Kabar kurang mengenakkan datang dari Prancis, di mana keberhasilan Lionel Messi meraih penghargaan Ballon d’Or edisi 2021 kembali menjadi sorotan, dan PSG (Paris Saint-Germain) ikut diselidiki dalam konteks ini.
Lionel Messi, sebagai superstar Argentina, bergabung dengan PSG pada periode 2021 hingga 2023 setelah meninggalkan FC Barcelona. Pada tahun tersebut, Messi berhasil memenangkan Ballon d’Or untuk kedua kalinya dalam kariernya. Namun, kesuksesan ini tampaknya menjadi bahan perhatian otoritas di Prancis, yang memutuskan untuk menyelidiki apakah ada aspek-aspek tertentu yang perlu diungkap terkait penghargaan tersebut.
Meskipun detail-detail spesifik dari penyelidikan ini belum diungkap secara rinci, tetapi mengaitkan PSG dengan pemenangan Ballon d’Or Messi menimbulkan pertanyaan terkait kepatutan atau integritas proses pemilihan penghargaan tersebut. Messi, sebagai pemain bintang dunia, menjadi pusat perhatian tidak hanya dalam pencapaian sepakbola, tetapi juga dalam konteks peraturan dan etika olahraga.
Dugaan Terhadap PSG
Dugaan lobi muncul seiring laporan dari Le Monde dan Mediaport, yang menyatakan bahwa PSG (Paris Saint-Germain) diduga terlibat dalam upaya lobi untuk memastikan Lionel Messi memenangkan penghargaan Ballon d’Or pada tahun tersebut.
Le Monde dan Mediaport melaporkan bahwa PSG diduga telah memperkuat ikatan dan hubungan dengan Pascal Ferre. Ia menjabat sebagai presiden France Football pada saat Messi meraih gelar ketujuh Ballon d’Or. Tuduhan ini menimbulkan pertanyaan etika seputar integritas proses pemilihan penghargaan sepakbola paling bergengsi tersebut.
Dalam dunia olahraga yang senantiasa memerlukan transparansi dan keadilan, dugaan keterlibatan klub dalam upaya memengaruhi hasil penghargaan individual seperti Ballon d’Or dapat menimbulkan kontroversi dan pertanyaan seputar integritas kompetisi dan penghargaan.
Gratifikasi?
Laporan dari Le Monde menyebutkan bahwa Pascal Ferre, yang kemudian diangkat sebagai anggota tim komunikasi PSG pada tahun 2023. PSG diduga menerima gratifikasi dalam bentuk tiket pertandingan dan fasilitas penerbangan.
Ferre disebutkan menerima tiket untuk pertandingan PSG, termasuk pertandingan tertutup melawan Borussia Dortmund pada tahun 2020. Selain itu, laporan tersebut mengungkap bahwa penerbangan kelas bisnis dengan Qatar Airways pada Maret 2021, dengan perkiraan biaya 8.986 euro, didanai oleh Pemerintah Qatar.
Dugaan penerimaan fasilitas ini menimbulkan kekhawatiran terkait dengan potensi pengaruh yang dapat dimiliki oleh individu yang terlibat dalam pemilihan Ballon d’Or. Khususnya jika mereka memiliki hubungan dengan klub atau pihak yang berkepentingan. Konteks gratifikasi ini memberikan dimensi baru pada penyelidikan terkait kemenangan Lionel Messi dalam Ballon d’Or 2021. Hal ini memunculkan pertanyaan tentang integritas proses penghargaan tersebut.
Mengalahkan Robert Lewandowski
Dugaan lobi terhadap Lionel Messi untuk memenangkan Ballon d’Or pada tahun 2021, yang melibatkan PSG (Paris Saint-Germain). Ini menimbulkan pertanyaan serius terkait integritas proses pemilihan penghargaan sepakbola tertinggi tersebut. Dalam konteks ini, Messi dikabarkan memenangkan Ballon d’Or mengalahkan Robert Lewandowski, yang memimpin Bayern Munich menjadi juara Liga Champions.
Keberhasilan Messi meraih Ballon d’Or ke delapan pada tahun 2023, setelah membawa Argentina juara Piala Dunia 2022 di Qatar. Ini memperbarui minat terhadap isu-isu yang mungkin memengaruhi proses pemilihan penghargaan individual tersebut.
Meskipun Pascal Ferre, yang terlibat dalam lobi tersebut, membantah tuduhan tersebut, penyelidikan terkait masalah ini masih berlanjut. Kejadian ini menciptakan bayang-bayang kontroversi di sekitar Ballon d’Or. Serta, menimbulkan pertanyaan tentang transparansi dan keadilan dalam proses pemilihan penghargaan sepakbola prestisius tersebut.
Messi Miliki 8 Ballon d’Or
Lionel Messi mencatat prestasi luar biasa dengan meraih Ballon d’Or untuk kedelapan kalinya pada Senin (30/10). Ini menjadikannya pesepakbola dengan jumlah penghargaan tertinggi dalam sejarah. Serta mencetak sejarah sebagai pemain yang paling sering memenangkan piala prestisius tersebut.
Pencapaian ini semakin memperkuat rekor Messi yang sulit dipecahkan, terutama karena dia masih aktif bermain sepakbola. Meski telah memasuki usia 36 tahun, Messi tetap mampu memberikan kontribusi luar biasa di lapangan hijau.
Prestasi puncaknya terjadi pada Desember lalu ketika Messi membawa Argentina meraih gelar Piala Dunia di Qatar. Sebelumnya, ia mengakhiri masa panjangnya di La Liga bersama Barcelona dan bergabung dengan Inter Miami di Amerika Serikat pada bulan Juli.
Keberhasilan Messi tidak hanya memberikan pengakuan terhadap keunggulannya sebagai pemain terbaik di dunia. Tetapi juga menciptakan ekspektasi tinggi terkait potensi kontribusinya di masa depan, baik bagi klubnya maupun timnas Argentina.
