Keputusan Manchester United menjual Scott McTominay ke Napoli pada bursa transfer musim panas 2025 disebut sebagai kesalahan fatal dalam sejarah transfer klub. Kritik tajam datang dari Benni McCarthy, mantan pelatih lini depan Setan Merah, yang secara terbuka menyayangkan keputusan tersebut.
McTominay bukan sekadar pemain akademi biasa. Ia adalah sosok yang mencerminkan semangat dan loyalitas terhadap lambang klub. Ketika dilepas ke Napoli, banyak yang mempertanyakan langkah itu, namun segalanya menjadi semakin jelas ketika McTominay justru tampil luar biasa di Italia.
Sementara Napoli berjaya di Serie A dan meraih Scudetto berkat kontribusinya, Manchester United terpuruk di papan bawah Premier League, tepatnya di posisi ke-15 klasemen. Sebuah kontras tajam yang semakin menguatkan klaim bahwa McTominay seharusnya tetap menjadi bagian dari skuad.
Tak hanya kehilangan pemain pekerja keras, United juga kehilangan sosok dengan kepemimpinan, determinasi, dan semangat juang tinggi di lapangan. Kini, satu-satunya harapan datang dari wajah baru: Matheus Cunha, rekrutan yang digadang-gadang bisa mengisi ruang yang ditinggalkan McTominay.
Blunder Transfer: Melepas Pemain Berjiwa Setan Merah
Benni McCarthy menyebut bahwa menjual McTominay adalah satu dari kesalahan terbesar Manchester United. Menurutnya, pemain asal Skotlandia itu merupakan tipe gelandang yang dibutuhkan klub untuk bertarung di momen sulit.
“Ketika Anda kehilangan pemain seperti McTominay, Anda kehilangan jiwa dan semangat yang seharusnya hidup di ruang ganti,” ucap McCarthy kepada Metro.
Ia menambahkan bahwa meskipun McTominay tidak dikenal sebagai pemain paling teknikal, namun dedikasi, keberanian, dan kedewasaannya di lapangan adalah aset yang tak tergantikan. Di saat tim sedang goyah, karakter seperti inilah yang bisa menjadi pembeda.
McCarthy juga menyoroti aspek finansial dari penjualan tersebut. Ia menilai harga jual McTominay yang tergolong rendah tidak sebanding dengan dampak besar yang ditinggalkan kepergiannya.
Harapan Baru: Matheus Cunha dan Tantangan Mengembalikan Semangat Tim
Dalam wawancaranya, McCarthy menyebut satu nama yang diharapkan mampu mengisi kekosongan pasca kepergian McTominay—yaitu Matheus Cunha. Pemain asal Brasil ini direkrut dari Wolverhampton Wanderers dengan harapan membawa kembali energi dan semangat bertanding yang hilang dari lini tengah United.
“Dia mungkin belum sepenuhnya teruji di Old Trafford, tetapi semangatnya mirip dengan Scotty (McTominay),” ujar McCarthy. “Jika Cunha bisa membuktikan dirinya, dia bisa jadi solusi jangka panjang.”
Cunha dikenal sebagai pemain serba bisa dengan etos kerja tinggi. Meski memiliki gaya bermain berbeda dari McTominay, namun karakter dan keinginannya untuk membela Manchester United menjadi modal besar untuk sukses.
Matheus Cunha: Bermimpi Sejak Kecil Mengenakan Seragam Setan Merah
Kisah Cunha dengan Manchester United bukan sekadar transfer biasa. Ia datang ke Old Trafford dengan cinta sejati pada klub, yang sudah tertanam sejak masa kecil. Dalam wawancara perdananya, Cunha mengungkapkan betapa emosionalnya ia ketika akhirnya resmi bergabung dengan klub idolanya.
“Sejak kecil saya bermimpi bermain di sini,” kata Cunha dalam situs resmi klub. “Banyak yang mungkin tak memahami keputusan saya datang saat United sedang berjuang. Tapi bagi saya, tak ada klub lain seperti ini.”
Cunha menceritakan kisah masa kecilnya di Brasil, saat ia dan sepupunya harus pergi ke rumah nenek mereka setiap akhir pekan hanya untuk bisa menonton pertandingan Premier League, termasuk Manchester United.
“Kami tak punya saluran TV berbayar di rumah. Hanya di rumah nenek kami bisa menonton Liga Inggris, dan saya selalu menantikan laga United.”
Lapangan Kerikil Bernama Old Trafford
Dalam momen yang penuh haru, Cunha mengenang masa kecilnya yang kerap bermain bola bersama sepupunya di lapangan kecil yang mereka beri nama “Old Trafford”. Baginya, lapangan itu bukan sekadar tempat bermain, tetapi simbol mimpi yang kini menjadi nyata.
“Setiap kali kami bermain, kami membayangkan sedang mengenakan seragam Manchester United. Saya menjadi pemain favorit saya, dan kami selalu menamai lapangan itu Old Trafford,” kisah Cunha.
Kini, dari lapangan kerikil di Brasil, Cunha telah benar-benar menginjak rumput asli Old Trafford. Ia berharap bisa menciptakan sejarahnya sendiri, seperti halnya para legenda klub yang menginspirasinya sejak kecil.
McTominay Bersinar di Napoli, United Terluka di Inggris
Ironisnya, saat McTominay bersinar terang bersama Napoli—membawa klub menjuarai Serie A dan meraih gelar Pemain Terbaik Liga Italia—Manchester United justru tertatih-tatih.
Hal ini menjadi pelajaran berharga bahwa keputusan transfer tidak boleh semata didasarkan pada teknis dan ekonomi. Pemain seperti McTominay membawa lebih dari sekadar skill, tetapi juga jiwa, semangat, dan loyalitas.
Kini, publik Old Trafford hanya bisa berharap bahwa kesalahan itu tidak akan terulang. Dan dengan hadirnya Matheus Cunha, mungkin sedikit cahaya bisa kembali muncul di tengah kelamnya musim yang sedang dijalani.