Saturday, August 2, 2025
No menu items!
asia9QQ  width=
HomeLiga ChampionsGelar Juara UCL Pertama PSG Tercoreng Denda UEFA Akibat Aksi Suporter

Gelar Juara UCL Pertama PSG Tercoreng Denda UEFA Akibat Aksi Suporter

Gelar juara Liga Champions pertama PSG harus ternoda akibat denda dari UEFA yang dijatuhkan karena aksi tak pantas para suporter. Klub asal Paris itu menerima sanksi senilai hampir €150.000 atau sekitar Rp2,8 miliar setelah laga final bersejarah melawan Inter Milan di Allianz Arena pada 31 Mei 2025.

Kemenangan telak 5-0 atas Inter Milan seharusnya menjadi momen paling membanggakan dalam sejarah PSG. Namun, kesuksesan tersebut justru dibarengi dengan insiden kontroversial di tribun suporter. UEFA mencatat serangkaian pelanggaran serius yang dilakukan fans PSG, mulai dari spanduk provokatif hingga perusakan fasilitas stadion.

- Advertisement -
asia9QQ

Sanksi ini menimbulkan polemik besar karena PSG saat ini dipimpin oleh Nasser al-Khelaifi, yang juga menjabat sebagai anggota Komite Eksekutif UEFA dan Ketua European Club Association (ECA). Situasi tersebut mempermalukan klub secara institusional, mengingat pelanggaran dilakukan di tengah sorotan global saat final Liga Champions.

Meski denda tersebut tidak signifikan secara finansial jika dibandingkan dengan pendapatan dari Liga Champions, dampaknya terhadap citra dan reputasi PSG sangat besar. Trofi yang selama ini didambakan akhirnya diraih, tapi perayaannya dirusak oleh tindakan fans yang tak terkontrol.


Spanduk Kontroversial: Pelanggaran Terbesar di Final Liga Champions

UEFA merinci bahwa PSG melanggar enam poin penting dalam regulasi pertandingan, dengan pelanggaran utama berasal dari spanduk provokatif bertuliskan “UEFA Mafia” yang dilengkapi gambar babi. Aksi ini dianggap sangat menghina dan merusak nama baik institusi sepak bola Eropa.

Atas insiden ini, PSG dijatuhi denda sebesar €10.000 hanya untuk pelanggaran spanduk tersebut. Ini menjadi simbol pelanggaran etika yang paling mencolok, apalagi dilakukan pada laga final yang disiarkan ke seluruh dunia.

Ironisnya, tindakan ini terjadi saat klub dipimpin oleh sosok yang berada di jantung struktur kepemimpinan UEFA. Al-Khelaifi seharusnya menjadi contoh kepatuhan terhadap nilai dan etika pertandingan. Alih-alih, klubnya malah jadi sorotan karena fanatisme yang berujung pada pelanggaran.


Aksi Masuk Lapangan dan Vandalisme: Tambahan Dosa Suporter PSG

Selain spanduk, pelanggaran lain yang tercatat adalah aksi sejumlah suporter yang menyerbu lapangan usai peluit akhir dibunyikan. Para fans tersebut mencabut potongan rumput stadion dan mengambilnya sebagai suvenir, sebuah aksi yang dianggap sebagai bentuk vandalisme.

UEFA menilai tindakan itu sebagai pelanggaran berat terhadap keamanan stadion dan integritas pertandingan. Ditambah lagi, sejumlah fans menyalakan kembang api selama laga berlangsung—praktik terlarang yang dapat mengganggu jalannya pertandingan dan membahayakan orang lain.

Untuk dua pelanggaran tersebut, PSG dikenai denda tambahan sebesar €100.000. Sedangkan untuk kerusakan fasilitas stadion, klub didenda €8.000 lagi. Akumulasi sanksi finansial menjadikan total denda mendekati angka €150.000.


Ancaman Sanksi Tambahan: PSG di Bawah Pengawasan UEFA

Sebagai bagian dari hukuman, UEFA juga memberlakukan sanksi percobaan terhadap PSG berupa larangan menjual tiket untuk satu pertandingan tandang di kompetisi UEFA. Sanksi ini bersifat tertunda selama dua tahun dan akan langsung berlaku jika terjadi pelanggaran serupa dalam periode tersebut.

Artinya, PSG kini dalam status pengawasan ketat. UEFA ingin memberi sinyal keras bahwa perilaku semacam ini tidak akan ditoleransi lagi. Klub harus lebih aktif dalam mengendalikan perilaku suporternya di masa mendatang.

Meski tergolong sanksi ringan secara ekonomi, hukuman ini mengirim pesan tegas bahwa UEFA ingin menjaga citra kompetisi dan integritas pertandingan di setiap levelnya.


PSG Raup Keuntungan Besar Meski Tersandung Skandal

Terlepas dari denda dan sanksi, PSG tetap membawa pulang keuntungan finansial besar dari Liga Champions musim 2024/25. Dengan keberhasilan mencapai final dan menjadi juara, Les Parisiens diperkirakan menerima hadiah total sekitar €140 juta dari UEFA, sponsor, dan hak siar.

Jumlah tersebut membuat denda €150.000 tampak sepele dari sisi finansial. Namun, manajemen klub perlu menyadari bahwa kerusakan reputasi jauh lebih sulit diperbaiki dibanding sekadar membayar denda.

Citra PSG sebagai juara seharusnya menjadi narasi kebanggaan, namun kini dibayang-bayangi skandal suporter yang viral di berbagai platform media sosial. Kritik pun mengalir deras, baik dari media Eropa maupun dari kalangan penggemar netral sepak bola.

Kemenangan Bersejarah yang Tercederai

Gelar Liga Champions pertama PSG seharusnya menjadi tonggak kejayaan klub. Namun, kesuksesan tersebut dicoreng oleh perilaku suporter yang merusak citra klub dan menimbulkan skandal di tengah euforia.

UEFA sudah memberi peringatan keras. Kini tanggung jawab berada di pundak manajemen PSG untuk memperbaiki hubungan dengan otoritas sepak bola, menjaga disiplin fans, dan memastikan insiden serupa tak terulang di masa depan.

Kemenangan di lapangan tidak akan lengkap tanpa kemenangan di luar lapangan. Reputasi, etika, dan tanggung jawab sosial menjadi elemen penting dalam membangun kejayaan yang berkelanjutan. PSG harus belajar dari insiden ini jika ingin dikenang bukan hanya sebagai juara, tapi juga sebagai klub besar dengan nilai sportivitas tinggi.

RELATED ARTICLES
- Advertisment -
asia9sports

Most Popular

Recent Comments