Menjelang berakhirnya musim kompetisi BRI Liga 1 2024/2025, Presiden Direktur PSBS Biak, Eveline Sanita Injaya, menyatakan keputusannya untuk mundur dari posisi strategis tersebut. Meski baru menjabat pada pertengahan musim ini, keputusan tersebut menjadi sorotan tajam di tengah performa apik klub asal Papua itu.
Dalam pernyataannya, Eveline mengungkapkan bahwa dirinya telah memantapkan hati untuk mengundurkan diri usai menjalani musim yang penuh dinamika. Langkah ini menjadi sebuah ironi tersendiri karena PSBS justru tengah menikmati tren positif di papan klasemen.
Performa Gemilang PSBS Biak di Bawah Kepemimpinan Eveline
PSBS Biak tampil impresif musim ini. Di bawah kepemimpinan Eveline, klub berjuluk Badai Pasifik sukses menorehkan pencapaian mengesankan dengan bertengger di posisi tujuh klasemen sementara. Ini menjadi sebuah capaian luar biasa, mengingat mereka adalah tim promosi yang baru saja naik kasta setelah menjuarai Liga 2 musim sebelumnya.
Kehadiran Eveline membawa nuansa baru di tubuh manajemen. Ia dikenal aktif berkomunikasi dengan tim pelatih serta para pemain dan berperan penting dalam menjaga semangat juang tim. Bahkan, PSBS sempat terseok di awal putaran kedua namun mampu bangkit dan kembali stabil di papan tengah klasemen.
Dengan dua pertandingan tersisa menghadapi Arema FC dan Dewa United, harapan untuk finis di papan atas masih terbuka lebar. Namun, di balik euforia itu, tersimpan dinamika internal yang menjadi alasan utama di balik rencana pengunduran diri Eveline.
Konflik Internal Manajemen Jadi Pemicu Utama
Meski sukses membawa PSBS ke level yang kompetitif, Eveline mengungkapkan bahwa dirinya menghadapi tantangan berat di level internal manajemen. Dalam pernyataan terbukanya, ia menyebut bahwa hubungan antar jajaran manajemen tidak berjalan harmonis, bahkan cenderung terpecah belah.
Menurutnya, konflik kepentingan dan intervensi terhadap keputusan-keputusan penting membuat ruang geraknya terbatas. Eveline menyebut bahwa dalam praktiknya, terdapat dua kubu manajemen yang terus mengalami benturan.
“Saya tidak merasa leluasa dalam mengambil keputusan. Banyak intervensi yang terjadi dari berbagai pihak,” ujarnya dengan nada kecewa. Ia juga menambahkan bahwa ketidaksepahaman tersebut membuatnya sulit menjalankan tanggung jawab sebagai presiden direktur secara penuh.
Krisis Keuangan Semakin Memperparah Situasi
Ketegangan internal tidak berhenti pada perbedaan pendapat semata. Eveline juga menyinggung persoalan finansial yang turut memperkeruh suasana. Dalam tiga bulan terakhir, pemegang saham utama memutuskan untuk menghentikan aliran dana klub sebagai bentuk protes atas kondisi internal.
Keputusan tersebut membawa dampak nyata pada operasional klub. Beberapa bulan terakhir, PSBS menghadapi kesulitan membayar gaji pemain dan memenuhi kewajiban kepada sejumlah vendor.
“Kami mengalami keterlambatan pembayaran gaji. Banyak pemain yang mengeluhkan hal ini langsung kepada saya,” ungkap Eveline.
Ia juga sempat berupaya melakukan pendekatan kepada pemegang saham agar kembali menyalurkan dana demi menjaga stabilitas klub. Hasilnya, dukungan finansial baru kembali diberikan menjelang dua laga terakhir musim ini.
RUPS Gagal Digelar, Ketidakpastian Makin Membesar
Salah satu harapan untuk menyelesaikan persoalan internal PSBS adalah lewat Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Agenda ini dijadwalkan berlangsung pada 14 Mei 2025 di Biak dan rencananya akan menjadi forum untuk membahas masa depan manajemen klub secara terbuka.
Sayangnya, rencana tersebut urung terlaksana. Salah satu pemegang saham minoritas membatalkan keikutsertaannya secara sepihak hanya dua hari sebelum jadwal pelaksanaan. Kegagalan ini memperkuat alasan Eveline untuk mengundurkan diri.
“Saya merasa makin tidak nyaman karena agenda penting seperti ini bisa dibatalkan sepihak. Padahal kami ingin menyatukan visi ke depan,” jelasnya.
Komitmen Eveline Hingga Akhir Musim
Meski telah menyampaikan niat untuk mundur, Eveline tetap menunjukkan komitmennya kepada tim. Ia menegaskan bahwa dirinya akan terus mendampingi PSBS Biak hingga musim ini berakhir. Hal ini dilakukannya sebagai bentuk tanggung jawab terhadap para pemain, staf pelatih, dan semua elemen klub yang telah bekerja keras sepanjang musim.
Ia juga menyebut bahwa dirinya memiliki ikatan emosional yang kuat dengan tim. “Kami seperti keluarga. Saya sangat bangga dengan kerja keras semua pemain walau di tengah banyak persoalan,” tutur ibu tiga anak ini.
Keputusan mundurnya Eveline menjadi pukulan tersendiri bagi PSBS Biak. Di tengah upaya mempertahankan posisi di Liga 1, klub kini harus menghadapi tantangan baru dalam menjaga kestabilan manajemen dan mencari sosok pengganti yang mampu melanjutkan fondasi yang telah dibangun.