Tuesday, June 3, 2025
No menu items!
asia9QQ  width=
HomeLiga ChampionsIroni Kylian Mbappe: PSG Juara Liga Champions Saat Ia Tak Lagi di...

Ironi Kylian Mbappe: PSG Juara Liga Champions Saat Ia Tak Lagi di Paris

Kylian Mbappe harus menyaksikan Paris Saint-Germain (PSG) juara Liga Champions dari kejauhan, momen yang begitu ironis dalam kariernya. Musim 2024/2025 menjadi musim yang penuh drama emosional dalam dunia sepak bola Eropa. PSG, yang selama bertahun-tahun gagal menaklukkan Eropa, akhirnya mengangkat trofi Liga Champions untuk pertama kalinya dalam sejarah klub.

Namun, momen penuh sukacita itu datang saat mereka sudah tidak lagi diperkuat oleh sang bintang terbesar, Kylian Mbappe. Pemain yang selama tujuh musim menjadi simbol proyek ambisius Les Parisiens itu justru tidak terlibat dalam sejarah besar tersebut. Mbappe kini berseragam Real Madrid, klub impiannya sejak kecil.

- Advertisement -
asia9QQ

Selama di PSG, Mbappe selalu menjadi tumpuan utama dalam perburuan gelar Eropa. Bersama nama-nama besar lain seperti Neymar, Lionel Messi, dan Sergio Ramos, ia gagal membawa pulang trofi tersebut. Ironisnya, saat ia pergi, PSG justru menemukan versi terbaik mereka dan menuntaskan misi besar itu.

Takdir seperti memainkan lelucon pahit bagi Mbappe. Lalu, bagaimana semua ini bisa terjadi? Inilah kisah lengkapnya.

Real Madrid Gagal, PSG Malah Berjaya

Pada musim panas 2022, saga transfer Mbappe menjadi pusat perhatian. Real Madrid mengajukan tawaran besar untuk merekrutnya. Namun, PSG berhasil mempertahankannya dengan kontrak baru yang memecahkan rekor gaji. Keputusan ini sempat memicu berbagai reaksi, termasuk dari Presiden La Liga.

Sayangnya, musim berikutnya—2023/2024—PSG kembali tersingkir lebih awal di Liga Champions. Sebaliknya, Real Madrid justru tampil dominan dan keluar sebagai juara, meraih gelar ke-15 mereka. Di tengah kegagalan PSG, Mbappe tetap menjadi sosok sentral dan mengakhiri musim sebagai top skor tim.

Namun, kontraknya berakhir pada Juni 2024. Tanpa perpanjangan, Mbappe akhirnya resmi bergabung dengan Real Madrid. Banyak yang memprediksi duet Mbappe dan Vinicius Jr akan membawa El Real kembali berjaya. Tapi yang terjadi justru sebaliknya.

Real Madrid tersingkir lebih awal, dan PSG—yang selama ini dijuluki ‘raja transfer gagal’—akhirnya mencapai klimaks sempurna di Eropa. Ironi ini membuat kisah Mbappe menjadi salah satu narasi paling dramatis dalam sejarah sepak bola modern.

PSG Lebih Solid Tanpa Ketergantungan

Kehilangan Kylian Mbappe ternyata menjadi berkah tersembunyi bagi PSG. Di bawah arahan Luis Enrique, klub asal Paris tersebut bermain dengan pendekatan yang lebih kolektif dan seimbang. Tidak ada lagi satu nama yang menjadi pusat perhatian. Semua pemain berkontribusi secara merata.

Pemain seperti Ousmane Dembele, Goncalo Ramos, hingga anak muda seperti Desire Doue tampil luar biasa di sepanjang musim. Dalam laga final melawan Inter Milan, PSG membantai lawannya dengan skor telak 5-0—hasil yang mencatatkan rekor kemenangan terbesar di final Liga Champions.

Luis Enrique pantas mendapat pujian karena mampu menyusun ulang struktur tim menjadi lebih dinamis dan adaptif. Ia tidak membangun tim berdasarkan satu pemain saja, tetapi mengembangkan talenta secara menyeluruh, terutama dari kalangan pemain muda.

Mbappe Beri Ucapan Selamat dari Jarak Jauh

Meski tak lagi membela PSG, Kylian Mbappe menunjukkan sikap dewasa dan sportif. Lewat akun Instagram pribadinya, ia mengunggah ucapan selamat untuk mantan klubnya. “Hari besar akhirnya tiba. Kemenangan dan sikap klub yang luar biasa. Selamat PSG,” tulisnya singkat.

Pesan itu sederhana, tapi sarat makna. Mbappe tahu bahwa ia pernah menjadi bagian penting dari perjalanan panjang PSG menuju panggung tertinggi. Namun, tentu ada perasaan getir karena ia tidak menjadi bagian dari keberhasilan itu secara langsung.

Banyak penggemar berspekulasi, apakah Mbappe menyesali keputusannya pindah ke Madrid? Jawabannya mungkin hanya diketahui oleh dirinya sendiri. Namun satu hal pasti, dalam sepak bola, skenario paling dramatis seringkali ditulis oleh takdir itu sendiri.

Luis Enrique, Arsitek Kejayaan Baru

Keberhasilan PSG juga tak lepas dari tangan dingin Luis Enrique. Setelah sebelumnya sukses meraih treble bersama Barcelona, ia kini membuktikan bahwa kemampuannya belum pudar. Musim ini, ia membawa PSG meraih treble—Liga Champions, Ligue 1, dan Coupe de France.

Yang lebih mengesankan, Enrique melakukannya dengan tim yang jauh lebih muda dan tidak berisi bintang besar seperti era Messi–Mbappe–Neymar. Filosofinya yang mengandalkan permainan cepat, fleksibel, dan penuh pressing tinggi, sukses menaklukkan sepak bola modern.

Ia juga berhasil membina para pemain muda menjadi aset berharga klub. Warren Zaire-Emery, Senny Mayulu, dan Beraldo semuanya berkembang pesat di bawah arahannya. Enrique pun kini disejajarkan dengan Pep Guardiola sebagai pelatih yang mampu menjuarai Liga Champions dengan dua klub berbeda.

RELATED ARTICLES
- Advertisment -
asia9sports

Most Popular

Recent Comments