Sunday, May 18, 2025
No menu items!
asia9QQ  width=
HomeHot NewsEberechi Eze: Ditolak Arsenal hingga Raih Kejayaan di Piala FA 2024/2025 bersama...

Eberechi Eze: Ditolak Arsenal hingga Raih Kejayaan di Piala FA 2024/2025 bersama Crystal Palace

Perjalanan Eberechi Eze adalah kisah inspiratif tentang seorang pemain yang sempat dicampakkan Arsenal lalu mengukir sejarah bersama Crystal Palace. Pemain berusia 26 tahun itu menjadi sorotan utama setelah mencetak gol tunggal pada final Piala FA 2024/2025 melawan Manchester City. Gol yang ia lesakkan pada menit ke-16 tak hanya membuyarkan dominasi lawan, tetapi juga memastikan trofi mayor pertama bagi The Eagles dalam 119 tahun berdiri. Namun, kemenangan tersebut hanyalah babak akhir dari perjalanan panjang penuh liku.

- Advertisement -
asia9QQ

Awal Pahit di Arsenal dan Fulham

Eze memulai karier mudanya di akademi Arsenal, sebuah tempat yang dijanjikan untuk membentuk talenta terbaik. Sayangnya, predikat “masa depan The Gunners” berubah kecewa. Di usia remaja, ia menerima kabar perpisahan dari klub yang telah membesarkannya. Rasa sedih pun tak terelakkan. “Saya ingat menangis saat melawan mereka beberapa bulan kemudian,” ujarnya kepada BBC Sport.

Kegagalan satu klub diikuti kegagalan lain. Fulham, Reading, kemudian Millwall, semua melepasnya tanpa memberi kesempatan. Penolakan ini bisa mematahkan siapa saja. Namun Eze memilih tetap berjuang. Ia bekerja lebih keras, memperhalus teknik, dan memperkuat mental. Kegigihan inilah yang akhirnya memantapkan langkahnya menuju panggung yang lebih besar.


Kebangkitan di Queens Park Rangers

Karier Eze mulai menemukan titik terang saat bergabung dengan Queens Park Rangers (QPR) pada musim 2019/2020. Di Championship, ia menyusun performa impresif dengan 14 gol dari 46 penampilan. Kecepatan, teknik menggiring bola, serta visi bermainnya mencuri perhatian banyak klub Premier League.

QPR menjadi laboratorium sempurna untuk berkembang. Eze belajar mengatur ritme pertandingan dan menemukan ketajaman insting mencetak gol. Pelatih dan rekan setimnya kerap memuji etos kerja luar biasa sang gelandang. Hasilnya, Crystal Palace tak butuh waktu lama untuk menebus jasanya. Transfer ke Selhurst Park resmi terlaksana pada bursa transfer berikutnya.


Menapaki Karier Bersinar di Selhurst Park

Musim pertama Eze di Crystal Palace tak berjalan mulus. Adaptasi ke level tertinggi Liga Inggris membutuhkan waktu. Kendati begitu, bakat alaminya tak bisa dibendung. Memasuki musim 2021/2022, ia mulai menunjukkan tajinya dengan beberapa gol krusial dan assist brilian.

Titik balik terjadi pada musim 2022/2023. Eze menjadi salah satu pencetak gol terbanyak klub dengan 10 gol di Premier League. Kemampuan memecah pertahanan lawan dan melepaskan tembakan terukur membuatnya kian disegani. Statistiknya mencatat rata‑rata satu tembakan tepat sasaran setiap dua pertandingan. Ini bukan hanya angka, melainkan bukti kontribusi nyatanya di atas lapangan.


Musim 2024/2025: Lompatan Terakhir Menuju Trofi Mayor

Musim 2024/2025 adalah panggung di mana Eze benar‑benar memantapkan statusnya sebagai pilar Palace. Ia mulai diandalkan di berbagai ajang, termasuk Piala FA. Pada babak perempat final, ia mencetak gol penentu kemenangan 2-1 atas Tottenham Hotspur. Di semifinal, assistnya kepada Jean-Philippe Mateta memecah kebuntuan melawan Chelsea.

Semua momen tersebut membawanya ke Wembley untuk partai puncak melawan Manchester City. Di hadapan puluhan ribu suporter, Eze kembali membuktikan kelasnya. Umpan terobosan Daniel Munoz membawanya berduel satu lawan satu. Dengan sekali kontrol, ia menembakkan bola ke sudut gawang yang tak terjangkau Stefan Ortega. Kegembiraan langsung membuncah di tribun dan lorong stadion.


Eze: Simbol Kebangkitan dan Ketekunan

Gol Eze pada final bukan sekadar angka di papan skor. Itu tanda bahwa ketekunan selalu membuahkan hasil. Dari penolakan demi penolakan, ia justru menemukan motivasi untuk terus berkembang. Setiap kegagalan ia jadikan pelajaran, bukan beban. Kini, trofi mayor pertama Crystal Palace menjadi saksi perjalanan panjangnya.

Di balik selebrasi hingga air mata kebahagiaan, Eze tetap rendah hati. Ia tak lagi menoleh ke belakang, menyesali keputusan klub‑klub terdahulu. “Saya tidak melihat ke belakang ke tim mana pun dan berkata, ‘Mereka seharusnya tidak melepaskan saya.’ Itu keputusan mereka saat itu,” ujarnya.

Dengan kata‑kata ini, Eze menegaskan filosofi hidupnya: masa lalu adalah pelajaran, bukan penentu masa depan. Kini, namanya terpahat dalam sejarah Palace. Dan perjalanan heroiknya baru saja dimulai.

RELATED ARTICLES
- Advertisment -
asia9sports

Most Popular

Recent Comments