Laga puncak Liga Europa 2025 yang akan digelar di San Mames, Bilbao, seharusnya menjadi panggung unjuk gigi dua klub raksasa Inggris: Tottenham Hotspur dan Manchester United. Namun, ketegangan laga ini tak hanya berasal dari besarnya taruhannya. Kedua tim justru datang ke final dalam kondisi pincang akibat badai cedera yang menghantam hampir seluruh lini permainan.
Tottenham dan Manchester United sama-sama kehilangan sejumlah pemain kunci. Kondisi tersebut membuat duel yang seharusnya megah ini berubah menjadi pertarungan antara strategi darurat, improvisasi pelatih, dan kekuatan mental para pemain yang tersisa.
Tottenham Kehilangan Banyak Pilar Utama, Strategi Postecoglou Terancam
Tottenham memasuki final dengan daftar cedera yang cukup panjang. Sang playmaker utama, James Maddison, dipastikan absen karena cedera lutut yang dideritanya awal bulan ini. Absennya Maddison membuat serangan Spurs kehilangan kreativitas. Ia selama ini menjadi motor pengatur tempo sekaligus pemberi umpan kunci di lini tengah.
Selain Maddison, Dejan Kulusevski juga harus menepi akibat masalah otot. Dua absensi di sektor ofensif ini membuat manajer Ange Postecoglou harus merombak skema penyerangan yang selama ini diandalkan. Kehilangan kreativitas dan pergerakan tanpa bola di sepertiga akhir lapangan bisa menjadi kerugian besar bagi Tottenham.
Masalah tidak berhenti di sana. Timo Werner, yang baru saja pulih dari cedera, kembali diragukan tampil karena cedera paha. Begitu pula dengan Radu Dragusin, Lucas Bergvall, dan Dane Scarlett. Ketiganya juga belum pulih sepenuhnya. Dengan kedalaman skuad yang semakin terbatas, pilihan Postecoglou semakin menyempit.
Manchester United Tak Kalah Pusing: Lini Pertahanan Rawan
Sementara itu, Manchester United juga menghadapi situasi serupa. Lisandro Martinez, yang sebelumnya diharapkan menjadi andalan di jantung pertahanan, masih belum pulih dari cedera panjang. Begitu pula dengan Joshua Zirkzee, striker muda yang menjadi kejutan musim ini, diragukan tampil karena cedera paha belakang.
Situasi semakin kompleks dengan kondisi fisik Matthijs De Ligt dan Leny Yoro yang masih belum 100% fit. Keduanya masih menjalani pengawasan ketat dari tim medis. Pelatih MU, Ruben Amorim, menyatakan bahwa ia belum mengambil keputusan final. Ia menegaskan tidak akan mengambil risiko kecuali pemain benar-benar siap.
Dengan banyaknya pemain belakang yang absen atau tidak dalam kondisi optimal, Ruben Amorim harus memutar otak untuk menyusun lini pertahanan yang solid. Apalagi, Tottenham dikenal memiliki transisi serangan yang cepat dan agresif.
Pemain Lain yang Diragukan: Risiko Besar di Lini Kedua
MU juga dirundung kekhawatiran soal kondisi Diogo Dalot. Bek kanan asal Portugal itu masih dibayangi cedera betis yang ia alami dua pekan lalu. Walau Dalot menunjukkan progres positif, keputusannya untuk bermain akan sangat tergantung pada hasil evaluasi medis terakhir.
Jonny Evans, bek veteran MU, juga belum sepenuhnya pulih. Walaupun bukan pilihan utama, pengalaman Evans sangat penting dalam laga sebesar ini. Kehadirannya di ruang ganti bisa memberikan pengaruh psikologis yang signifikan bagi para pemain muda MU.
Dari kubu Spurs, harapan masih menggantung pada Pape Matar Sarr, gelandang muda yang tampil impresif musim ini. Ia mengalami cedera ringan saat menghadapi Aston Villa, namun tim medis optimistis ia bisa pulih tepat waktu.
Laga Final yang Sarat Tekanan dan Taruhan Besar
Terlepas dari badai cedera, pertandingan ini tetap menjadi panggung penting bagi kedua klub. Tottenham Hotspur belum pernah meraih trofi besar sejak gelar Piala Liga 2008. Maka, kemenangan di final ini bisa menjadi penebusan bagi klub London Utara tersebut. Apalagi, mereka berhasil menyingkirkan MU dalam tiga pertemuan sebelumnya musim ini.
Namun, sejarah dan statistik tidak selalu berbicara di laga final. Manchester United juga datang dengan motivasi besar, terutama karena performa mereka di Premier League musim ini jauh dari kata memuaskan. Enam kekalahan dalam delapan pertandingan terakhir menunjukkan inkonsistensi yang mengkhawatirkan. Amorim ingin menjadikan final ini sebagai titik balik bagi klub dan dirinya sendiri.
Dengan tiket Liga Champions musim depan juga menjadi taruhan, kedua tim tidak boleh melakukan kesalahan sedikit pun. Dalam kondisi penuh keterbatasan, faktor mental, keberanian, dan kreativitas akan menjadi penentu utama hasil akhir di Bilbao nanti.