Pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae-yong, kerap menggunakan komposisi dominasi pemain muda.
Hal ini sudah terbukti saat gelaran Piala AFF 2020 lalu.
Juru taktik asal Korea Selatan ini memang memberikan kepercayaan pada skuad,
yang didominasi oleh pemain muda berusia di bawah 25 tahun untuk belaga di Piala AFF 2020 lalu.
Hasilnya, Indonesia membawa pulang gelar runner up Piala AFF 2020.
Skuat Dengan Dominasi Pemain Muda
Sejak diasuh oleh pelatih asal Korea Selatan, Shin Tae-yong,
Timnas Indonesia mengalami perubahan yang signifikan.
Shin Tae-yong termasuk pelatih yang berani ambil risiko,
termasuk dengan mempromosikan para pemain mudanya,
untuk bergabung dengan skuat senior, seperti Marselino Ferdinan dan Ronaldo Kwateh.
Sang pelatih memang memiliki keluasaan untuk menerapkan  strategi apapun yang dirasa tepat,
untuk Timnas Indonesia, termasuk menerapkan sistem promosi dari bawah.
Sebab, Shin Tae-yong telah diberi tanggung jawab untuk melatih Timnas Indonesia di semua level,
mulai dari U-19, U-22, hingga Timnas senior.
Kerap menggunakan formasi pemain muda,
ternyata ada lima keutamaan yang didapat oleh Timnas Indonesia. Berikut ulasannya.
Terbentuknya Fondasi yang Lebih Kokoh
Keberanian Shin Tae-yong menggunakan pemain muda dengan rata-rata usia 23,7 tahun,
dalam gelaran besar seperti Piala AFF sebenarnya cukup berisiko.
Pasalnya pemain muda biasanya belum memiliki pengalaman yang cukup untuk berlaga di kancah internasional.
Namun, keputusan Shin Tae-yong menuai hasil yang positif.
Hal ini ternyata sesuai dengan misi baru Shin Tae-yong yang ingin membentuk Skuad berkualitas untuk 10 tahun mendatang.
Ambisi Shin Tae-yong
Shin Tae-yong sempat menyampaikan ambisinya untuk mencetak Timnas Indonesia yang bagus dan berkualitas.
Salah satu misinya adalah dengan membentuk skuad berkualitas untuk 10 tahun mendatang.
Untuk mewujudkan misi tersebut, Shin Tae-yong tentu membutuhkan pemain-pemain muda,
berkualitas yang siap digembleng sejak dini.
Jika berhasil, maka Timnas Indonesia akan memiliki fondasi yang lebih kokoh dan bisa bertahan selama 10 tahun ke depan.
Selain itu, dengan membentuk skuad usia muda yang bagus,
maka secara otomatis pemain yang umur di bawahnya akan memiliki patokan yang bagus.
Pengalaman dan Mentalitas Kuat
Salah satu risiko yang paling mungkin jika menggunakan skuad muda,
adalah belum memiliki pengalaman yang cukup dan mentalitas pemain masih labil.
Hal ini sempat terlihat saat Timnas Indonesia melawan negara lain yang didominasi oleh pemain senior.
Meski demikian, pembuktian Piala AFF 2020 lalu membuat pelatih,
dan pemain yakin bahwa meskipun diisi oleh pemain muda, Indonesia tetap bisa bersaing, bahkan tampil lebih baik.
Dengan demikian, kini mentalitas yang dimiliki oleh pemain muda kian menguat.
Bahkan Shin Tae-yong dikabarkan akan kembali mempercayai pemain muda hingga 80 persen komposisi,
untuk tampil ke ajang SEA Games 2021 dan Piala Asia 2023 mendatang.
Tidak Terlalu Banyak Mengubah Formasi yang Sudah Ada
Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa dengan membawa skuad muda yang berkualitas,
maka fondasi pemain Timnas Indonesia menjadi semakin kuat dan kokoh.
Alhasil, jika para pemain muda ini terus mengembangkan kemampuannya,
maka Timnas Indonesia akan lebih siap menghadapi laga-laga besar berikutnya.
Dengan kata lain, Shin Tae-yong tidak perlu ribet lagi mengotak-atik formasi pemain yang sudah ada,
karena sudah kuat. Jika pun ada pergantian atau opsi yang lebih baik, maka tidak terlalu banyak yang akan berubah.
Hal ini tentu membuat para pemain tidak terlalu sulit untuk beradaptasi dengan pola dan karakter pemain baru.
Dengan demikian, mereka memiliki kerja sama yang semakin kuat.
Harapannya, laga-laga berikutnya akan lebih siap dan banyak prestasi yang didapatkan.
Pikat Klub Luar Negeri
Keuntungan lain yang diperoleh dari menggunakan pemain muda adalah banyak memikat perhatian klub luar negeri.
Hal ini terbukti usai tampil di Piala AFF 2020, para pemain Indonesia langsung diincar oleh klub luar negeri.
Sebut saja Pratama Arhan, ia kini merumput di klub Liga 2 Jepang, Tokyo Verdy.
Elkan Baggott bahkan kini menjadi kapten dan andalan Ipswich Town.
Selain itu, duo maut Indonesia, Egy Maualan Vikri dan Witan Sulaeman juga ditarik oleh klub luar negeri FK Senica.
Bermain di klub luar negeri tentu merupakan kesempatan yang luar biasa bagi para pemain Indonesia.
Selain Indonesia menjadi lebih dikenal, para pemain berkesempatan mencari ilmu,
dan pengalaman sebanyak-banyaknya untuk kemudian dibawa dan ditularkan kembali ke Indonesia.