Manchester United (MU) membuka tur pramusim Asia mereka dengan hasil penuh kekecewaan. Kekalahan dari ASEAN All-Stars di Stadion Nasional Bukit Jalil, Malaysia, Rabu malam (28 Mei 2025), menjadi pemicu utama kemarahan ribuan fans yang hadir. Di tengah sorakan sinis yang menggema, manajer Ruben Amorim tampil dengan sikap terbuka dan bertanggung jawab. Ia tidak mencoba mencari pembenaran, melainkan secara jujur menerima kenyataan pahit yang dihadapi timnya.
Performa Mengecewakan Berbuah Kritik Keras dari Suporter
Kehadiran Manchester United di Malaysia sejatinya disambut antusias oleh puluhan ribu suporter. Namun semangat itu langsung berubah menjadi kekecewaan mendalam setelah Setan Merah menelan kekalahan 0-1 dari tim gabungan pemain Asia Tenggara. Laga yang seharusnya menjadi ajang pemanasan justru memperlihatkan buruknya koordinasi dan kualitas permainan dari tim asuhan Amorim.
Kritik pedas pun datang dari para penggemar. Tidak hanya di media sosial, suara kekecewaan juga terdengar langsung di stadion, ketika pertandingan berakhir tanpa satu pun gol dari tim tamu. Bukan hanya sorakan, sejumlah fans bahkan melontarkan siulan sinis kepada pemain dan pelatih yang berjalan menuju ruang ganti.
Amorim Terima Kritik dan Akui Bertanggung Jawab
Dalam konferensi pers setelah laga, Ruben Amorim bersikap terbuka atas insiden tersebut. Pelatih asal Portugal ini dengan tulus menyatakan bahwa dirinya tak bisa menyalahkan siapapun, termasuk para penggemar yang mencemooh. Justru, ia memahami bahwa reaksi tersebut adalah bentuk rasa kecewa dari fans yang merasa dikhianati oleh performa tim kesayangan mereka.
“Saya bertanggung jawab penuh atas apa yang terjadi malam ini,” ujar Amorim kepada para jurnalis. “Kami tidak bermain sesuai harapan. Para pendukung memiliki hak untuk kecewa.”
Ia menambahkan bahwa performa yang ditampilkan skuad MU tidak mencerminkan kerja keras dan kebanggaan yang seharusnya dibawa oleh klub sebesar Manchester United. Amorim juga menyebut bahwa sebagai pelatih, dirinya tak bisa lari dari tanggung jawab, dan justru harus menjadi orang pertama yang mengakui kegagalan tersebut.
Kritik yang Wajar: Bentuk Cinta dari Suporter
Amorim tidak berhenti di pengakuan tanggung jawab semata. Ia juga menilai bahwa kritik yang diberikan suporter bukan semata-mata sebagai serangan, tetapi sebagai bentuk cinta dan ekspektasi besar terhadap klub. Fans Manchester United dikenal sebagai kelompok yang loyal. Mereka kerap memberikan dukungan di masa-masa sulit, termasuk ketika tim mengalami performa inkonsisten musim lalu.
“Kami memang layak mendapatkan itu. Kami tampil buruk. Para fans pantas kecewa,” lanjutnya.
Amorim menekankan bahwa para pendukung selalu memberikan dukungan tanpa henti sepanjang musim lalu. Oleh karena itu, ketika tim tampil di bawah standar, wajar bila mereka menunjukkan reaksi yang keras. Sang manajer berkomitmen untuk memperbaiki performa tim secepat mungkin sebelum musim baru dimulai.
Sorotan Media dan Tekanan Awal bagi Amorim
Kekalahan dari ASEAN All-Stars tidak hanya berdampak di level suporter. Media internasional turut menyoroti hasil negatif tersebut, terutama karena MU datang dengan kombinasi pemain senior dan muda yang diperkirakan mampu mengatasi tekanan laga uji coba. Namun kenyataannya, tim justru tampil pasif dan kerap kalah dalam duel satu lawan satu.
Situasi ini menambah tekanan terhadap Ruben Amorim, yang baru memulai masa jabatannya sebagai pelatih kepala. Meskipun masih dalam tahap adaptasi, hasil buruk di laga perdana tetap menjadi catatan tersendiri bagi publik, apalagi MU adalah klub dengan ekspektasi tinggi.
Fokus ke Laga Berikutnya di Hong Kong
Setelah laga di Malaysia, Manchester United segera melanjutkan rangkaian tur mereka ke Hong Kong. Di sana, mereka dijadwalkan menghadapi Timnas Hong Kong pada Jumat malam (30 Mei 2025). Laga tersebut menjadi kesempatan emas bagi Amorim dan timnya untuk menunjukkan reaksi dan memperbaiki performa mereka di mata publik.
Dengan waktu persiapan yang terbatas, Amorim diperkirakan akan melakukan beberapa rotasi. Ia kemungkinan besar akan memberikan lebih banyak menit bermain kepada pemain muda seperti Jim Thwaites, Toby Collyer, dan Shea Lacey, yang sebelumnya tampil cukup menjanjikan.
Selain sebagai ujian teknis, laga ini juga menjadi pertaruhan reputasi. Amorim perlu membuktikan bahwa dirinya mampu membentuk tim yang kompetitif meski dalam situasi transisi. Suporter pun kini menanti perubahan, berharap hasil positif bisa diraih demi menghapus luka kekalahan dari tim regional Asia Tenggara.