Gong besar telah dimainkan sebagai tanda dimulainya liga pertama. Bagi Kita penikmat liga Indonesia, tidak ada alasan untuk tidak menyukai pertandingan sepak bola kasta tertinggi di tanah air ini. Meskipun masih banyak orang yang percaya bahwa Liga 1 Musim 2022/2023 memiliki jumlah pertandingan yang lebih sedikit dibandingkan liga negara lain.
Dua minggu pertama Liga 1 Musim 2022/2023 musim ini penuh kejutan. Mulai dari kalahnya beberapa tim tradisional, hujan gol Madura United ke gawang Barito Putra (8-0), inkonsistensi performa beberapa tim dan awal mulanya berani unjuk gigi promosi klub sejauh ini Penantang tim-tim mapan di Liga 1 Musim 2022/2023 sejauh ini. Patut ditunggu kejutan selanjutnya karena liga masih panjang.
Kita sering mendapat pertanyaan tentang Liga 1 Musim 2022/2023 dari beberapa rekan. Kebanyakan pertanyaannya sama, “Kenapa suka Liga 1 Musim 2022/2023 Indonesia?” Bagi Kita, pertanyaan ini wajar dan wajar. Tentu saja, ada banyak alasan mengapa Kita menyukai Liga 1 Musim 2022/2023. Kemungkinan besar masih membutuhkan banyak liga yang ditingkatkan. Ada banyak alasan mengapa Anda masih menyukai Liga 1 Musim 2022/2023.
Salah satunya adalah timnas yang lebih dikenal masyarakat ketimbang timnas. Dari kemeriahan Piala AFC 2010, Kita mengamati setiap tim nasional bermain dengan dukungan suporter. Lonjakan darah, hati, dan harapan terlihat dari antusiasme para penggemar. Perasaan dan dukungan ini terbukti tidak hanya berlaku untuk tim nasional senior, tetapi juga untuk tim nasional U-23, U-19, dan U-16.
Berbicara tentang pertandingan tim nasional tidak hanya di kota, tempat pesta dan base camp. Tapi bahkan di pelosok terpencil seperti desa Kita, Kita tidak ingin kehilangan kesempatan untuk berbicara tentang tim nasional. Hal ini Kita alami sendiri saat mengisi ban sepeda motor di bengkel ban dekat rumah Kita. Mekanik ban yang lebih tua ini masih fasih dan asyik berbincang dengan rekan-rekan tentang timnas. Bahkan rencana transfer PSSI dari AFF ke EAFF, mereka semua tahu detailnya.
Liga 1 Musim 2022/2023, Indonesia dan Miniaturnya
Penting ditegaskan di sini bahwa tidak peduli apakah tim nasional tampil di kancah internasional atau tidak, tidak terlepas dari kualitas liga di negara ini. Terutama Liga 1 Musim 2022/2023. Banyak orang yang menyukai hasil kemenangan timnas, namun banyak juga yang mencibir saat timnas kalah dan tidak mau melihat ke belakang untuk melihat bagaimana pertandingan liga Indonesia. Pasalnya, pemain timnas berasal dari pertandingan liga sebelumnya yang dipilih oleh pelatih timnas. Performa dan waktu terbang yang baik di Liga 1 Musim 2022/2023 menjadi syarat utama untuk bisa menarik pelatih ke timnas.
Bahasa
Bahasa yang Kita gunakan mengacu pada peran komentator dalam siaran sepak bola. Sepak bola tanpa komentator rasanya hambar, seperti sayur tanpa garam. Kehadiran mereka akan menghidupkan permainan. Penonton bisa gugup, senang, dan tenggelam dalam emosi.Inilah peran dan stimulasi narator, terutama penonton yang tidak bisa hadir secara langsung.
Narator harus pandai merangkai kata, memilih kata, dan gaya bahasa yang dapat membingungkan dan menghipnotis pemirsa. Meski ada juga penonton yang merasa tidak nyaman karena kadar yang dilebih-lebihkan. Itulah penonton, yang tidak pernah bisa menjadi suara. Namun komentator tetap harus memberikan edukasi dan deskripsi di setiap game.
Bagi pecinta sepak bola tentu tidak asing lagi dengan para komentator sepak bola Tanah Air. Misalnya Tris Irawan, Hadi Gunawan, Tommy Welly, Valentino Simanjuntak, Rendra Soendjono, Khusnaeni dan Binder Singh. Seringkali, satu komentator dan yang lain akan menampilkan jargon untuk mengomentari dan menganalisis kompetisi. Misalnya, “ahayyy” oleh Hadi Gunawan, “Sukardi Believe” oleh Rendra Soendjono, atau “Jebreetttttt” oleh Valentino Simanjuntak.
Bagi Kita, jargon gaya, ditambah kata-kata komentator untuk menarik simpati penonton, tidak menjadi masalah. Padahal, ini merupakan berkah, terutama di bidang linguistik, yang dikaitkan dengan penambahan kosakata. Meskipun kosakata komentator masih perlu dianalisis dan diteliti oleh pihak yang berkepentingan untuk kepentingan umum. Namun merupakan bahasa, dinamis dan selalu berkembang mengikuti kondisi zaman. Bahasa, dan terkadang tidak pernah peduli siapa penggagas dan pengguna. Terkadang tidak ada yang menganggap daya tahan. Mau bertahan, mau tenggelam, lalu muncul ke permukaan, komunitas adalah faktor penentunya.
Miniatur
Biasanya di sela-sela pertandingan babak kedua, panitia pertandingan menginformasikan jumlah suporter yang hadir. jumlah rata-rataNdees-nya mencapai puluhan ribu, tapi kalau tema pertandingannya derby, mungkin bisa lebih meski stadion tidak bisa menampungnya. Derby selalu menghipnotis para pendukung yang berkerumun alih-alih permainann cocok dengan ekspresi reguler.
Dari ribuan pendukung di derby dan non-derby, Kita atau Anda pernah bertanya. Apakah hanya ada satu kelompok, satu bangsa, atau satu agama? Kita tidak berpikir begitu. Sepak bola tidak pernah membedakan kasta atau latar belakang penonton. Karena sepak bola milik semua orang.
Atau, mari luangkan waktu sejenak untuk mengingat perayaan 2017 tiga pemain Bali United yang berbeda agama melawan Borneo FC. Ngurah Nanak (Hindu), Yabes Roni (Kristen) dan Miftahul Hamdi (Islam). Ketiganya mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan secara bersama-sama dalam keyakinannya masing-masing atas lahirnya gol ketiga. Ngurah Nanak berdiri dengan tangan di kening. Abeth Ronnie berlutut dengan jari bersilang. Miftahul Hamdi jatuh ke tanah. Beginilah Bhinneka Tunggal Ika, lambang negara Indonesia, perlu dipegang teguh oleh seluruh elemen negara.
Pada akhirnya, sepak bola bukan hanya tentang seberapa baik pemain menekuk, menangani, dan mengoper bola. Ini bukan hanya teriakan dari pelatih di pinggir lapangan atau keputusan wasit yang kontroversial. Tak hanya itu, ada nilai-nilai yang bisa dipelajari dan digali untuk membawa sepak bola Indonesia ke level selanjutnya. Salam olahraga dan salam sepak bola Indonesia. (*)