Legenda Manchester United, Paul Scholes, kembali melontarkan kritik tajam. Kali ini, targetnya adalah manajer Setan Merah, Ruben Amorim.
Kritik ini muncul setelah pertandingan Manchester United melawan Leicester City di ajang FA Cup. Dalam laga tersebut, Ruben Amorim membuat keputusan mengejutkan dengan memainkan rekrutan barunya, Patrick Dorgu, di posisi yang tidak biasa.
Keputusan Kontroversial Ruben Amorim
Patrick Dorgu, yang direkrut dari Lecce untuk memperkuat sektor kiri pertahanan Manchester United, justru dimainkan di sisi kanan dalam laga melawan Leicester City. Amorim tampaknya ingin bereksperimen dengan komposisi timnya. Namun, keputusan ini mengundang tanda tanya besar dari berbagai pihak, termasuk Paul Scholes.
Scholes mengungkapkan ketidakpercayaannya terhadap strategi Amorim tersebut. Menurutnya, posisi natural Dorgu seharusnya tidak diubah, terutama saat tim sedang menghadapi permasalahan di sektor bek kiri.
Krisis di Posisi Bek Kiri
Dalam sesi diskusi di The Overlap, Scholes secara terbuka menyatakan kebingungannya terhadap langkah Amorim yang menempatkan Dorgu di posisi bek kanan. Ia menyoroti bahwa salah satu alasan Manchester United mendatangkan Dorgu adalah untuk memperkuat sektor kiri yang sudah lama menjadi kelemahan.
“Saya selalu merasa cemas dengan posisi wingback kiri tim ini. Itulah alasan utama mengapa mereka mendatangkan Dorgu di bursa transfer Januari kemarin. Namun, alih-alih memperbaiki masalah tersebut, ia malah dipasang di posisi yang bukan keahliannya,” ujar Scholes.
Eksperimen yang Tidak Perlu?
Lebih lanjut, Scholes menilai bahwa keputusan Ruben Amorim dalam laga melawan Leicester City terbilang aneh. Ia mempertanyakan mengapa Dorgu harus dimainkan di bek kanan sementara Diogo Dalot, yang lebih berpengalaman di posisi tersebut, justru digeser ke kiri.
“Saya benar-benar tidak mengerti dengan logika Amorim dalam laga ini. Sepertinya ada sesuatu yang salah dalam cara berpikirnya. Bagaimana mungkin seorang pelatih memilih untuk menukar posisi pemain secara tidak perlu?”
Scholes menegaskan bahwa tim membutuhkan stabilitas di lini belakang. Keputusan untuk mengubah posisi pemain tanpa alasan kuat hanya akan mengganggu ritme permainan dan menyebabkan kebingungan di lapangan.
Rencana Amorim untuk Patrick Dorgu
Meski mendapat kritik tajam, laporan dari media Inggris menyebutkan bahwa keputusan Amorim memainkan Dorgu sebagai bek kanan hanya bersifat sementara. Pelatih asal Portugal itu dikabarkan ingin mencoba berbagai skema sebelum menentukan susunan pemain inti yang lebih permanen.
Setelah pertandingan ini, ada indikasi kuat bahwa Dorgu akan segera dikembalikan ke posisi aslinya sebagai bek kiri. Keputusan tersebut diyakini lebih masuk akal, mengingat kebutuhan Manchester United akan pemain yang bisa memberikan keseimbangan di sisi kiri pertahanan mereka.
Masa Depan Dorgu di Manchester United
Banyak pengamat sepak bola berpendapat bahwa Patrick Dorgu memiliki potensi besar untuk menjadi bagian penting dari skuad Manchester United. Namun, untuk bisa beradaptasi dengan baik di Liga Inggris, ia perlu mendapatkan menit bermain yang konsisten di posisi terbaiknya.
Jika Ruben Amorim ingin mengembangkan Dorgu menjadi bek kiri andalan tim, maka eksperimen seperti yang terjadi melawan Leicester City harus dikurangi. Memberikan pemain kesempatan untuk bermain di posisi naturalnya akan membantu meningkatkan performa individu dan juga soliditas tim secara keseluruhan.
Dengan jadwal padat yang menanti Manchester United di berbagai kompetisi, pengambilan keputusan yang tepat oleh Amorim akan sangat menentukan perjalanan tim ke depan. Para penggemar pun menunggu apakah kritik dari Scholes akan memberikan dampak terhadap strategi yang diterapkan Amorim dalam laga-laga selanjutnya.
Performa Manchester United di Premier League
Manchester United mengalami musim yang sulit di liga, dengan performa yang belum konsisten. Saat ini, mereka berada di posisi ke-13 klasemen dengan 29 poin dari 24 pertandingan. Dari jumlah tersebut, MU hanya mampu meraih delapan kemenangan, lima hasil imbang, dan sudah menelan 11 kekalahan. Lini serang mereka juga belum cukup produktif, dengan hanya mencetak 28 gol, sementara pertahanan mereka tergolong rapuh setelah kebobolan 34 gol, yang membuat mereka memiliki selisih gol -6.
Salah satu faktor utama yang menyebabkan performa buruk Manchester United musim ini adalah lemahnya lini pertahanan. Hingga pekan ke-24, mereka sudah kebobolan 34 gol, jumlah yang lebih banyak dibandingkan dengan beberapa tim di papan atas. Cedera yang menimpa pemain bertahan seperti Lisandro MartÃnez serta performa kurang stabil dari Raphael Varane membuat pertahanan mereka menjadi lebih rentan.
Selain itu, lini serang MU juga tidak menunjukkan konsistensi yang baik. Dengan hanya 28 gol dalam 24 pertandingan, produktivitas mereka jauh tertinggal dari tim-tim lain seperti Tottenham dan Manchester City yang masing-masing sudah mencetak 48 gol. Striker utama mereka, Rasmus Højlund, serta penyerang sayap Marcus Rashford belum mampu tampil sesuai harapan dalam beberapa pertandingan terakhir.