Thursday, May 15, 2025
No menu items!
asia9QQ  width=
HomeLiga Eropa LainnyaMusim Dua Mahkota: Ketika AC Milan Raih Kejayaan di Coppa Italia dan...

Musim Dua Mahkota: Ketika AC Milan Raih Kejayaan di Coppa Italia dan Liga Champions

Stadion Olimpico di Roma akan kembali menjadi saksi potensi kejayaan AC Milan saat mereka melakoni final Coppa Italia 2024/2025 melawan Bologna. Laga ini bukan hanya tentang mengangkat trofi domestik, tetapi juga membuka peluang untuk mengulang sejarah emas yang pernah terjadi pada musim 2002/2003. Kala itu, Rossoneri mengukir prestasi langka: menggenggam dua gelar prestisius, Coppa Italia dan Liga Champions, dalam satu musim.

Ingatan terhadap musim bersejarah tersebut kembali menyala di benak para penggemar. Kini, menjelang final ke-15 Milan dalam ajang Coppa Italia, semangat serupa mengemuka. Ini adalah kesempatan emas untuk menghadirkan kembali semangat kemenangan ganda yang dahulu membentuk fondasi kejayaan klub.

- Advertisement -
asia9QQ


Fondasi Emas: Kelahiran Tim yang Siap Menaklukkan Eropa

Musim 2002/2003 menjadi titik balik kebangkitan AC Milan setelah mengalami paceklik gelar sejak 1999. Manajemen klub bergerak agresif di bursa transfer dengan merekrut pemain-pemain kelas dunia. Di antaranya ada Alessandro Nesta yang menjadi benteng pertahanan kokoh, serta Clarence Seedorf yang menyuntikkan kreativitas di lini tengah. Bergabung pula Rivaldo, bintang Brasil, serta Jon Dahl Tomasson yang tajam di lini depan.

Skuad tersebut memperkuat barisan yang telah dihuni oleh nama-nama besar seperti Andriy Shevchenko, Filippo Inzaghi, serta penjaga gawang tangguh Dida. Carlo Ancelotti sebagai pelatih utama merancang formasi berlian 4-4-2 yang inovatif dan efisien. Andrea Pirlo diberi peran sebagai regista di dasar lini tengah, sementara Rui Costa bertindak sebagai playmaker.

Kombinasi teknik, taktik, dan kedalaman skuad menjadi senjata utama yang menjadikan Milan sangat sulit dikalahkan. Ini bukan hanya tim bertalenta tinggi, tetapi juga unit yang sangat disiplin secara taktik.


Perjalanan Dominan di Coppa Italia 2003

Langkah Milan menuju gelar Coppa Italia kelima mereka berjalan impresif, dan klimaksnya terjadi dalam partai dua leg melawan AS Roma. Di leg pertama di Stadion Olimpico, Milan tampil trengginas dan berhasil menang meyakinkan dengan skor 4-1. Serginho menjadi bintang lapangan dengan dua gol, disusul kontribusi dari Massimo Ambrosini dan Shevchenko.

Pada leg kedua di San Siro, Rossoneri tidak kehilangan fokus meskipun Roma tampil lebih agresif. Hasil imbang 2-2 cukup untuk mengunci gelar dengan agregat meyakinkan 6-3. Trofi Coppa Italia ini bukan hanya simbol kemenangan, tapi juga validasi atas kekuatan skuad secara keseluruhan.

Milan tampil tajam di lini depan, disiplin di lini tengah, dan solid dalam bertahan. Keberhasilan ini juga memberikan kepercayaan diri menjelang laga yang jauh lebih besar: final Liga Champions.


Malam Epik di Manchester: Final Liga Champions Lawan Juventus

Puncak dari musim dua mahkota ini adalah pertandingan final Liga Champions yang digelar di Old Trafford, Manchester. Laga mempertemukan dua raksasa Italia: AC Milan dan Juventus. Pertandingan berjalan dengan tensi tinggi dan tempo hati-hati. Kedua tim saling membaca taktik lawan dan nyaris tidak memberi celah berarti.

Shevchenko sempat mencetak gol yang dianulir, sedangkan sepakan Pirlo membentur mistar gawang. Setelah 120 menit tanpa gol, laga harus ditentukan lewat adu penalti. Di momen ini, Dida tampil sebagai pahlawan. Ia berhasil menepis tiga tendangan penalti pemain Juventus, menunjukkan refleks dan ketenangan luar biasa.

Tendangan penentu Shevchenko kemudian meluncur mulus ke gawang, mengukuhkan AC Milan sebagai juara Eropa untuk keenam kalinya. Kemenangan ini bukan hanya tentang trofi, tapi juga tentang karakter, kerja sama tim, dan ketangguhan menghadapi tekanan.


Warisan Abadi dari Musim 2002/2003

Prestasi Milan pada musim 2002/2003 menciptakan warisan yang tetap dikenang dalam sejarah sepak bola Eropa. Mereka bukan hanya menjuarai dua turnamen besar, tetapi juga menampilkan sepak bola yang elegan, efektif, dan berkelas dunia. Carlo Ancelotti, yang saat itu baru beberapa musim menukangi tim, membuktikan kemampuannya sebagai arsitek andal di balik sukses besar.

Nama-nama seperti Andrea Pirlo, Alessandro Nesta, Clarence Seedorf, dan Andriy Shevchenko tidak hanya membawa trofi. Mereka juga mewakili era emas yang memengaruhi cara Milan bermain di tahun-tahun setelahnya. Kombinasi pemain berpengalaman dan bintang muda menjadikan Milan sebagai kekuatan dominan yang disegani di Eropa.

Kini, dengan Milan kembali bersaing di final Coppa Italia, semangat dari musim dua mahkota kembali terasa. Mereka tidak hanya mengejar gelar, tetapi juga memburu peluang untuk menulis babak baru dalam sejarah panjang dan gemilang klub.

RELATED ARTICLES
- Advertisment -
asia9sports

Most Popular

Recent Comments