammens, bukan tiruan siapa pun.
Fokus dan Rendah Hati di Tengah Sorotan
Dalam wawancara bersama BBC Sport, Lammens mengakui bahwa bermain untuk klub sebesar Manchester United tentu penuh tekanan. Namun, ia tidak merasa terbebani dengan ekspektasi tinggi yang datang bersamaan dengan kostum kebanggaan Setan Merah tersebut.
“Tentu saja Anda mendengar dari banyak orang bahwa ada tekanan besar ketika bermain untuk klub seperti ini,” ujarnya dengan tenang. “Namun saya justru menyambut tekanan itu. Bermain untuk Manchester United adalah kehormatan besar, dan memang seharusnya ada tekanan di sini. Saya tidak takut dengan hal itu.”
Pernyataan tersebut menunjukkan kedewasaan luar biasa bagi seorang pemain muda yang baru mencicipi atmosfer Premier League. Lammens tidak ingin larut dalam pujian atau perbandingan dengan legenda, melainkan fokus pada kontribusi nyata untuk tim yang sedang membangun kembali kepercayaan diri di bawah asuhan Ruben Amorim.
Datang di Saat yang Tepat
Lammens direkrut United di tengah situasi sulit di posisi penjaga gawang. Performanya yang stabil menjadi angin segar setelah inkonsistensi dari Andre Onana dan Altay Bayindir musim sebelumnya. Kehadirannya membawa rasa aman baru di lini belakang yang sebelumnya sering rapuh.
Dalam tiga pertandingan pertamanya, Lammens hanya kebobolan tiga gol dari 14 tembakan tepat sasaran. Catatan penyelamatan mencapai 78,6% dan satu clean sheet pada debutnya melawan Sunderland memperlihatkan potensinya sebagai kiper masa depan. Karena performa itu, para penggemar mulai meneriakkan chant khas: “Apakah kamu Schmeichel yang menyamar?”
Alih-alih terbebani, Lammens menanggapinya dengan senyum dan rasa syukur. “Saya tidak mendengarnya langsung karena fokus pada pertandingan, tapi saya tahu setelahnya,” kata Lammens. “Saya bukan Schmeichel yang menyamar, saya hanya Senne Lammens yang berusaha membantu tim. Itu pujian luar biasa, tapi saya tetap realistis. Schmeichel adalah legenda, dan saya masih harus membuktikan diri.”
Mental Baja di Bawah Tekanan
Salah satu hal paling menonjol dari Lammens adalah mentalitasnya. Ia jarang terlihat gugup meski menghadapi tekanan besar. Gaya bermainnya yang tenang dan penuh perhitungan membuat lini pertahanan United tampak lebih stabil. Pelatih kiper Manchester United pun dikabarkan sangat terkesan dengan etos kerja dan fokus tinggi yang ia tunjukkan di setiap sesi latihan.
Selain memiliki refleks cepat dan tinggi badan mencapai 1,93 meter, Lammens juga unggul dalam distribusi bola. Kemampuannya dalam mengalirkan bola dari lini belakang menjadi nilai tambah penting di era sepak bola modern. Karena itu, Ruben Amorim disebut melihatnya sebagai kiper ideal untuk sistem permainan build-up yang sedang dikembangkan di Old Trafford.
Lebih dari sekadar kemampuan teknis, sikap rendah hati dan kemauan belajar Lammens membuat rekan setimnya menghormatinya. Ia tak segan meminta masukan dari pemain senior dan selalu menjadi yang pertama datang ke tempat latihan. Semua itu menjadi cerminan karakter pemain yang tidak hanya berbakat, tetapi juga profesional.
Menuju Masa Depan Cerah di Old Trafford
Perjalanan Senne Lammens bersama Manchester United memang baru dimulai, tetapi banyak pihak percaya ia memiliki masa depan cerah di klub ini. Dalam usia 23 tahun, ia masih memiliki banyak waktu untuk berkembang dan menjadi penjaga gawang utama dalam jangka panjang.
“Saya tahu ekspektasi di klub ini sangat besar, tapi saya tidak melihatnya sebagai beban,” ungkapnya. “Saya hanya fokus bekerja keras setiap hari, membantu tim meraih kemenangan, dan membangun kepercayaan dengan pemain lain. Jika saya melakukan itu, hal-hal besar akan datang dengan sendirinya.”
Keyakinan itu sejalan dengan semangat kebangkitan Manchester United di bawah proyek jangka panjang Amorim. Dengan dukungan pelatih, rekan setim, dan penggemar yang mulai mempercayainya, Lammens kini berdiri di titik awal perjalanan besar.






