Kemenangan 4-1 yang diraih Arsenal atas Aston Villa saat sukses dominasi Emirates Stadium pada Rabu (31/12/2025) dini hari WIB, menjadi penutup tahun yang sangat bermakna. Hasil ini bukan sekadar tiga poin, tetapi juga pernyataan kuat Arsenal dalam perburuan gelar Premier League musim 2025/2026. Terlebih, kemenangan tersebut diraih tanpa kehadiran Declan Rice, sosok penting di lini tengah.
Pertandingan berjalan relatif seimbang pada babak pertama. Kedua tim sama-sama menciptakan peluang, namun gagal memaksimalkannya. Setelah jeda, Arsenal tampil jauh lebih tajam, terutama lewat keunggulan dalam situasi bola mati. Berikut lima pelajaran penting dari duel sarat makna ini.
1. Arsenal Tetap Dominan Tanpa Declan Rice
Absennya Declan Rice sempat menimbulkan kekhawatiran. Gelandang andalan Arsenal itu mengalami masalah pada lutut setelah mendapat benturan keras di laga sebelumnya. Mikel Arteta pun menegaskan bahwa keputusan menepikan Rice diambil demi mencegah risiko lebih besar.
Namun demikian, Arsenal justru mampu mengontrol permainan dengan rapi. Trio Martin Zubimendi, Mikel Merino, dan Martin Odegaard menjaga keseimbangan antara bertahan dan menyerang. Because sirkulasi bola berjalan lancar, absennya Rice nyaris tidak terasa, terutama pada babak kedua saat Arsenal sepenuhnya menguasai tempo.
2. Gabriel Magalhaes Mengembalikan Stabilitas
Kembalinya Gabriel Magalhaes ke jantung pertahanan menjadi faktor penting. Bek asal Brasil itu kembali berduet dengan William Saliba, kombinasi yang sebelumnya terbukti sangat solid. Untuk pertama kalinya sejak awal November, keduanya bermain penuh sejak awal laga.
Hasilnya terlihat jelas. Arsenal tampil disiplin dalam bertahan dan kembali memaksimalkan keunggulan bola mati. Gol pembuka Arsenal lahir dari sundulan Gabriel hasil sepak pojok, sebuah skema yang terus menjadi senjata mematikan. Besides that, kehadirannya memberi rasa aman sekaligus ancaman nyata di area lawan.
3. Lini Depan Sama-Sama Kesulitan di Awal
Babak pertama menjadi ujian berat bagi lini depan kedua tim. Ollie Watkins di kubu Villa dan Viktor Gyokeres di sisi Arsenal datang dengan tekanan tinggi, tetapi gagal tampil klinis. Watkins menyia-nyiakan beberapa peluang, sementara Gyokeres melewatkan dua kesempatan emas.
Arsenal terlihat lebih sering mengalirkan bola ke arah Gyokeres, tetapi belum mampu menempatkannya di ruang paling berbahaya. Akibatnya, efektivitas serangan sempat menurun. Situasi berubah setelah masuknya Gabriel Jesus, yang langsung mencetak gol. Therefore, persaingan di lini depan Arsenal kini semakin kompetitif.
4. Peluang Aston Villa sebagai Penantang Gelar Dipertanyakan
Sebelum laga, Aston Villa masih dianggap pesaing serius dalam perburuan gelar. Bahkan, mereka datang dengan rekor 11 kemenangan beruntun. Pada babak pertama, klaim tersebut sempat terlihat masuk akal karena Villa mampu mengimbangi Arsenal dengan organisasi permainan yang rapi.
Namun kualitas Arsenal berbicara di momen krusial. Gol demi gol yang tercipta membuat jarak di papan atas melebar. Kekalahan ini memutus laju positif Villa dan menimbulkan pertanyaan tentang konsistensi mereka di laga besar. Meski potensi tetap ada, ujian melawan tim elite masih menjadi pekerjaan rumah.
5. Unai Emery Kembali Ditaklukkan Arsenal
Laga ini juga sarat emosi bagi Unai Emery. Pelatih Villa tersebut sebelumnya kerap merepotkan Arsenal sejak meninggalkan klub pada 2019. Bahkan, ia sempat menggagalkan ambisi gelar The Gunners di masa lalu.
Babak pertama menunjukkan Emery kembali memiliki rencana efektif. Arsenal kesulitan menciptakan dominasi penuh. Namun setelah jeda, Arteta melakukan penyesuaian tepat. Arsenal menemukan solusi, menguasai lini tengah, dan membalikkan keadaan secara meyakinkan. Kekalahan ini menjadi yang pertama bagi Emery di Emirates sejak kembali ke Inggris.
Jawaban atas Keraguan
Kemenangan atas Aston Villa menjawab pertanyaan besar yang selama ini melekat pada Arsenal. Sebelum laga ini, mereka belum pernah mengalahkan tim lima besar musim ini. Hasil 4-1 menjadi titik balik penting karena menunjukkan kematangan dalam laga besar.
Jika konsistensi seperti ini mampu dijaga, Arsenal memiliki modal kuat untuk bersaing hingga akhir musim. Dominasi tanpa Declan Rice, efektivitas bola mati, serta kedalaman skuad menjadi fondasi penting dalam perburuan gelar Premier League.






