Kehadiran empat pelatih asal Belanda di BRI Liga 1 2025/2026 menjadi sorotan utama menjelang bergulirnya musim baru. Kompetisi tertinggi sepak bola Indonesia tersebut kini semakin berwarna dengan masuknya nama-nama pelatih top dari Negeri Kincir Angin. Mereka membawa filosofi sepak bola yang kaya akan taktik dan kedisiplinan, menambah daya tarik liga domestik yang terus berkembang.
Dari total 18 peserta BRI Liga 1 musim ini, hanya satu tim yang masih memercayakan kursi pelatih kepada sosok lokal, yakni Malut United yang dinakhodai Hendri Susilo. Selebihnya, klub-klub papan atas memilih pelatih asing, dengan Belanda menjadi negara penyumbang terbanyak sejauh ini. Empat pelatih asal Belanda akan bersaing menampilkan taktik terbaik mereka, tiga di antaranya adalah wajah baru yang belum pernah mencicipi atmosfer Liga 1 sebelumnya.
Kehadiran mereka bukan hanya membawa pengalaman internasional, tetapi juga harapan akan meningkatnya kualitas kompetisi. Dengan gaya khas Belanda yang mengedepankan permainan menyerang dan penguasaan bola, Liga 1 2025/2026 diprediksi akan menyuguhkan pertarungan taktik yang lebih kompleks dan menarik.
Jan Olde Riekerink
Jan Olde Riekerink bukan sosok asing bagi penggemar Liga 1. Musim lalu, pelatih berusia 62 tahun itu sukses membawa Dewa United finis di posisi kedua klasemen akhir, pencapaian terbaik klub tersebut sejak berdiri. Pengalamannya melatih tim-tim besar seperti Ajax Amsterdam, FC Porto, Galatasaray, hingga tim nasional U-20 China membuktikan kredibilitasnya sebagai pelatih kelas dunia.
Di bawah arahannya, Dewa United mencatatkan 36 kemenangan, 26 imbang, dan 23 kekalahan dalam dua musim terakhir. Catatan tersebut membuatnya tetap dipercaya memimpin skuad di musim 2025/2026, bahkan dengan tambahan tantangan yaitu membawa tim berjuluk Banten Warriors tampil di kompetisi Asia.
Riekerink kini dihadapkan pada ekspektasi yang lebih besar, tidak hanya mempertahankan performa domestik, tetapi juga bersaing di level kontinental. Dengan strategi matang dan filosofi bermain yang solid, ia kembali menjadi salah satu pelatih paling dinantikan di liga.
Johnny Jansen
Bali United memutuskan untuk melakukan perubahan besar dengan menunjuk Johnny Jansen sebagai pelatih kepala menggantikan Stefano Cugurra. Jansen datang dengan pengalaman melatih klub-klub seperti Heerenveen dan PEC Zwolle di Belanda, serta klub asal Lebanon, Safa.
Meski belum pernah meraih gelar sebagai pelatih kepala, Jansen dikenal sebagai sosok pembangun fondasi tim yang kuat. Filosofinya yang menekankan keseimbangan antara pertahanan dan penguasaan bola diharapkan bisa mengembalikan kejayaan Serdadu Tridatu yang sempat redup dalam dua musim terakhir.
Tantangan bagi Jansen bukan hanya soal hasil, tetapi juga bagaimana ia bisa menghadirkan gaya bermain yang menarik dan efektif. Dengan dukungan manajemen serta komposisi pemain yang kompetitif, Jansen diharapkan mampu menjawab ekspektasi tinggi dari publik Pulau Dewata.
Jean-Paul van Gastel
Jean-Paul van Gastel menjadi pelatih asing berikutnya yang mencuri perhatian. Sebagai mantan gelandang Feyenoord yang tampil impresif di akhir 1990-an, Van Gastel membawa segudang pengalaman ke PSIM Yogyakarta. Ia pernah memperkuat tim asal Rotterdam tersebut dalam 121 pertandingan dan mencetak 25 gol.
Setelah pensiun, Van Gastel melanjutkan karier sebagai pelatih dan sempat menjadi asisten di Feyenoord ketika klub itu meraih tiga trofi penting antara 2016 hingga 2018. Ia juga pernah melatih Guangzhou City di China dan menjadi asisten di Besiktas, Turki.
Kini, tantangan berat menantinya bersama PSIM, klub promosi yang baru saja juara Liga 2. Keputusan manajemen menunjuk Van Gastel bukan tanpa alasan. Mereka menginginkan pelatih yang mampu menghadirkan stabilitas dan pengalaman agar tim tidak hanya numpang lewat di Liga 1.
Peter de Roo
Persis Solo memperkenalkan wajah baru di kursi pelatih dengan menunjuk Peter de Roo. Meski belum terlalu dikenal publik Indonesia, De Roo memiliki latar belakang kuat di bidang pengembangan pemain dan struktur teknis sepak bola.
Sebelum memulai karier kepelatihan, ia pernah menjabat sebagai direktur teknik di SC Cambuur, Football Queensland, FFA Centre of Excellence (Australia), hingga Timnas Malaysia. De Roo juga sempat menangani Balestier Khalsa di Liga Singapura sebagai pelatih kepala.
Pengalamannya yang luas di luar lapangan diharapkan dapat membawa pendekatan baru dalam membangun fondasi tim jangka panjang. Persis Solo kini menaruh harapan besar agar De Roo tak hanya membawa hasil. Tetapi juga meningkatkan kualitas permainan skuad Laskar Sambernyawa secara keseluruhan.