Timnas Indonesia kembali menjadi sorotan setelah PSSI resmi berpisah dengan pelatih Patrick Kluivert setelah nasib buruk yang menimpa di Kualifikasi Piala Dunia 2026. Pelatih asal Belanda itu hanya bertahan selama 281 hari, menjadikannya salah satu pelatih dengan masa kerja terpendek dalam sejarah Skuad Garuda. Keputusan pemutusan kontrak ini memicu banyak perbincangan, terutama karena Kluivert gagal membawa Indonesia lolos ke Piala Dunia 2026.
Namun, Kluivert bukan satu-satunya pelatih yang berpisah sebelum kontraknya berakhir. Dalam beberapa tahun terakhir, kursi pelatih Timnas Indonesia kerap berganti. Mari kita lihat bagaimana nasib lima pelatih terakhir Timnas Indonesia sebelum era baru dimulai.
1. Luis Milla
Luis Milla menjadi harapan besar saat ditunjuk pada 2017. Mantan pelatih Timnas Spanyol U-21 ini dikenal dengan gaya permainan modern yang mengutamakan penguasaan bola dan pressing tinggi. Selain itu, Milla juga memegang kendali di tiga level berbeda: tim senior, U-19, dan U-23.
Salah satu pencapaiannya adalah membawa Indonesia tampil impresif di Asian Games 2018, di mana para pemain muda seperti Evan Dimas, Febri Hariyadi, dan Saddil Ramdani mulai bersinar. Milla juga dikenal dengan keberaniannya melakukan “potong generasi,” mengorbitkan banyak pemain muda untuk regenerasi tim nasional.
Sayangnya, masa kepemimpinan Milla berakhir pada 2018 setelah gagal memenuhi target Piala AFF. Walaupun begitu, kontribusinya terhadap pembentukan fondasi Timnas modern masih diingat hingga kini.
2. Bima Sakti
Setelah kepergian Milla, PSSI menunjuk Bima Sakti sebagai pelatih kepala. Mantan gelandang Timnas Indonesia ini dipercaya memimpin skuad Garuda di Piala AFF 2018. Harapannya, pengalaman Bima sebagai pemain senior bisa membantu menjaga semangat tim yang sedang beradaptasi.
Namun, masa kepelatihan Bima Sakti hanya berlangsung selama 70 hari. Timnas Indonesia tampil kurang konsisten, hanya meraih satu kemenangan dari empat pertandingan. Kekalahan dari Thailand dan Singapura membuat posisinya sulit dipertahankan. Meskipun hasilnya mengecewakan, masa singkat Bima tetap menunjukkan keberanian PSSI memberi kesempatan pada pelatih lokal.
3. Simon McMenemy
PSSI kemudian menunjuk Simon McMenemy, pelatih asal Skotlandia yang sukses membawa Bhayangkara FC juara Liga 1. Dengan pengalaman internasional bersama Filipina, McMenemy diharapkan bisa memberikan stabilitas baru.
Namun, perjalanan McMenemy justru penuh tekanan. Ia memimpin Timnas Indonesia pada Kualifikasi Piala Dunia 2022, tetapi skuad Garuda menelan empat kekalahan beruntun dari Malaysia, Thailand, UEA, dan Vietnam. Setelah 317 hari bertugas, McMenemy diberhentikan.
Meski masa baktinya singkat, McMenemy dikenal sebagai pelatih yang mencoba memperkenalkan disiplin latihan dan struktur taktik baru, meski hasilnya belum sesuai harapan.
4. Shin Tae-yong
Era Shin Tae-yong menjadi titik balik bagi Timnas Indonesia. Dikenal sebagai pelatih disiplin asal Korea Selatan, Shin membawa perubahan besar sejak bergabung pada 2019. Ia bukan hanya menangani tim senior, tetapi juga kelompok usia seperti U-19 dan U-23.
Shin dikenal dengan program “potong generasi” yang berani, memprioritaskan pemain muda seperti Marselino Ferdinan dan Pratama Arhan. Hasilnya terlihat nyata — Indonesia berhasil lolos ke Piala Asia di tiga level usia dan menembus Putaran Ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026.
Namun, setelah lima tahun bekerja (1.825 hari), PSSI memutuskan berpisah pada 2024. Meski diakhiri dengan perpisahan, Shin meninggalkan warisan kuat berupa fondasi tim nasional yang solid dan kompetitif.
5. Patrick Kluivert
Setelah Shin Tae-yong, PSSI menunjuk Patrick Kluivert, mantan bintang Barcelona yang membawa aura besar ke Timnas Indonesia. Ia datang bersama dua asistennya, Alex Pastoor dan Danny Landzaat, dengan misi melanjutkan proyek jangka panjang menuju Piala Dunia 2030.
Kluivert berhasil membawa Indonesia ke Putaran Keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026, tetapi performa tidak konsisten dan kekalahan dari Irak membuat posisinya terancam. Pada akhirnya, PSSI resmi mengumumkan pemutusan kerja sama pada 16 Oktober 2025.
Dalam 281 hari masa kerja, Kluivert mencatat tiga kemenangan dari sepuluh laga. Meski hasilnya tak sesuai harapan, kehadirannya menunjukkan ambisi besar Indonesia untuk bersaing di level internasional dengan pendekatan Eropa.
Pergantian pelatih yang cepat menunjukkan bahwa PSSI masih mencari formula terbaik untuk membawa Timnas Indonesia ke level berikutnya. Setiap pelatih meninggalkan jejak dan pelajaran penting, mulai dari fondasi taktik ala Luis Milla hingga reformasi besar Shin Tae-yong.
Karena itu, siapa pun pelatih berikutnya, konsistensi dan kesinambungan program menjadi kunci utama. Hanya dengan arah yang jelas dan kepercayaan jangka panjang, Indonesia bisa mewujudkan impian besar: menembus Piala Dunia 2030.