Klub yang pernah dilarang tampil di Liga Champions menjadi bukti bahwa UEFA tidak segan memberikan sanksi berat kepada tim-tim besar maupun kecil jika mereka melanggar aturan. Liga Champions adalah kompetisi antarklub paling prestisius di dunia sepak bola Eropa. Tidak hanya mengejar trofi, setiap klub juga memperebutkan reputasi dan nilai komersial besar dari ajang ini.
Sejak pertama kali digelar pada 1955, kompetisi ini telah menjadi arena para raksasa Eropa untuk unjuk gigi. Real Madrid menjadi penguasa dengan koleksi 15 gelar, disusul klub-klub elite seperti AC Milan, Bayern Munich, dan Liverpool. Namun, perjalanan menuju kejayaan tidak selalu mulus. Beberapa klub harus rela absen karena hukuman yang dijatuhkan UEFA.
Sanksi larangan tampil di Liga Champions biasanya dijatuhkan karena pelanggaran serius, seperti pengaturan skor, pelanggaran finansial, hingga kerusuhan suporter. Dalam banyak kasus, klub-klub tersebut mencoba mengajukan banding ke Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS), tetapi tidak selalu berhasil.
Berikut adalah enam klub yang pernah mendapatkan sanksi larangan tampil di Liga Champions, lengkap dengan latar belakang hukuman dan dampaknya bagi mereka.
1. Besiktas – Terlibat Pengaturan Skor
Pada tahun 2013, Besiktas dijatuhi larangan tampil di kompetisi Eropa setelah terbukti terlibat dalam pengaturan skor. Klub asal Turki ini langsung mendapatkan sanksi satu musim tanpa keikutsertaan di Liga Champions maupun Liga Europa. Meskipun mereka sempat mengajukan banding ke CAS, hasilnya nihil. UEFA tetap pada keputusan awal. Hukuman ini memicu kritik luas dan mencoreng nama sepak bola Turki.
2. Fenerbahce – Hukuman Tiga Musim Akibat Skandal Serupa
Masih di tahun yang sama, Fenerbahce juga harus menerima kenyataan pahit. Klub besar dari Istanbul tersebut dilarang berpartisipasi di kompetisi Eropa selama tiga musim. Kasusnya mirip dengan Besiktas, yaitu terkait pengaturan skor. Mereka pun mencoba jalur hukum ke CAS, tetapi banding tersebut ditolak. Dalam sejarah sepak bola Turki, ini menjadi salah satu periode tergelap karena dua klub top dilarang tampil secara bersamaan.
3. Juventus – Terkena Sanksi karena Pelanggaran Finansial
Juventus dijatuhi larangan tampil pada musim 2023/2024 oleh UEFA. Sanksi ini diberikan karena klub terbukti melanggar aturan Financial Fair Play (FFP) serta diduga memanipulasi laporan keuangan antara tahun 2012 hingga 2019. Akibat hukuman tersebut, Juventus kehilangan tempat di UEFA Conference League meski sebenarnya lolos secara peringkat di Serie A. Absennya Juventus dari kompetisi Eropa selama satu musim menjadi pukulan berat bagi klub yang memiliki sejarah panjang di benua biru.
4. FK Pobeda – Hukuman Delapan Tahun karena Manipulasi Pertandingan
FK Pobeda, klub dari Makedonia Utara, menjadi salah satu tim dengan hukuman terberat dalam sejarah UEFA. Pada 2009, mereka dilarang tampil selama delapan tahun setelah terbukti terlibat pengaturan skor. Tidak hanya klub, Presiden mereka, Aleksandar Zabrcanec, dijatuhi hukuman seumur hidup. Banding ke CAS yang diajukan klub tidak membuahkan hasil. UEFA menjadikan kasus ini sebagai peringatan keras bagi klub-klub lain agar menjaga integritas pertandingan.
5. Arsenal Tivat – Sanksi 10 Tahun karena Pelanggaran Berat
Arsenal Tivat dari Montenegro menerima sanksi paling baru dan juga terpanjang. Pada Juli 2025, UEFA resmi melarang klub ini tampil di semua kompetisi Eropa selama sepuluh tahun. Pelanggaran terjadi pada laga melawan Alashkert FC tahun 2023, di mana ditemukan indikasi kuat pengaturan skor. Selain larangan tampil, klub juga dikenai denda sebesar 500.000 euro. Banding masih bisa diajukan, tetapi UEFA langsung memberlakukan sanksi sementara sebagai efek jera.
6. Liverpool – Absen Enam Musim akibat Tragedi Heysel
Liverpool mengalami sanksi yang berbeda dibanding klub lain dalam daftar ini. Pada 1985, dalam final European Cup melawan Juventus, terjadi Tragedi Heysel yang menyebabkan 39 orang tewas. UEFA kemudian menjatuhkan hukuman larangan tampil kepada seluruh klub Inggris selama lima tahun. Liverpool mendapat satu tahun tambahan, membuat mereka absen dari kompetisi Eropa selama enam musim. Meski bukan karena manipulasi atau finansial, sanksi ini tetap menjadi salah satu yang paling dikenang dalam sejarah Liga Champions.
Sanksi UEFA Bukan Sekadar Formalitas
Sanksi larangan tampil di Liga Champions merupakan bentuk ketegasan UEFA terhadap pelanggaran berat yang mencederai nilai sportivitas dan integritas kompetisi. Melalui hukuman ini, UEFA menegaskan bahwa tidak ada klub yang kebal terhadap aturan, meskipun mereka memiliki sejarah atau reputasi besar.
Kejadian seperti pengaturan skor dan pelanggaran finansial berdampak besar, tidak hanya bagi klub yang bersangkutan, tetapi juga untuk para pemain, suporter, dan seluruh ekosistem sepak bola. Dengan adanya tindakan tegas ini, UEFA berharap klub-klub lain lebih disiplin dalam mengelola internal mereka, menjunjung fair play, dan menjaga marwah kompetisi tertinggi Eropa ini tetap bersih dan layak ditonton oleh jutaan pecinta sepak bola di seluruh dunia.