Jadwal kick off BRI Liga 1 Musim 2022/2023 yang terlambat menjadi sorotan, tak terkecuali peserta lomba. Persib Bandung dan Persebaya Surabaya adalah yang pertama mempermasalahkan kick – off yang terlambat. Baru – baru ini, Arema FC menjadi tim selanjutnya yang melakukan protes bersama Persib Bandung dan Persebaya Surabaya. Panitia kompetisi Arema FC menjelaskan protes tersebut dan mereka menasihati PT.
Sudah terlambat bagi LIB untuk mempertimbangkan kembali waktu tee untuk permainan. Arema FC mendorong operator pertandingan untuk berkomunikasi dengan penyiar resmi tentang waktu siaran untuk mengatur waktu kick – off pertandingan. Lebih lanjut, Arema FC mengakui bahwa kick – off pukul 20.30 WIB dinilai sudah terlambat untuk sepak bola Tanah Air. Ini karena waktu tee yang terlalu terlambat memiliki dampak besar pada kesehatan para pemain dan keselamatan para penggemar.
Arema FC, Persib, dan Persebaya Protes Jadwal Liga 1
Ketua Panpel Arema FC Harris mengatakan Mereka berharap PT LIB dapat memajukan waktu kick – off untuk pertandingan yang sudah terlambat malam itu. Mudah – mudahan paling lambat pukul 19.00 WIB untuk pertandingan malam. Jika Anda bermain di malam hari dari sudut pandang keamanan, itu juga cukup berbahaya. Kasihan klub kerja yang mainnya kelewatan, jadi malu pulangnya, apalagi pagi – pagi kerja, dan itu juga berdampak.
Sebelum Arema FC, Persib Bandung dan Persebaya Surabaya diyakini menjadi dua tim pertama yang memprotes malam kick – off pertandingan musim ini. Kedua belah pihak sepakat memberikan penilaian bahwa kick – off pukul 20.30 WIB akan menjadi beban baik bagi pemain maupun fans klub. Persib Bandung memprotes karena timnya memberlakukan 17 jam malam musim ini. Hal yang sama dikatakan Persebaya Surabaya, memprotes kebijakan operator kompetitif yang memaksa tim bermain terlambat. Tentu saja alasan kesehatan para pemain menjadi faktor utama di balik protes beberapa peserta pertandingan BRI Liga 1 Musim 2022/2023 ini.
Komdis PSSI beri sanksi Rp 170 Juta ke Arema FC
Komite Disiplin (Komdis) Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) resmi menjatuhkan sanksi kepada Arema FC Rp 170 juta setelah laga melawan PSS Sleman di Liga 1 Musim 2022/2023. Sanksi tersebut diberikan karena tiga pelanggaran yang dilakukan Aremania (sebutan suporter Arema FC) terhadap PSS Sleman sebelum Jumat 5 Agustus 2022. Denda pertama, dijelaskan dalam surat No. 016/L1/SK/KD – PSSI/VII/2022, menyatakan bahwa Klub Sepak Bola Arema FC dianggap melanggar aturan karena suporter telah menyalakan suar.
Sanksi tersebut mengakibatkan pembayaran denda sebesar Rp 100 juta untuk klub. Kemudian, surat berikutnya di hari yang sama, bernomor 015/L1/SK/KD – PSSI/VII/2022, menyebutkan suporter kedapatan telah dua kali melempar gelas mineral, keduanya ditujukan kepada pemain PSS Sleman. Denda yang harus dibayar oleh Arema FC meningkat sebesar £50 juta karena melempar gelas mineral. Ketiga, surat bernomor 014/L1/SK/KD – PSSI/VIII/2022 terkait dengan beberapa kejadian penembakan petasan di hotel tempat PSS Sleman menginap.
Surat tersebut juga memenuhi total denda yang harus dibayar Arema FC 170 juta. Abdul Harris, Ketua Panitia Pelaksana Klub Sepak Bola Arema FC (Panpel), menyayangkan. Ia mengatakan, para pihak harus merenungkan denda yang cukup besar yang diterima Panpel klub. Karena langsung merugikan rumah Arema FC. Ini tentu sangat diSayangkan. Mereka terus mendesak perlunya tindakan tegas terhadap hal – hal yang berpotensi menimbulkan pelanggaran dan kerugian bagi klub.
Komdis PSSI beri sanksi Rp 170 Juta
Ketegasan Panpel dan aparat keamanan diharapkan bisa menyelamatkan jalannya pertandingan, menurut Abdul Harris. Sebab, jika terjadi pelanggaran lagi, dikhawatirkan klub akan dikenakan sanksi karena mengosongkan tribun penonton hingga dilarang bermain di kandang sendiri. Mereka harus mempertimbangkan kemungkinan terburuk dari pelanggaran ini, karena tidak menutup kemungkinan mengosongkan tribun penonton atau bahkan mengirim pertandingan. Ini adalah sesuatu yang sangat Mereka khawatirkan. Jadi Mereka sekali lagi meminta pendukung Mereka untuk berhenti. yang bisa berujung pada sanksi dan denda.
Pihaknya juga mengaku telah berkoordinasi dengan sejumlah pemangku kepentingan terkait, termasuk suporter Arema Football Club. Hal ini untuk meningkatkan kesadaran di kalangan pendukung agar tidak melakukan tindakan yang memicu sanksi. Hal utama yang harus dibangun adalah kesadaran, dan seketat apapun pengamanan massa, tidak akan ada artinya tanpa kesadaran suporter. (*)