FIFA belum mengizinkan kehadiran suporter tandang di BRI Super League 2025/2026, menurut penjelasan resmi dari Direktur Utama I.League, Ferry Paulus. Kebijakan pembatasan ini masih berlaku, meskipun sejumlah pihak berharap musim baru menjadi titik awal kembalinya suporter tamu ke stadion. Hingga saat ini, federasi sepak bola dunia masih mempertimbangkan berbagai aspek sebelum memberi restu.
Larangan terhadap kehadiran suporter tandang telah diberlakukan sejak musim 2022/2023. Kebijakan tersebut muncul sebagai buntut dari tragedi Kanjuruhan yang menewaskan 135 jiwa. Sejak saat itu, seluruh pertandingan kasta tertinggi Liga Indonesia digelar tanpa kehadiran pendukung tim tamu untuk mencegah potensi bentrokan dan eskalasi massa yang tak terkendali.
Kini, dengan situasi keamanan yang mulai kondusif, wacana untuk mengembalikan atmosfer penuh di stadion kembali mencuat. Beberapa klub, termasuk elemen suporter, menyuarakan harapan agar pertandingan bisa dinikmati secara langsung oleh kedua belah pihak. Namun, keputusan akhir tetap berada di tangan FIFA. Ferry Paulus pun menegaskan bahwa belum ada lampu hijau dari mereka sejauh ini.
FIFA Masih Tahan Izin untuk Suporter Tandang
Dalam konferensi pers terbaru, Ferry Paulus menjelaskan secara gamblang bahwa pihaknya telah menjalin komunikasi aktif dengan FIFA. Namun, badan sepak bola dunia itu belum memberikan izin resmi terkait wacana kembalinya suporter tandang ke stadion.
“Semalam kami sudah berbicara dengan FIFA untuk membahas hal ini,” ujar Ferry kepada media. “Namun, intinya FIFA masih akan mengevaluasi upaya yang dilakukan oleh liga untuk memastikan situasi sudah benar-benar aman.”
Ferry menambahkan bahwa FIFA masih memerlukan pendalaman dan pemahaman lebih lanjut sebelum membuat keputusan final. Menurutnya, edukasi terhadap suporter serta interaksi yang intensif antara klub, operator liga, dan elemen suporter menjadi kunci utama dalam proses ini.
Edukasi dan Interaksi Jadi Syarat Penting
Untuk memenuhi standar FIFA, I.League disebut tengah menyusun berbagai strategi, termasuk program edukasi bagi kelompok suporter. Interaksi langsung juga akan diperbanyak guna menciptakan pemahaman bersama terkait pentingnya menjaga ketertiban selama pertandingan berlangsung.
Ferry menyatakan bahwa pengembalian hak suporter tandang bukan sekadar soal izin teknis, melainkan juga soal tanggung jawab kolektif dari seluruh pihak yang terlibat. Dukungan dari klub, pengamanan yang terkoordinasi, serta sikap dewasa dari para pendukung sangat dibutuhkan.
“Yang penting sekarang adalah membangun kepercayaan bahwa situasi kita sudah membaik,” lanjut Ferry. “Suporter harus menunjukkan sikap positif agar FIFA bisa menilai kita sudah siap menyambut mereka kembali di stadion lawan.”
Masih Ada Peluang di Putaran Kedua
Meski FIFA belum memberi persetujuan untuk awal musim, harapan belum sepenuhnya pupus. Ferry Paulus menyebut bahwa peluang kembalinya suporter tandang masih terbuka di putaran kedua BRI Super League 2025/2026.
Ia mengisyaratkan bahwa jika selama tiga hingga empat bulan pertama kompetisi berjalan dengan lancar dan kondusif, maka pihaknya akan kembali mengajukan permohonan kepada FIFA. Dengan demikian, pertandingan di paruh kedua musim bisa jadi momentum kebangkitan atmosfer sepak bola nasional.
“Kita terus berusaha. Kalau semua berjalan sesuai rencana, mudah-mudahan putaran kedua bisa jadi titik balik. Kita ingin ada progres nyata,” tegasnya.
Pernyataan ini menunjukkan bahwa meskipun larangan masih berlaku, I.League tetap berkomitmen untuk membuka ruang dialog dan terus berupaya memenuhi ekspektasi FIFA secara bertahap.
Suporter Tandang dan Dinamika Rivalitas Klub
Kehadiran suporter tandang selama ini menjadi elemen penting dalam membangun atmosfer laga-laga besar, terutama yang melibatkan rivalitas tradisional seperti Persija vs Persib, Arema vs Persebaya, atau PSIS vs PSS. Tanpa kehadiran mereka, tensi pertandingan terasa timpang dan kurang menggigit.
Namun, klasifikasi pertandingan berdasarkan zona rivalitas, seperti zona merah, kuning, dan hijau, membuat otoritas sepak bola nasional harus berhati-hati dalam menentukan laga mana yang bisa terbuka bagi pendukung tamu.
I.League pun menyusun peta risiko untuk setiap pertandingan, agar jika suporter tandang diperbolehkan hadir kembali, pengaturan keamanan bisa lebih terencana.
Langkah Bertahap Menuju Pemulihan Sepak Bola
Kebijakan FIFA untuk belum memberikan izin kehadiran suporter tandang di musim 2025/2026 bukan berarti pintu tertutup sepenuhnya. Hal ini menandakan pentingnya kehati-hatian dalam menjaga stabilitas pasca-tragedi masa lalu.
Dengan upaya intensif dari I.League dalam hal edukasi, komunikasi, dan kolaborasi dengan suporter, kemungkinan besar regulasi ini akan dikaji ulang dalam waktu dekat. Jika semua pihak bisa menunjukkan perbaikan nyata, bukan tidak mungkin putaran kedua musim ini menjadi awal dari kembalinya atmosfer penuh warna di stadion-stadion tanah air.
Langkah ini tidak hanya penting bagi kelangsungan kompetisi domestik, tetapi juga menjadi tolok ukur bagi FIFA dalam menilai kesiapan Indonesia sebagai bagian dari komunitas sepak bola global.