Wednesday, November 12, 2025
No menu items!
asia9QQ  width=
HomeLiga InggrisFlorian Wirtz dan Deretan Rekrutan Terburuk Juara Bertahan Premier League

Florian Wirtz dan Deretan Rekrutan Terburuk Juara Bertahan Premier League

Menjadi juara bertahan di Premier League tentu menjadi pencapaian luar biasa bagi sebuah klub. Namun, kemenangan besar tidak selalu berarti segalanya berjalan mulus setelahnya. Dalam banyak kasus, klub justru terjebak pada euforia keberhasilan dan melakukan kesalahan di bursa transfer. Akibatnya, pemain baru yang datang gagal memenuhi ekspektasi tinggi.

Most importantly, juara bertahan seharusnya bisa memperkuat skuad secara cerdas untuk mempertahankan dominasi. Sayangnya, sejarah menunjukkan hal sebaliknya. Banyak tim besar tergelincir karena perekrutan yang salah arah, dan Liverpool musim ini menjadi contoh terbaru.

- Advertisement -
asia9QQ

Liverpool dan Kasus Florian Wirtz

Liverpool mencatatkan rekor luar biasa pada 2025 setelah menjuarai Premier League. Klub yang kini diasuh Arne Slot itu langsung melakukan belanja besar untuk memperkuat skuad. Mereka menggelontorkan dana besar untuk mendatangkan sejumlah bintang baru.

Namun, hasilnya belum sesuai harapan. Dari semua pemain baru, hanya Hugo Ekitike yang mampu memberi dampak nyata. Sebaliknya, Florian Wirtz justru menjadi sorotan utama karena gagal total dalam adaptasi. Dalam 11 pertandingan liga, gelandang asal Jerman itu belum mencatatkan satu pun gol atau assist.

Because of his struggles, ritme permainan Liverpool sering kali terganggu. Wirtz tampak kesulitan menemukan peran yang tepat dalam sistem Slot. Jika situasi ini terus berlanjut, bukan tidak mungkin ia akan menjadi simbol kegagalan transfer termahal klub musim ini.

Manchester City dan Trio Transfer Gagal

Selain Liverpool, Manchester City juga memiliki deretan perekrutan yang gagal setelah masa kejayaan mereka. Setelah meraih treble pada 2024, City sempat membuat keputusan mengejutkan dengan memulangkan Ilkay Gundogan dari Barcelona.

Sayangnya, keputusan itu tidak berjalan sesuai rencana. Versi Gundogan yang kembali ke Etihad sudah jauh berbeda dari sebelumnya. Ia kehilangan intensitas, dan perannya di lini tengah tidak lagi sekuat saat meraih treble. Setelah satu musim mengecewakan, ia dilepas ke Galatasaray.

Selain itu, City juga membuat langkah yang kurang tepat saat membeli Matheus Nunes dari Wolves pada 2023 dengan harga 53 juta pounds. Harapannya, Nunes bisa menjadi motor baru di lini tengah menggantikan Gundogan. Namun, kenyataan berbicara lain. Ia justru lebih sering tampil di luar posisi aslinya dan gagal memberikan kontribusi besar.

Tidak berhenti di situ, City juga pernah mengeluarkan dana besar untuk mendatangkan Kalvin Phillips pada 2022. Meski digadang-gadang sebagai pengganti Fernandinho, ia malah tenggelam karena performa buruk dan cedera. Guardiola bahkan sempat menuduhnya kelebihan berat badan.

Therefore, meski City dikenal sebagai klub dengan manajemen transfer cerdas, deretan nama tersebut membuktikan bahwa kesalahan tetap bisa terjadi bahkan di tim terbaik dunia.

Jack Grealish dan Tekanan Harga Mahal

Pada 2021, City kembali membuat rekor transfer besar dengan membeli Jack Grealish dari Aston Villa senilai 100 juta pounds. Ekspektasi publik sangat tinggi, namun sang pemain gagal beradaptasi dengan cepat. Ia hanya mencetak tiga gol di musim perdananya.

Walau sempat tampil lebih baik dan ikut meraih treble, performanya kembali menurun. Kini, Grealish sedang berjuang menemukan kembali bentuk terbaiknya di Everton. Besides that, tekanan sebagai pemain termahal di Inggris tampaknya masih menjadi beban berat yang belum ia lepaskan sepenuhnya.

Dari Thiago hingga Ahmed Musa

Kasus serupa juga menimpa banyak juara lain di masa lalu. Liverpool pada 2020 mendatangkan Thiago Alcantara dari Bayern Munchen dengan ekspektasi tinggi. Namun, cedera berulang membuatnya tidak pernah tampil maksimal. Ia akhirnya pensiun pada 2024 tanpa memberikan dampak besar.

Sementara itu, Chelsea pada 2017 membuat kesalahan fatal ketika membeli Danny Drinkwater dari Leicester City seharga 35 juta pounds. Sang pemain gagal bersinar dan hanya tampil 23 kali sebelum akhirnya dipinjamkan ke berbagai klub.

Bahkan, Leicester City sebagai juara kejutan pada 2016 juga terjebak kesalahan serupa. Mereka membeli Ahmed Musa seharga 16 juta pounds, tetapi pemain asal Nigeria itu hanya mampu mencetak dua gol sebelum dipinjamkan ke klub lain. Transfer tersebut menjadi simbol betapa sulitnya menjaga performa setelah mencapai puncak prestasi.

Pelajaran Penting bagi Juara Bertahan

Dari semua contoh tersebut, satu hal menjadi jelas: menjadi juara bukan berarti klub bisa berpuas diri. Justru, keberhasilan harus menjadi alasan untuk berpikir lebih hati-hati dalam belanja pemain. Transfer besar tidak selalu membawa hasil besar.

Because of that, tim-tim juara perlu menyeimbangkan ambisi dan rasionalitas dalam setiap keputusan. Mereka harus memahami bahwa sukses mempertahankan gelar sering kali bergantung pada stabilitas, bukan sekadar nama besar.

Most importantly, klub yang belajar dari kesalahan masa lalu bisa menjadi lebih kuat. Jika Liverpool, Manchester City, atau bahkan Chelsea mampu mengambil pelajaran dari pengalaman buruk ini, maka peluang mereka untuk bangkit di musim berikutnya akan jauh lebih besar.

RELATED ARTICLES
- Advertisment -
asia9sports

Most Popular

Recent Comments