Napoli kembali menjadi batu sandungan bagi AC Milan dalam lanjutan pekan ke-30 Serie A 2024/2025. Bertandang ke Stadio Diego Armando Maradona, Rossoneri harus pulang dengan tangan hampa setelah menelan kekalahan 1-2. Hasil ini memperpanjang tren inkonsistensi Milan di musim ini.
Gol cepat Matteo Politano pada menit kedua langsung membuat Milan dalam tekanan. Situasi semakin buruk setelah Romelu Lukaku menggandakan keunggulan Napoli di menit ke-19. Milan berusaha bangkit, tetapi hanya mampu mencetak satu gol balasan melalui Luka Jovic di menit ke-84. Bahkan, Milan memiliki kesempatan emas untuk memperkecil ketertinggalan lebih awal. Sayangnya, penalti yang dieksekusi Santiago Gimenez di menit ke-67 gagal berbuah gol.
Kekalahan ini memperlihatkan berbagai kelemahan Milan di semua lini. Lini pertahanan yang rapuh, lini tengah yang gagal mengontrol permainan, serta serangan yang kurang tajam membuat mereka kesulitan sepanjang pertandingan.
Lini Belakang yang Mudah Ditembus
Kiper andalan Milan, Mike Maignan, sebenarnya tampil cukup baik meski harus kebobolan dua gol. Namun, ia tidak dapat berbuat banyak karena pertahanan yang terlalu mudah ditembus oleh serangan Napoli. Kesalahan demi kesalahan dari lini belakang Milan semakin memperburuk keadaan.
Kyle Walker menjadi salah satu titik lemah di laga ini. Mantan bek Manchester City itu gagal menjaga garis pertahanan dengan baik, yang akhirnya dimanfaatkan Lukaku untuk mencetak gol kedua bagi Napoli. Selain itu, duet Matteo Gabbia dan Strahinja Pavlovic di jantung pertahanan juga tampil di bawah ekspektasi. Gabbia tidak mampu memenangkan duel melawan Lukaku, sementara Pavlovic sering kehilangan posisi yang membuat lini belakang semakin goyah.
Selain itu, kurangnya koordinasi antar pemain belakang semakin membuat Milan kesulitan menghadapi serangan balik cepat Napoli. Bek sayap pun gagal memberikan kontribusi maksimal dalam bertahan maupun membantu serangan.
Lini Tengah yang Tak Berkembang
Kelemahan Milan tak hanya terletak di lini belakang, tetapi juga di sektor tengah. Lini tengah mereka gagal mengontrol permainan dan sering kehilangan bola, sehingga memberikan Napoli kesempatan untuk mendominasi jalannya pertandingan.
Warren Bondo, yang dipercaya tampil sejak awal, gagal memberikan pengaruh signifikan. Ia sering kalah dalam duel dan tidak mampu menyalurkan bola dengan baik ke lini depan. Kondisi ini membuat permainan Milan terputus-putus, tanpa pola yang jelas.
Youssouf Fofana tampil sedikit lebih baik di babak kedua, terutama dalam 20 menit terakhir. Namun, kontribusinya masih belum cukup untuk mengangkat performa tim. Ia kerap kalah dalam duel perebutan bola dan gagal mendikte tempo permainan.
Tijjani Reijnders, yang diharapkan menjadi kreator serangan, juga tampil di bawah standar. Beberapa peluang yang dimilikinya gagal dikonversi menjadi gol, sementara umpannya sering kali tidak akurat. Minimnya kreativitas dari lini tengah membuat Milan kesulitan menembus pertahanan Napoli.
Serangan yang Mandul
Ketumpulan lini depan menjadi faktor lain yang membuat Milan gagal mencetak gol lebih banyak di laga ini. Christian Pulisic, yang diandalkan sebagai motor serangan dari sisi kanan, tidak mampu memberikan ancaman berarti. Ia terlihat kurang kreatif dalam mengolah bola dan gagal memberikan umpan-umpan matang kepada rekan setimnya.
Joao Felix, yang dipercaya sebagai playmaker, kembali tampil mengecewakan. Ia nyaris tidak berkontribusi dalam membangun serangan dan kerap kehilangan bola di area berbahaya. Performanya yang tidak konsisten membuat Milan kehilangan kreativitas di lini depan.
Tammy Abraham juga tidak mampu memenuhi ekspektasi sebagai target man. Ia cukup aktif dalam pergerakan, tetapi efektivitasnya sangat rendah. Abraham gagal menjadi titik tumpu serangan dan sering kehilangan bola saat berusaha menahan tekanan lawan.
Santiago Gimenez, yang seharusnya menjadi harapan Milan, justru membuang peluang emas dengan kegagalannya dalam mengeksekusi penalti. Hal ini semakin memperburuk situasi bagi Rossoneri.
Perubahan Terlambat di Babak Kedua
Pelatih Milan melakukan beberapa perubahan di babak kedua, namun pergantian pemain yang terlambat membuat mereka kesulitan mengejar ketertinggalan. Rafael Leao yang masuk dari bangku cadangan langsung memberikan dampak positif. Kombinasinya dengan Theo Hernandez membuahkan penalti, serta assist yang berujung pada gol Luka Jovic.
Namun, Gimenez kembali menjadi sorotan setelah gagal memanfaatkan peluang besar dari titik putih. Selain itu, Samuel Chukwueze yang menggantikan Pulisic tampil lebih agresif, tetapi masih belum cukup untuk membalikkan keadaan.
Luka Jovic: Sinar di Tengah Kegelapan
Dari seluruh pemain Milan, Luka Jovic mungkin satu-satunya yang tampil cukup baik. Ia berhasil mencetak gol di menit ke-84 dengan penyelesaian yang apik. Bahkan, ia hampir mencetak gol kedua, namun tembakannya hanya melebar tipis dari gawang.
Pergerakan dan keputusannya dalam mengambil posisi membuat lini serang Milan lebih hidup. Sayangnya, kontribusi positifnya datang terlalu terlambat untuk menyelamatkan Milan dari kekalahan.
Milan Harus Berbenah
Kekalahan ini menjadi alarm bagi AC Milan. Jika mereka tidak segera melakukan perbaikan di semua lini, maka peluang mereka untuk bersaing di papan atas akan semakin menipis. Dengan performa yang tidak konsisten, Milan harus segera mencari solusi agar bisa bangkit di sisa musim ini.