Kepindahan Jamie Vardy ke Cremonese menjadi salah satu transfer paling mengejutkan di bursa musim panas 2025. Jamie Vardy, striker legendaris Leicester City, akhirnya resmi memulai petualangan barunya di Serie A bersama tim promosi asal Italia tersebut. Keputusan ini memicu banyak perbincangan, mengingat usianya yang sudah tidak muda lagi dan reputasi yang ia bangun di Inggris. Namun, ada kisah menarik di balik pilihan Vardy yang ternyata tidak lepas dari pengaruh seorang pelatih ternama di Premier League, yaitu Enzo Maresca, manajer Chelsea saat ini.
Dalam konferensi pers perdananya, Vardy membuka rahasia tentang bagaimana sejumlah percakapan penting membuatnya mantap bergabung dengan Cremonese. Salah satunya adalah pembicaraan intensif dengan pelatih Davide Nicola, serta dukungan moral dari Maresca yang memberinya perspektif berbeda tentang kehidupan dan peluang baru di Italia. Vardy mengakui bahwa faktor kepercayaan dan visi klub menjadi penentu, ditambah lagi rekomendasi dari sosok yang ia percayai semakin memantapkan langkahnya.
Bagaimana proses itu terjadi? Mengapa seorang Vardy, yang identik dengan kisah dongeng Leicester, memilih Cremonese sebagai destinasi baru?
Percakapan Virtual yang Mengubah Jalan Karier
Jamie Vardy mengungkapkan bahwa momen awal yang membentuk keputusannya adalah sebuah panggilan video dengan pelatih Cremonese, Davide Nicola. Dalam sesi tersebut, ia berbincang hampir satu jam penuh. Nicola menunjukkan gairah besar serta visi yang jelas untuk membawa Cremonese tetap bersaing di kasta tertinggi Italia.
Bagi Vardy, perasaan dihargai dan diinginkan sangat penting. Ia menegaskan bahwa dari cara Nicola berbicara dan menatap matanya, ia bisa merasakan keseriusan serta kepercayaan yang ditawarkan. Itu menjadi energi besar yang sulit ia abaikan.
“Ketika seorang pelatih menunjukkan begitu banyak keyakinan, Anda merasa menjadi bagian penting dari proyeknya. Itu membuat saya langsung percaya,” kata Vardy.
Gema Kisah Leicester City di Cremonese
Saat ditanya apakah ia melihat kesamaan antara Cremonese dan Leicester City, Vardy dengan cepat menyetujui. Baginya, ada paralel yang jelas antara kedua tim. Saat ia bergabung dengan Leicester, target utamanya hanyalah bertahan di Premier League, bukan mengejar gelar. Namun, dari fondasi sederhana itu, lahirlah kisah dongeng terbesar dalam sejarah sepak bola modern.
Cremonese, menurut Vardy, memiliki misi yang serupa: bertahan di Serie A. Fokus sederhana ini justru yang membuatnya semakin tertantang. Ia merasa perjalanan tersebut bisa menjadi kisah baru yang penuh kejutan.
“Ketika saya bicara dengan pelatih dan pemilik, mereka hanya menekankan satu hal: bertahan. Itu persis sama dengan Leicester di awal,” ungkapnya.
Merangkul Peran sebagai Kuda Hitam
Vardy tidak asing dengan status sebagai underdog. Sejak awal kariernya, ia selalu diragukan banyak orang. Justru karena keraguan itu, ia terus termotivasi membuktikan diri. Hal yang sama ia lihat di Cremonese, sebuah tim yang dipandang sebelah mata namun memiliki semangat untuk melawan segala keterbatasan.
“Sepanjang karier, saya selalu berada dalam posisi harus membuktikan diri. Itu yang membuat saya semakin bersemangat. Dan di sini, saya merasa peran itu kembali,” jelasnya.
Ia meyakini bahwa peran sebagai kuda hitam akan membantu Cremonese berkembang, sekaligus memberi warna berbeda di Serie A.
Nasihat Krusial dari Enzo Maresca
Di balik semua pertimbangan, ada satu tokoh kunci yang memengaruhi langkah Vardy: Enzo Maresca, pelatih Chelsea. Keduanya pernah bekerja sama di Leicester City, sehingga ada ikatan personal yang kuat.
Maresca bukan hanya memberikan pandangan positif soal Cremonese sebagai klub, tetapi juga menggambarkan keindahan kota Cremona. Baginya, aspek kehidupan di luar lapangan sama pentingnya dengan karier di dalam stadion. Ulasan jujur Maresca itu membuat Vardy semakin yakin untuk mencoba pengalaman baru.
“Saya berbicara dengannya begitu tahu ada kemungkinan pindah. Dia tidak henti-hentinya memuji klub dan kotanya. Itu sangat berarti bagi saya,” terang Vardy.
Nasihat Maresca menjadi pendorong terakhir. Setelah diskusi dengan keluarganya, Vardy menyadari bahwa Cremonese adalah satu-satunya pilihan yang masuk akal untuk langkah berikutnya.
Petualangan Baru di Serie A
Kini, Jamie Vardy siap mengawali kisah barunya bersama Cremonese. Dukungan penuh dari Davide Nicola, inspirasi dari kisah Leicester, serta restu dari Maresca telah membentuk fondasi keputusannya. Laga perdana melawan Hellas Verona pada 15 September 2025 akan menjadi ujian pertama, sekaligus kesempatan bagi Vardy membuktikan bahwa kisah dongengnya belum berakhir.
Dengan semangat yang sama seperti saat menggebrak Premier League, Vardy bertekad membawa Cremonese melampaui ekspektasi. Dunia sepak bola kini menunggu, apakah dongeng lama akan berlanjut di tanah Italia?