Manchester City gagal merayakan laga ke-100 Pep Guardiola di Liga Champions dengan manis. Pada malam yang seharusnya menjadi momen bersejarah, The Citizens justru tumbang 0-2 dari Bayer Leverkusen di Etihad Stadium. Karena kekalahan ini mengakhiri rekor tak terkalahkan mereka pada fase grup sejak September 2018, atmosfer di Etihad langsung berubah muram.
Guardiola sebelumnya mengakui bahwa perjalanan panjangnya bersama City di Liga Champions lebih banyak diwarnai kekecewaan. Oleh sebab itu, banyak yang berharap laga ke-100 ini menjadi titik balik. Namun, harapan itu buyar karena keputusan yang ia buat sendiri.
Eksperimen Besar yang Berujung Petaka
City sebenarnya butuh kemenangan untuk menjaga peluang ke delapan besar. Karena itu, banyak yang kaget ketika Guardiola melakukan sepuluh perubahan dalam starting XI. Rotasi besar seperti ini jarang ia lakukan pada pertandingan penting. Perubahan itu terbukti berisiko.
Sejak awal laga, City tampil tanpa intensitas. Mereka kehilangan kreativitas dan rentan diserang balik. Leverkusen memanfaatkan kondisi tersebut dengan sangat baik. Selain itu, performa disiplin dari lini pertahanan mereka membuat City kesulitan menembus kotak penalti.
Leverkusen sendiri semakin solid sejak ditangani Kasper Hjulmund. Walaupun sempat kebobolan tujuh gol dari PSG bulan lalu, mereka tampil sangat rapi dan efektif. Mark Flekken, yang kembali menjadi momok bagi City, memblok peluang emas Nathan Ake di awal laga.
Tidak lama kemudian, Leverkusen membuka skor. Serangan cepat dari sisi kanan menghasilkan umpan Christian Kofane kepada Alejandro Grimaldo. Tembakan mendatar Grimaldo meluncur mulus melewati James Trafford. Gol itu membuat City berada dalam tekanan lebih besar.
Pergantian Massal Guardiola Tidak Mengubah Banyak
Guardiola mencoba memperbaiki keadaan dengan memasukkan Phil Foden, Nico O’Reilly, dan Jeremy Doku. Intensitas permainan memang meningkat. Namun, City malah semakin mudah diserang balik karena garis pertahanan mereka menjadi lebih tinggi.
Leverkusen langsung menghukum kelemahan itu. Hanya sepuluh menit setelah paruh kedua dimulai, Ibrahim Maza melepaskan umpan silang akurat. Patrik Schick menyambutnya dengan sundulan terarah yang membuat Trafford tak berkutik. Karena gol ini lahir dari serangan sederhana, tekanan mental City semakin bertambah.
Erling Haaland kemudian masuk sebagai kartu pamungkas. Biasanya, kehadirannya membawa perubahan besar. Tetapi kali ini berbeda. Flekken membaca peluang emas Haaland dengan sangat baik. Bahkan pada kesempatan kedua, Haaland kembali gagal. Ketika peluang Rayan Cherki juga digagalkan Flekken, City dipastikan tidak akan mendapatkan satu pun poin dari pertandingan ini.
Rekor Terhenti dan Tekanan yang Semakin Berat
Kekalahan ini bukan sekadar hasil buruk. City kini menelan dua kekalahan beruntun, situasi yang jarang mereka alami dalam era Guardiola. Selain itu, momentum mereka terancam hilang menjelang pertandingan krusial lainnya.
Yang lebih mempersulit, lawan berikutnya adalah Real Madrid di Santiago Bernabéu. Jika City kembali gagal menang, mereka mungkin harus menghadapi skenario play-off seperti musim lalu. Karena tekanan semakin besar, setiap keputusan Guardiola terhadap rotasi dan komposisi pemain akan kembali menjadi sorotan.
Guardiola sendiri mengakui bahwa hasil ini adalah tanggung jawabnya. Ia menyebut rotasi besar yang ia lakukan berpengaruh signifikan pada performa tim. Oleh karena itu, laga menghadapi Madrid bisa menjadi titik balik penting. City butuh respon cepat agar tidak terseret dalam masalah yang lebih besar.
Kesimpulan: Momentum Buruk Jelang Laga Penentu
Laga ke-100 Guardiola di Liga Champions berubah menjadi salah satu momen paling pahit dalam kariernya di City. Karena keputusan rotasi yang tidak tepat, performa City melemah dan Leverkusen memanfaatkannya dengan sempurna. Selain itu, kegagalan mengonversi peluang membuat situasi semakin sulit.
Dengan jadwal berat di depan mata, City harus bangkit. Jika tidak, musim ini bisa berubah menjadi musim penuh tekanan, terutama di kompetisi yang sudah lama mereka impikan untuk kembali menangkan.






