Dewa United kembali mengalami hasil mengecewakan setelah menelan kekalahan 0-2 dari PSIM Yogyakarta dalam lanjutan pekan ke-10 BRI Super League 2025/2026. Pertandingan yang digelar di Stadion Sultan Agung pada Rabu (22/10) itu memperlihatkan kelemahan Dewa United, terutama dalam hal efektivitas dan konsistensi permainan. Meskipun sempat menguasai jalannya laga di awal pertandingan, pasukan Jan Olde Riekerink gagal memanfaatkan peluang yang ada.
Kekalahan yang Menyakitkan
Sejak menit pertama, PSIM tampil agresif. Hasilnya langsung terlihat saat Nermin Haljeta membuka keunggulan pada menit ketiga. Gol cepat tersebut mengguncang konsentrasi Dewa United, yang tampak kesulitan menemukan ritme permainan. Haljeta bahkan menggandakan keunggulan PSIM di babak kedua, tepatnya pada menit ke-61, setelah menerima umpan matang dari Norberto Ezequiel Vidal.
Situasi semakin sulit bagi Dewa United ketika bek asing mereka, Nick Kuipers, mendapat kartu merah di menit ke-52 setelah menerima dua kartu kuning. Kekurangan satu pemain membuat tim kesulitan membangun serangan. Karena itu, meski tampil menekan, Dewa United gagal menciptakan peluang berbahaya hingga akhir laga.
Hasil tersebut menambah panjang catatan buruk mereka. Kini, Dewa United menelan dua kekalahan beruntun dan tertahan di posisi ke-12 klasemen sementara dengan 10 poin dari sembilan laga.
Riekerink: Tim Masih Butuh Waktu
Pelatih Jan Olde Riekerink mengakui bahwa timnya sedang melalui masa sulit. Dalam konferensi pers usai laga, ia menyebut bahwa Dewa United masih dalam tahap proses untuk mencapai stabilitas performa. “Ini adalah tahun ketiga saya di Dewa United. Tahun pertama kami finis di papan bawah, tahun kedua kami mengakhiri musim di posisi kelima. Sekarang kami harus kembali berjuang untuk memperbaiki posisi,” ungkapnya.
Menurutnya, perjalanan tim sejauh ini belum sejalan dengan ekspektasi manajemen dan suporter. “Empat bulan lalu kami merayakan pencapaian besar karena lolos ke AFC Challenge League. Itu seharusnya menjadi pondasi untuk bersaing di papan atas musim ini,” tambah Riekerink.
Namun, kenyataannya performa di liga domestik belum stabil. Oleh karena itu, pelatih asal Belanda tersebut menilai timnya perlu melakukan pembenahan menyeluruh, mulai dari mental hingga kedisiplinan pemain di lapangan.
Evaluasi Total Dewa United
Riekerink menegaskan bahwa kekalahan dari PSIM menjadi pelajaran penting bagi tim. Ia mengakui bahwa Dewa United harus belajar untuk lebih tangguh secara mental dan lebih fokus menjaga kedisiplinan dalam permainan. “Kami perlu menganalisis mengapa tidak bisa mempertahankan posisi lima besar, bahkan naik ke posisi dua seperti musim lalu. Musim ini kami seharusnya sudah bisa bersaing untuk juara,” tegasnya.
Selain itu, ia menilai bahwa faktor penyelesaian akhir juga menjadi masalah utama. Banyak peluang yang gagal dimaksimalkan, sedangkan pertahanan masih terlalu mudah ditembus. Menurutnya, kombinasi antara konsistensi, disiplin, dan efektivitas akan menjadi kunci untuk memperbaiki performa di sisa musim.
Walau begitu, sang pelatih tetap menekankan pentingnya menjaga semangat juang. Ia meminta para pemain agar tidak larut dalam kekecewaan dan segera fokus pada pertandingan berikutnya. “Kami harus tetap percaya diri. Masih banyak laga tersisa, dan semuanya bisa berubah jika kami tampil lebih konsisten,” ujar Riekerink dengan optimistis.
Fokus ke Kompetisi Asia
Meski tersendat di liga domestik, Dewa United masih memiliki harapan besar di kompetisi internasional. Mereka akan tampil di AFC Challenge League 2025/26 dan tergabung di Grup E bersama Shan United (Myanmar), Tainan City (Taiwan), dan Phnom Penh Crown (Kamboja). Menariknya, seluruh laga penyisihan grup akan digelar di Indomilk Arena, Tangerang, yang menjadi markas Dewa United.
Riekerink menegaskan bahwa timnya memiliki ambisi besar di ajang tersebut. “Kami tidak hanya ingin berpartisipasi, tetapi juga menjuarai AFC Challenge League. Tanpa ambisi itu, tidak ada gunanya bersaing,” tegasnya.
Laga pembuka melawan Phnom Penh Crown pada 26 Oktober 2025 akan menjadi kesempatan emas bagi Egy Maulana Vikri dan rekan-rekannya untuk bangkit. Selain sebagai momentum kebangkitan, ajang ini juga bisa menjadi pembuktian bahwa Dewa United memiliki kapasitas untuk bersaing di level Asia.
Selain itu, kehadiran empat pemain mereka di Timnas Indonesia juga menjadi kebanggaan tersendiri. Riekerink menyebut bahwa hal itu membuktikan kualitas pemain Dewa United semakin diakui. “Kami selalu mendukung penuh pemain yang dipanggil tim nasional. Itu menunjukkan kerja keras mereka dihargai,” ujarnya.
Jalan Panjang Menuju Stabilitas
Riekerink menutup dengan pernyataan penuh semangat bahwa perjalanan Dewa United masih panjang. Ia menyadari bahwa memperbaiki performa tidak bisa dilakukan dalam semalam. Namun, dengan kerja keras dan evaluasi yang tepat, ia yakin timnya bisa kembali bersaing di papan atas.
“Masih belum terlambat untuk bangkit. Kami harus memperbaiki diri dan tetap fokus di dua kompetisi. Perjalanan akan panjang, tapi kami siap menghadapi tantangan itu,” pungkasnya.