Musim ini Arsenal bisa disebut gagal. The Gunners seharusnya ada di posisi unggul dalam balapan 4 besar, tapi
kini mereka menggantungkan harapan pada kegagalan tim lain. Bencana Arsenal terjadi dalam dua pertandingan
terakhir. The Gunners dikalahkan Tottenham (0-3) dan Newcastle (0-2) secara beruntun, empat besar pun
melayang. Sebelum dua laga tersebut, Arsenal digadang-gadang mendapatkan slot terakhir empat besar.
Mereka hanya perlu mengalahkan Tottenham untuk mengamankan posisi tersebut. Parahnya Arsenal justru kalah
telak, Mikel Arteta pun dikritik karena tidak bisa menjaga mental skuad muda the Gunners. Kegagalan Arsenal juga
diamati oleh analis Premier League, Darrent Bent. Dia tahu dua kekalahan terakhir sangat mengecewakan bagi fans
The Gunners. Menurutnya, Arsenal tidak bisa menghadapi tekanan. Bent mengatakan bahwa ini mengecewakan dan
sayangnya untuk Arsenal, ketika mereka perlu menujukkan ketenangan dan disiplin, mereka justru gagal
melakukannya. Performa lawan Spurs benar-benar buruk. Mereka menemui Tottenham Hotspur Stadium dan
dihajar di sana. Rob Holding kehilangan ketenangan, penalti, atmosfer itu. Mereka tidak bisa mengatasi besarnya
tekanan di situasi ini. Mereka mungkin tertekan ketika mendengar bahwa 4 besar ada dalam genggaman.
Akan tetapi harapan mereka sirna dan menimbulkan perasaan tak tenang sehingga tujuan pun gagal diraih.
Frustasi sangat dirasakan oleh pemain dan pelatih tentunya.
Musim dimana Arsenal bisa disebut gagal
Setelah dua kekalahan beruntun itu, skuad Arsenal terus dikritik, Arteta pun dikecam.
Kendati demikian, Bent berani maju membela. Dia yakin bahwa finis peringkat lima pun bukan hal buruk.
Bent menambahkan tidak bisa mencapai 4 besar bukanlah kegagalan. Bent sudah mendengar banyak orang
menyebut mereka gagal. Arsenal finis di peringkat delapan musim lalu dan awal musim ini mereka ada di dasar
klasemen setelah 3 pertandingan. Sekarang mereka akan kembali ke Eropa. Arteta selaku pelatih berusaha maksimal
untuk Arsenal pada musim depan. Bent lalu mencoba membuat perbandingan antara Arsenal dan MU.
Menurutnya, jika bicara soal kegagalan, justru Setan Merah yang bisa dianggap gagal. Bent menjelaskan untuk
melihat saja Man United, mereka finis di peringkat 2 musim lalu dan sekarang tampaknya mereka akan finis
peringkat 6 atau 7. Padahal mereka sudah membeli Raphael Varane, Jadon Sancho, dan Cristiano Ronaldo.
Kesalahan Arsenal Tidak Memecat Arteta dan Tidak Memilih Vieira
Arsenal terancam gagal total di musim 2021/22 ini. The Gunners sebenarnya hanya membidik target tempat besar,
tapi itu pun terancam gagal karena masalah mentalitas tim. Musim ini, di antara tim-tim top Premier League,
Arsenal bisa dibilang menghadapi jadwal pertandingan paling mudah. Mereka tidak bermain di kompetisi Eropa,
jadi bisa fokus ke kompetisi domestik. Karena itu, Arsenal sempat ada di posisi unggul dalam persaingan empat
besar. Mereka sempat memimpin, sampai akhirnya terpeleset dalam dua pertandingan terakhir.
The Gunners dikalahkan Tottenham (0-3) dan Newcastle (0-2) secara beruntun.
Dua kekalahan ini memaksa Arsenal merosot ke peringkat lima. Diyakini bahwa salah satu faktor utama penyebab
kegagalan Arsenal adalah kualitas Arteta sebagai pelatih. Sebagai pelatih muda, Arteta dianggap tidak bisa
mengembangkan skuad muda. Pemain Arsenal tampak tidak punya ketangguhan mental untuk menghadapi
persaingan ketat di empat besar. Karena itulah performa mereka merosot drastis dalam dua pertandingan terakhir.
Meski begitu, ada pula pandangan lain yang menyebut bahwa Arteta tidak bersalah sepenuhnya.
Para pemain yang tidak bisa memikul tanggung jawab, para pemainlah yang tidak siap bertanding.
Faktor kualitas skuad juga jadi pengaruh. Arteta tidak memiliki tim tangguh seperti rival-rival the big six.
Bagaimanapun, keraguan terhadap kualitas Arteta telanjur mencuat. Terlebih, musim ini sudah beberapa kali fans
Arsenal mendesak #ArtetaOut. Terkini, menurut analis Premier League Don Hutchison, Arsenal telah salah
mengambil langkah ketika buru-buru mengikat Arteta dengan kontrak jangka panjang. Hutchison mengatakan
seharusnya mereka bersabar dan menunggu Patrick Vieira. Vieira terbukti sebagai pelatih berani, pelatih
berkarakter. Namun, mereka buru-buru menunjuk Arteta. Arsenal sekali lagi membuat kesalahan dan Hutchison
yakin mereka pun mulai meragukannya.