Luka Modric resmi berseragam AC Milan, menandai babak baru dalam karier gemilang sang gelandang asal Kroasia. Setelah meninggalkan Real Madrid di akhir musim panas 2025, Modric langsung menjalani tes medis dan menandatangani kontrak bersama Rossoneri. Kepindahannya menjadi kabar besar di bursa transfer, terutama bagi penggemar Serie A.
Modric bukan sekadar rekrutan biasa. Ia adalah pemenang Ballon d’Or 2018 dan ikon lini tengah dalam satu dekade terakhir bersama Los Blancos. Kedatangannya ke San Siro pun disambut penuh antusiasme oleh para tifosi Milan, yang berharap sang maestro bisa mengangkat kembali prestasi klub setelah musim yang mengecewakan.
Dalam perkenalannya di Casa Milan, Modric menegaskan bahwa keputusannya untuk bergabung bukan didorong oleh tekanan atau ajakan siapa pun. Meski sempat berdiskusi dengan Carlo Ancelotti, mantan pelatihnya di Madrid yang kini menangani Timnas Brasil, keputusan akhir datang dari dirinya sendiri. “Ini adalah pilihan hati,” ucap Modric dengan mantap.
Dengan bekal pengalaman dan mental juara, Modric diyakini akan menjadi sosok penting dalam upaya Milan bangkit di kompetisi domestik dan Eropa.
Diskusi dengan Ancelotti: Nasihat Tanpa Paksaan
Sebelum menandatangani kontrak dengan Milan, Luka Modric sempat berdiskusi dengan Carlo Ancelotti. Sang pelatih memang punya ikatan emosional dengan Milan, di mana ia pernah membawa klub tersebut meraih dua trofi Liga Champions dan satu gelar Serie A.
Menurut Modric, Ancelotti tidak mencoba memengaruhi keputusannya. Diskusi mereka lebih banyak berkisar seputar budaya klub, tekanan besar di San Siro, dan ekspektasi suporter. “Kami hanya berbicara tentang bagaimana atmosfer di Milan, bukan soal bujukan,” jelas Modric.
Meski demikian, percakapan itu membantu Modric memahami apa yang akan ia hadapi, termasuk tuntutan tinggi yang sangat mirip dengan apa yang ia rasakan di Real Madrid.
Datang di Tengah Masa Sulit Milan
Musim lalu, AC Milan hanya mampu finis di posisi kedelapan klasemen Serie A, hasil yang jelas di bawah standar klub sekelas Rossoneri. Luka Modric sadar betul akan tantangan besar yang menanti.
Dalam pernyataannya, ia menilai Milan punya potensi besar, tetapi butuh konsistensi dan mentalitas yang lebih kuat. “Saya tahu musim lalu tidak berjalan baik, tapi saya merasa positif. Kami harus belajar dan bangkit bersama,” tegasnya.
Sebagai pemain berpengalaman, Modric diharapkan menjadi motor penggerak perubahan dalam skuad. Kepemimpinannya akan krusial di ruang ganti maupun di atas lapangan.
Kenangan Bernabeu Jadi Cermin Potensi Milan
Salah satu hal yang membuat Modric percaya pada proyek Milan adalah penampilan tim saat menghadapi Real Madrid di Santiago Bernabeu musim lalu. Meski saat itu Milan kalah, mereka menunjukkan permainan impresif yang sulit dilupakan oleh sang gelandang.
“Kalau Milan bisa tampil seperti saat melawan kami di Bernabeu, saya tak mengerti kenapa mereka tidak selalu seperti itu. Itu level top,” ujar Modric.
Pernyataan ini menunjukkan bahwa Modric tidak datang ke Milan untuk sekadar menghabiskan masa karier. Ia melihat potensi besar dan ingin menjadi bagian dari perubahan positif tersebut.
Antara Milan dan Modric: Siapa yang Lebih Beruntung?
Sambutan hangat untuk Modric datang tidak hanya dari fans, tapi juga dari sesama pemain. Ivan Rakitic, rekan senegaranya, memberikan ucapan selamat dan menyebut bahwa Milan sangat beruntung memiliki Luka.
Namun, Modric justru merasa dirinya yang beruntung. “Saya tidak menganggap remeh kesempatan ini. Saya merasa sangat beruntung bisa bermain untuk klub besar seperti Milan,” ujarnya.
Sikap rendah hati ini mencerminkan karakter Modric yang selama ini dikenal sebagai profesional sejati. Ia tahu bahwa respek dan kerja keras tetap harus dijaga, apapun statusnya.
Siap Jadi Panutan di Ruang Ganti Milan
Dengan usia 39 tahun dan lebih dari 15 tahun berkarier di level tertinggi, Modric kini menjadi pemain paling senior di skuad Milan. Ia sadar bahwa banyak pemain muda akan melihatnya sebagai panutan.
Terkait peran barunya, Modric berkata, “Individu tidak bisa melakukan semuanya sendiri. Anda butuh tim yang solid agar individu bisa tampil maksimal.”
Pernyataan itu menegaskan bahwa kontribusinya tak hanya akan terlihat dari sisi teknis, tetapi juga dari sisi mentalitas dan etos kerja yang ia bawa ke Milan.