Liga Champions musim 2024/2025 telah memasuki fase semifinal. Empat klub besar Eropa yaitu Barcelona, Inter Milan, Arsenal, dan Paris Saint-Germain (PSG) bersaing memperebutkan tiket ke final. Namun, di balik sorotan kompetisi di lapangan, terdapat perbedaan mencolok dari sisi pengeluaran gaji pemain yang menarik untuk dikaji.
Mari kita bahas lebih dalam bagaimana masing-masing klub semifinalis mengelola struktur gaji mereka. Siapa yang paling hemat dan siapa yang royal?
Inter Milan: Finalis Hemat yang Tetap Kompetitif
Inter Milan menjadi tim dengan pengeluaran gaji paling rendah di antara empat semifinalis musim ini. Klub asal Italia ini hanya mengalokasikan €140,7 juta per tahun untuk gaji para pemainnya di skuad utama.
Walau demikian, Inter tetap tampil konsisten di Liga Champions. Mereka berhasil menyingkirkan Bayern Munchen di perempat final dan kini bersiap menghadapi Barcelona. Menariknya, hanya empat pemain Inter yang menerima gaji di atas €10 juta per musim.
Lautaro Martinez, kapten sekaligus ujung tombak tim, menjadi pemain dengan gaji tertinggi yaitu €16,6 juta per tahun. Angka ini dua kali lipat lebih besar dari gaji Marcus Thuram yang hanya menerima €7,6 juta.
Pemain-pemain lain seperti Nicolo Barella, Hakan Calhanoglu, dan Piotr Zielinski juga masuk dalam kelompok dengan bayaran tinggi. Namun secara keseluruhan, Inter tetap menjadi klub yang efisien dari sisi finansial, tanpa mengorbankan kualitas.
Arsenal: Investasi Besar Demi Gelar Eropa
Arsenal kembali menunjukkan ambisinya di panggung Eropa. Setelah tampil solid di Premier League, The Gunners kini mengincar final Liga Champions pertamanya sejak 2006. Untuk mendukung ambisi ini, Arsenal mengeluarkan €197,6 juta per tahun sebagai anggaran gaji.
Kai Havertz menjadi pemain dengan bayaran tertinggi di klub London tersebut, yaitu €16,9 juta per tahun. Gelandang serang asal Jerman ini menjadi sosok kunci dalam strategi Mikel Arteta.
Selain Havertz, Arsenal memiliki delapan pemain lain yang mendapat bayaran lebih dari €10 juta. Salah satunya adalah Gabriel Jesus, yang walaupun sering cedera, masih menerima €16,03 juta per musim.
Di sisi lain, pemain muda seperti Myles Lewis-Skelly mendapat gaji yang jauh lebih rendah. Pemain jebolan akademi itu hanya menerima €241 ribu per tahun, mencerminkan perbedaan besar antara pemain senior dan talenta muda di skuad.
Barcelona: Raja Gaji di Puncak Eropa
Barcelona menjadi klub dengan pengeluaran gaji paling tinggi di antara keempat semifinalis Liga Champions 2024/2025. Klub asal Catalonia ini harus mengeluarkan dana sebesar €201,1 juta per musim untuk membayar gaji skuad utamanya.
Hal ini sebagian besar dipengaruhi oleh besarnya gaji yang diterima Robert Lewandowski. Striker asal Polandia itu memperoleh €33,3 juta per musim, atau sekitar 17,2 persen dari total anggaran gaji klub.
Tak hanya Lewandowski, Frenkie de Jong juga mendapat bayaran besar yaitu €19 juta per tahun. Meski dipenuhi pemain muda, banyak dari mereka mendapatkan bayaran tinggi.
Sebagai contoh, Alejandro Balde menerima €1,6 juta per tahun, sedangkan Pau Cubarsi, yang masih berusia di bawah 20 tahun, sudah mendapat gaji €4 juta per musim. Ini menunjukkan bahwa Barcelona tetap mempertahankan standar gaji tinggi walau fokus pada regenerasi skuad.
Paris Saint-Germain (PSG): Transisi Menuju Efisiensi
PSG kini menjalani fase transisi dalam kebijakan transfer dan pengelolaan gaji. Tim asuhan Luis Enrique mengurangi ketergantungan pada bintang besar seperti era Lionel Messi dan Neymar. Hasilnya, mereka menekan anggaran gaji menjadi €196,7 juta per musim, masih di bawah Barcelona tapi sedikit di bawah Arsenal.
Ousmane Dembele saat ini menjadi pemain dengan gaji tertinggi di PSG, yakni €18 juta per tahun. Mantan winger Barcelona itu menunjukkan performa yang sepadan dengan gajinya.
Pendekatan PSG kini lebih fokus pada pemain muda dan efisiensi anggaran. Meski demikian, klub tetap bersaing di level tertinggi Eropa dan sukses menembus babak empat besar.
Siapa yang Paling Efisien?
Melihat data gaji dari keempat semifinalis, Inter Milan muncul sebagai tim paling efisien secara finansial. Meski dengan anggaran terendah, mereka tetap menembus semifinal. Di sisi lain, Barcelona dan Arsenal mengandalkan struktur gaji besar sebagai bagian dari strategi jangka panjang mereka.
Dari perspektif manajemen klub dan bisnis olahraga, keempat tim menunjukkan bahwa tidak ada satu formula pasti menuju sukses. Antara pengeluaran tinggi dan efisiensi, semuanya bergantung pada strategi klub dan visi jangka panjang.