Isu mengenai pemerintah Irak ancam hukum siapa pun yang tidak dukung Timnas Irak di Kualifikasi Piala Dunia 2026 tengah menjadi sorotan besar di kawasan Asia Barat. Ketua Komisi Komunikasi dan Media Irak, Naufal Abu Ragheef, menyampaikan pernyataan tegas yang mengundang perhatian luas usai menggelar konferensi pers bersama Federasi Sepak Bola Irak (IFA). Dalam pernyataannya, ia menegaskan bahwa pihak yang tidak memberikan dukungan atau justru menyerang Timnas Irak akan dikenai sanksi hukum, termasuk denda dan pemblokiran media.
Naufal menilai bahwa Timnas Irak kini berada pada tahap penting dalam perjalanan menuju Piala Dunia 2026. Sehingga seluruh elemen bangsa diminta untuk bersatu memberikan dukungan penuh. Langkah tegas tersebut diambil untuk menjaga semangat nasionalisme dan menghindari narasi negatif yang dapat mengganggu fokus para pemain. Irak sendiri tergabung dalam Grup B bersama Arab Saudi dan Indonesia, yang menjadikan pertandingan mereka di babak keempat ini sangat krusial.
Dengan ancaman sanksi bagi pihak yang tidak sejalan, pemerintah Irak menunjukkan keseriusannya dalam menjaga citra dan semangat nasional menjelang laga-laga berat di putaran kualifikasi tersebut.
Peringatan Keras dari Komisi Komunikasi dan Media Irak
Ketegasan pemerintah Irak dimulai dari pernyataan resmi Naufal Abu Ragheef dalam konferensi pers menjelang laga perdana Timnas Irak di Jeddah. Ia menekankan bahwa otoritas media tidak akan menoleransi kritik atau serangan yang bersifat menjatuhkan moral tim nasional.
“Otoritas Media dan Komunikasi tidak akan membiarkan adanya bentuk serangan atau kritik yang tidak membangun terhadap tim Irak,” ujar Naufal dikutip dari Winwin. Ia menambahkan bahwa pelanggaran terhadap aturan ini akan dikenai denda, pemblokiran akses media, bahkan bisa berujung pada proses hukum.
Menurutnya, keputusan tersebut diambil untuk melindungi “Singa Mesopotamia” — julukan Timnas Irak — dari tekanan non-teknis yang bisa memengaruhi performa di lapangan. Pemerintah Irak ingin memastikan bahwa semua pihak, baik media maupun masyarakat. Mereka menempatkan dukungan terhadap tim nasional sebagai bentuk loyalitas dan kebanggaan nasional.
Dorongan untuk Media dan Masyarakat Agar Bersatu
Selain mengingatkan publik, Naufal juga menyoroti peran penting media nasional. Ia meminta agar seluruh jurnalis dan saluran televisi menyampaikan pemberitaan secara konstruktif dan positif menjelang laga-laga kualifikasi.
“Kita harus bekerja sama dan saling mendukung dengan kinerja profesional dari seluruh media, sesuai reputasi Singa Mesopotamia,” ucap Naufal. Ia menambahkan bahwa pihaknya telah mengadakan pertemuan dengan berbagai stasiun televisi untuk menyamakan pandangan dan narasi pemberitaan yang mendukung perjuangan tim nasional.
Langkah ini dinilai sebagai strategi komunikasi nasional yang bertujuan menciptakan suasana optimis di tengah masyarakat. Pemerintah berharap seluruh pihak dapat menjadi bagian dari semangat kolektif untuk membawa Irak ke pentas dunia.
Timnas Irak sebagai Simbol Persatuan dan Martabat Bangsa
Dalam pernyataannya, Naufal juga menekankan bahwa Timnas Irak bukan hanya sekadar tim sepak bola. Tetapi juga simbol persatuan bangsa dan representasi wajah olahraga nasional. Ia mengingatkan agar media menghindari komentar yang bersifat personal, provokatif, atau merendahkan pemain.
“Timnas Irak adalah wajah olahraga di tanah air. Dukungan media harus mencerminkan ketenangan, profesionalisme, dan semangat kebangsaan,” tegasnya. Ia juga mengungkapkan bahwa pihaknya telah menerbitkan kode etik bagi media olahraga untuk memastikan setiap liputan mencerminkan nilai positif dan profesionalisme jurnalistik.
Pemerintah Irak ingin memastikan bahwa semangat para pemain tetap terjaga, tanpa gangguan opini negatif yang dapat merusak mental bertanding. Hal ini juga dianggap sebagai bagian dari tanggung jawab sosial media dalam mendukung stabilitas psikologis tim nasional di tengah tekanan kompetisi internasional.
Tegaskan Tidak Ingin Membungkam Kritik
Meski kebijakannya menuai reaksi beragam, Naufal Abu Ragheef menegaskan bahwa pemerintah tidak bermaksud membungkam kebebasan berpendapat. Ia mengatakan kritik tetap diperbolehkan asalkan dilakukan secara proporsional dan membangun.
“Kami tidak ingin membungkam siapa pun, kami tetap menghargai kebebasan berekspresi. Namun kritik harus dilakukan secara bertanggung jawab,” jelasnya.
Ia menegaskan bahwa kebijakan ini bukan bentuk pembatasan, melainkan perlindungan terhadap moral dan kesiapan tim yang sedang berjuang membawa nama Irak ke Piala Dunia. Pemerintah, kata Naufal, akan terus memastikan bahwa media memiliki ruang berekspresi namun tetap dalam batas etika nasional.
“Timnas Irak membutuhkan dukungan moral dan suasana yang kondusif agar bisa mencapai kesiapan penuh. Ini bukan hanya tentang sepak bola, tapi tentang kehormatan bangsa,” tegasnya.