Matthijs de Ligt dinilai masih memiliki kapasitas sebagai salah satu bek terbaik dunia, namun persoalan mental disebut menjadi tantangan terbesar yang menghambat performanya di Manchester United. Bek asal Belanda itu baru semusim berseragam Setan Merah setelah diboyong dari Bayern Munchen pada bursa transfer musim panas 2024. Dengan banderol tinggi dan reputasi besar, ekspektasi penggemar tentu melambung, tetapi hingga kini kontribusinya dianggap belum konsisten.
Sejak awal musim 2025/26, De Ligt dipercaya tampil reguler di lini belakang United oleh manajer Ruben Amorim. Meski sering diturunkan, penampilannya belum benar-benar menunjukkan dominasi seperti saat ia membela Ajax Amsterdam di Liga Champions 2018/19. Saat itu, ia dielu-elukan sebagai kapten muda yang mampu memimpin lini pertahanan dengan penuh percaya diri, bahkan menghadirkan kejutan besar di pentas Eropa.
Sayangnya, perjalanan karier De Ligt di Juventus dan Bayern Munchen tidak berjalan sesuai ekspektasi. Inkonsistensi, cedera, hingga persaingan ketat membuatnya sulit menemukan stabilitas. Kini, bersama Manchester United, ia berupaya memulai lembaran baru. Namun, banyak pihak menilai mentalitas menjadi faktor yang membuatnya kesulitan tampil seperti dulu.
Salah satu suara pendukung datang dari legenda pertahanan Manchester United, Jaap Stam. Ia menegaskan De Ligt masih memiliki semua kualitas teknis sebagai seorang bek papan atas, hanya saja perlu mengembalikan kepercayaan dirinya agar bisa kembali tampil gemilang.
Jaap Stam Soroti Pentingnya Aspek Mental
Jaap Stam, yang juga berasal dari Belanda, memberikan pandangan jujur mengenai situasi De Ligt di Old Trafford. Menurutnya, kemampuan teknis dan fisik mantan kapten Ajax itu tidak perlu diragukan lagi. Namun, hilangnya rasa percaya diri membuat De Ligt sering terlihat ragu dalam mengambil keputusan di lapangan.
“Ketika melawan Arsenal, Matthijs tampil sangat kuat, kokoh, dan penuh ketenangan. Tapi di United, terkadang sulit melihat apa yang sebenarnya ia ingin tunjukkan,” ujar Stam kepada Algemeen Dagblad.
Stam menilai situasi di sekitar tim dan tuntutan besar dari publik bisa menekan mental pemain, terutama di klub sebesar Manchester United. “Kadang kondisi di lapangan memang membuat seorang bek tidak bisa bermain sesuai naluri. Saya lihat, rasa percaya diri yang dulu ia tunjukkan di Ajax kadang hilang di United. Padahal, kualitas itu masih ada dalam dirinya,” tambah mantan bek tangguh tersebut.
Menurut Stam, perasaan tidak aman atau keraguan dalam bertahan serta membangun serangan membuat De Ligt kehilangan sebagian karakternya. Meski begitu, Stam tetap optimistis bahwa sang bek masih bisa bangkit jika mendapat dukungan yang tepat.
Dukungan Sesama Belanda dan Pengalaman Pribadi
Stam juga berbagi pengalaman pribadi sebagai seorang bek yang pernah merasakan tekanan besar saat membela klub elite. Ia menyebut kondisi De Ligt bukan hal baru dalam dunia sepak bola.
“Saya pernah merasakannya sendiri. Tekanan di klub besar sangat luar biasa. Namun Matthijs adalah bek fantastis yang selalu berusaha. Saya yakin dia akan menemukan kembali performa terbaiknya,” kata Stam penuh empati.
Ia menambahkan bahwa De Ligt hanya membutuhkan waktu dan keyakinan untuk kembali ke level tertinggi. Dukungan dari sesama pemain asal Belanda diharapkan mampu menguatkan mental sang bek yang kini berusia 25 tahun.
Tantangan di Bawah Asuhan Ruben Amorim
Ruben Amorim menghadapi pekerjaan besar untuk membangun ulang kepercayaan diri tim sekaligus memaksimalkan potensi De Ligt. Skema 3-4-3 yang menjadi andalan pelatih asal Portugal itu masih menuai kritik karena dianggap kurang efektif saat menghadapi tim-tim besar Premier League.
Derby Manchester beberapa waktu lalu menjadi contoh nyata ketika United dipermalukan City dengan skor telak 0-3. Pada laga tersebut, De Ligt terlihat kesulitan membaca pergerakan lawan, meski secara fisik ia mampu menandingi striker-striker Premier League. Kondisi ini menegaskan bahwa perbaikan bukan hanya soal taktik, melainkan juga mentalitas bertanding.
Kesempatan Emas Saat Hadapi Chelsea
United kini memiliki jeda waktu lebih panjang karena tidak berkompetisi di turnamen Eropa musim ini. Hal ini memberi peluang bagi Amorim untuk melakukan evaluasi sekaligus pembenahan taktik. Salah satu pertandingan yang paling ditunggu adalah laga kontra Chelsea pada 20 September mendatang di Premier League.
Bagi De Ligt, duel melawan Chelsea bisa menjadi panggung penting untuk menjawab kritik yang selama ini diarahkan kepadanya. Dengan dukungan Jaap Stam dan keyakinan dari Amorim, ia berpeluang membuktikan bahwa investasi besar United untuk mendatangkannya bukanlah kesalahan.